Senin, 04 Agustus 2014

VIGNETTE : Confessing In a Trance


TITLE            : Confessing In a Trance
GENRE          : Romance, AU (Alternate Universe)
RATING         : PG-17
LENGTH        :VIGNETTE
MAIN CAST   : Cho Kyuhyun
                      : Kenesha Osidils
Author            : @Aoirin_Sora


 Note:
Maaf ya, ini cuma karya jelek yang aku bikin karena iseng ;_;) semoga kalian suka dan memaklumi kepayahanku. 
happy reading~

With tears,

Aoirin_Sora



Pernahkah kau merasa bahwa dunia benar-benar gemerlapan?

***



Seluruh jiwaku kini terasa seakan tercerai berai. Entahlah. Sepertinya dunia yang kupijaki terasa bergoncang dan apa yang kusaksikan dengan kedua mataku ini tidak nyata. Tapi aku merasa semuanya mengabur dalam ilusi, bersatu menjadi bayangan dan seolah mempertegas peringatan di otakku yang semakin lama semakin mengabur, bahwa aku mabuk.
Sungguh. Aku benar-benar mabuk.
Aku berusaha—setidaknya itulah yang sedang kucoba sekarang—untuk menegakkan kedua kakiku dan kabur dari tempat ini selama-lamanya. Tapi lagi-lagi sendiku tidak bergerak sesuai yang kuinginkan. Sia-sia aku mencoba untuk bangkit dan kedua tungkai kaki jenjangku selalu berakhir diatas lantai bar.
Dan, oh, kalau ada yang benar-benar menyadari apa yang ku lakukan sekarang ini, mereka pasti akan menertawakanku sampai aku mati. Tapi tidak ada waktu untuk mencari tahu apakah mereka memang sedang memperhatikanku atau tidak, sebab aku harus segera kabur dari sini, sebelum dia datang.
“Butuh bantuan?” sebuah suara berat dan indah menyerbu pendengaranku, membuatku terkesiap dan mengejap-ngejapkan mata dengan cepat.
Aku bahkan belum sempat mengangguk dan membuka mulut, namun seseorang di sampingku sudah meletakkan kedua tangannya di pinggangku dan mengangkatku dengan satu tarikan mudah.
“Seharusnya kau minta tolong tadi,” imbuhnya lagi setelah berhasil mendudukkanku diatas...entahlah, aku tidak bisa melihat dengan jelas.
“Terima kasih,” —itu tadinya yang ingin kukatakan sampai aku menyadari mulutku rasanya pahit dan aku ingin muntah. Bukan pertanda bagus.
“Jangan—Oh, Ken, lihat apa yang sudah kau lakukan pada lantainya.”
Dengan kepala berputar-putar, aku mendongak dan mendapati sebuah siluet wajah yang kukenal sedang menatapku. Tentu saja aku mengenalinya. Sebab karena pria ini jugalah aku bisa sampai seperti ini. “KAU!” teriakku penuh emosi yang sialnya malah terdengar seperti cegukan parah.
Aku hanya sempat mendengar suara tawa mengejek ketika mataku menutup perlahan, membiarkan seluruh kebisingan menjadi sayup-sayup diujung pendengaranku..

***

“Kau harus tiba di Sunday Club pukul 8 malam ini, Ken. HARUS.”  
Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku. Semakin lama semakin besar sehingga rasanya menakutkan. Dan begitu aku membuka mata, barulah aku tersadar bahwa itu hanya mimpi.
Tetapi membuka mata terasa sama buruknya ketika masih bermimpi. Karena apa yang kurasakan saat ini pastilah neraka. Tidak ada hal lain selain kepala yang berdeyut dan seluruh tubuh menjadi kaku. Aku menutup mata dan kini rasa sakitnya semakin bertambah parah. Selain karena hanya kegelapan yang bisa kulihat, aku juga menjadi resah.
Kuputuskan untuk mencoba bangun. Baik, mencoba adalah kata-kata yang harus ditekankan disini, sebab nyatanya tubuhku masih saja sukses terbaring di atas tempat tidur—Tunggu. Dimana aku?
Ketakutan atas pertanyaanku sendiri membuatku waspada, dan dalam sedetik, mataku membuka. Hal pertama yang bisa kulihat adalah langit-langit berukiran rumit dengan gaya Victorian—err.. atau juga Versace? Entahlah aku sebenarnya tidak begitu mengerti. Hanya saja ada satu hal yang menggangguku. Aku tidak mengenal tempat ini dan tentu saja ini bukan kamarku.
Tiba-tiba saja ingatan tentang ingar-bingar semalam membuatku tersentak dan tubuhku langsung bangkit dengan kecepatan penuh. Hal kedua yang kusaksikan, sepasang mata memandangiku dari atas sofa berlengan nyaman yang tidak jauh dari tempat tidur ini.
“Kenapa kau bangun begitu mendadak?”
Kugigit bibirku kuat-kuat dan menarik nafas dengan penuh amarah. “YA! CHO KYUHYUN!! KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS APA YANG TERJADI PADAKU! INI SEMUA SALAHMU! KAU LAKI-LAKI—”
“Oke,” ujar pria yang duduk dihadapanku sambil menaikkan tangannya sebagai isyarat menyuruhku berhenti berteriak. “Duduklah. Apa kepalamu tidak sakit berteriak seperti orang gila begitu?”
Aku menarik nafas dan kali ini menggigit bibirku sampai rasanya menyakitkan. Tapi Cho Kyuhyun malah mengambil sebuah gelas berkaki dan mengisinya dengan cairan bening hingga terisi setengah gelas. “Minumlah.” Katanya sambil menyodorkan gelas itu padaku.
“Apa ini?” tanyaku dengan suara menuduh.
“Apa kau berharap ini racun? Tenanglah Kenesha, kalau aku berniat meracunimu, sudah kulakukan jauh-jauh hari. Sekarang, minum dulu. Kau membutuhkannya.” Ujar Kyuhyun. Setelah menimbang sedikit lama, akhirnya aku mengambil gelas di tangannya dan meneguknya sampai habis.
Dugaanku tidak terlalu meleset.
Minuman yang sekilas terlihat seperti air mineral itu ternyata pahit sekali—juga manis. Segera saja kulayangkan pandangan mematikan kepadanya dan dia malah tersenyum melihat reaksiku.
“Kau lebih mudah diajak berbicara dalam keadaan mabuk,” terangnya dengan mata berkilat senang.
“Ugh. Cho Kyuhyun kau sialan! Aku baru saja mabuk semalaman dan sekarang kau memaksaku mabuk lagi?” teriakku kesal dan langsung menjatuhkan diriku di atas tepi tempat tidur.
Kyuhyun bangkit dan ikut duduk disampingku tanpa rasa bersalah sama sekali. Senyum miring menghiasi wajahnya yang tampan dan aku segera menyipitkan mata. Aku sudah mengenali gelagatnya. Tindakannya ini bukannya tanpa maksud, dia pasti memiliki niat tersembunyi.
“Menjauh dariku!” sergahku kasar lalu mendorong tubuhnya yang kokoh. Pria itu malah tersenyum dan bertanya dengan nada terkejut. “Oh, kenapa sih kau?”
“Kuperingatkan kau, Cho Kyuhyun. Jangan dekat-dekat aku karena terakhir kali kau melakukannya, kau sudah merebut ciuman pertamaku!” semburku berang.
Bukannya menjauh, pria ini malah memandangku geli. “Terakhir kali? Seingatku terakhir kali kita berdekatan adalah tadi malam. Dan sayang sekali, sebab kau lah yang menciumku semalam, bukan aku.”
Aku mendelik memandangi Kyuhyun yang tengah terkekeh dengan suara memekakkan telinga. Kontan mukaku merah padam dan kalau saja aku membawa palu, aku pasti sudah memalu wajahnya hingga hancur berkeping-keping. “Jangan bercanda, Cho Kyuhyun. Bermimpilah terus.” Kataku menggeram marah—dan malu, tentu saja.
Dengan nafas terengah-engah sehabis puas menertawaiku, Kyuhyun menjawab santai. “Aku tidak bercanda, Kenesha yang manis. Aku tidak menyangkal bahwa aku memang sudah mencuri ciuman pertamamu. Tapi aku tidak berbohong, Ken. Kau memang menciumku semalam. Dua kali.” Tandasnya berpuas diri.
Sekejap saja kegelisahan merayapi sudut hatiku. Kedengarannya sangat tidak mungkin tetapi siapapun tidak akan sadar dengan apa yang mereka lakukan selama mabuk, bukan? Apakah kemungkinan itu bisa terjadi padaku? Oh Tuhan.
“Aku mabuk. Ingat?” ucapku parau.
“Tentu saja aku ingat, Ken. Sebab kau yang mabuk, bukan aku. Tapi yang harus kau perhatikan, ada sebabnya aku mengatakan bahwa kau lebih mudah diajak berbicara dalam keadaan mabuk karena sejujurnya, kau menjadi sangat luar biasa.” Cengiran Kyuhyun kini menjadi semakin lebih lebar dan dadaku berdebar.
“Ap—Apa yang terjadi semalam?” tanyaku takut-takut.
Kyuhyun agaknya sudah menanti-nantikan pertanyaan ini karena kilatan matanya berubah menjadi semangat dan kelihatan sekali bahwa dia berusaha keras menahan diri untuk tertawa. “Cukup sederhana, sebenarnya. Kau datang, duduk, minum segelas Midori dan mabuk. Lucu sekali, bagaimana bisa Midori membuatmu mabuk? Bahkan kadar alkoholnya lebih rendah dibanding soju,” Kyuhyun tertawa mengejek namun segera melanjutkan penjelasannya ketika aku memandangnya dengan bibir terkatup.
“Dan, yah.. sebenarnya kau juga muntah dan sempat terjadi sedikit kegaduhan karena itu. Tapi itu tidak sebanding dengan kejadian setelahnya sebab yang lebih menghebohkan adalah ketika kau menari di atas lantai dansa. Aku tidak akan melupakan kejadian itu seumur hidupku,” Ujar Kyuhyun dengan suara berupa bisikan diakhir kalimatnya.
Satu persatu memori itu menyelinap masuk ke otakku, menghilangkan segala macam rasa sakit sehabis mabuk, dan tanpa komando, kenangan itu berputar dikepalaku tanpa bisa dicegah..

***

Eight Hours Before


Entah kenapa dunia terasa begitu memukau.
Aku tidak berbohong sebab aku merasa seluruh ruangan ini berkilau, dilimpahi cahaya dan telingaku menangkap alunan nada yang menghentak-hentak, mengguncang tubuhku tanpa henti. Semuanya terasa sempurna malam ini. Seluruh kecemasanku kini lenyap, tubuhku serasa melayang dan aku sedang bersamanya, Cho Kyuhyun.
Bukannya aku tidak tahu bahwa pria ini menatapku dengan tatapan terkejut. Tentu saja aku menyadarinya karena bibirnya yang penuh itu membulat dan kedua matanya yang liar kini tidak berkedip. Tapi aku menyukainya.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanyaku berbisik ditelinganya.
Kyuhyun mengernyit dan balas bertanya, “Apakah kau sadar apa yang sedang kau lakukan?”
Aku tertawa histeris, tanpa benar-benar mengetahui mengapa aku bisa tertawa. Sepertinya apapun menjadi sangat menyenangkan sekarang. “Tentu saja aku tahu, sayang. Aku sedang menari. Apa kau tidak bisa melihatnya?” jawabku diiringi suara tawa.
Lagi-lagi Kyuhyun mengernyit tetapi kali ini seulas senyum miring yang—amat sangat—memesona terpapar di wajahnya. “Whoa. Aku tidak tahu bahwa kau memiliki sisi liar, Ken. Sama sekali berbeda dengan kau yang biasanya.” Ungkap pria itu sambil menelengkan kepalanya ke satu sisi.
“Apakah kau menyukainya?” tanyaku dan meletakkan kedua tanganku di lehernya yang indah.
“Apa aku punya alasan untuk tidak menyukaimu? Kau sempurna, Ken.” Jawab Kyuhyun persis di hidungku. Aku menghirup nafasnya yang beraroma wine dan menutup mataku perlahan. Tubuh kami semakin berdekatan dan aku bisa merasakan dadanya yang bidang.
“Beritahu aku, Kenesha. Apakah kau mencintaiku?” bisik Kyuhyun ditengah hiruk pikuk dan kilauan laser di seantero ruangan.
Aku menatapnya sejenak. Perlu waktu beberapa detik untuk menyelami kedua bola matanya yang indah, sebelum aku menarik lehernya kearahku, menyatukan bibir kami yang daritadi mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak perlu. Dan ciuman ini ternyata memperparah kelinglunganku. Seluruh sel-sel ditubuhku hanya terpusat padanya, pada Cho Kyuhyun yang kini benar-benar membuatku gila. Bibirnya tidak memberikan jeda untuk sekedar menarik nafas atau menghembuskannya, dia—atau mungkin aku—terlalu terobsesi menutup semua jarak diantara kami. Tapi aku tidak bisa mengingkari bahwa pria ini sukses membuatku terpaku tak berdaya.
Cho Kyuhyun, pria brengsek yang selalu memerintahku kesana kemari ini berhasil menghipnotisku dengan ciumannya yang hebat. Bahkan hatiku sudah tidak mampu menyangkalnya lagi, sebab aku memang sudah jatuh cinta padanya sejak pertama kali dia tersenyum dan menggodaku.
“Itu jawabanmu, Ken?” tanyanya tersengal-sengal, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya diantara desahan nafas.
Dengan satu anggukanku, Kyuhyun menyeringai. “Kalau begitu, jadilah istriku.” Katanya lugas.
Aku memutar bola mataku dan mengedikkan bahu. “Oh, baiklah, tuanyangselalupercaya diri, menjadi istri atau budakmu itu sama saja menurutku,” jawabanku membuat Kyuhyun tertawa dan aku melihat binar kepuasan di matanya. Bibirnya membentuk lengkungan indah yang membuatku lupa diri—menariknya lagi dalam ciuman panjang dan membara.


***



Aku menatap Cho Kyuhyun dengan perasaan berkecamuk. Sementara cengiran lebarnya terus saja tercetak jelas, membuat perutku mulas. “Sudah ingat?” tanyanya antusias.
Sebagai jawaban, aku hanya menggigit bibir dan memalingkan muka ke arah lain, menghindari tatapannya yang penuh antisipasi. “Ke—kenapa aku bisa ada disini?” tanyaku sengaja mengubah topik pembicaraan, tapi sialnya itu malah memperparah keadaan.
“Bukannya kau bilang kau bersedia menjadi istriku? Aku membawamu kemari karena kau sudah mabuk total, sekaligus menjagamu, agar kau tidak lari kemana-mana. Sebab kita akan menikah hari ini juga,” jawab Kyuhyun terlihat yakin.
“AP—HARI INI?” teriakku gusar. Laki-laki ini pasti sudah gila.
Tidak. Malah sebenarnya aku yang gila karena sudah terpikat padanya.
Kyuhyun memandangku dengan tatapan “Benar, Ken. Aku tidak bercanda.” Dan wajahku langsung meringis. “Tidak bisakah kita membicarakannya lebih dulu?” tawarku percuma.
“Tidak. Sebab aku tidak mau kau berubah pikiran.” Ujar Kyuhyun cepat. “Sekarang, ganti pakaianmu dan segera bersiap. Aku tidak mau membiarkan kau berpikir bahkan untuk sedetik.”
Tetapi otakku langsung mencerna ucapannya dan buru-buru melihat kebawah—kepada sebuah kaus kebesaran yang membungkus tubuhku. Aku menoleh menatap Kyuhyun yang saat ini sedang berjalan menuju pintu dan berteriak sekeras-kerasnya. “YA! KENAPA AKU BISA MEMAKAI KAUS?”
Kyuhyun berbalik dan memandangku dengan tatapan sinis. “Apa kau mau tidur dengan gaun yang penuh muntahan itu? kau seharusnya berterima kasih karena aku meminjamkan kausku padamu, Ken. Atau kau lebih senang tidur tanpa pakaian?” godanya begitu melihat keterkejutan di wajahku. “Tenang saja, aku tidak melakukan apapun selain mengganti gaunmu. Jujur saja tidak banyak yang bisa di lihat dibalik gaun itu.”
Aku menggeram marah dan melemparkan seluruh barang yang mampu di jangkau oleh tanganku ke arahnya. Tetapi Cho Kyuhyun hanya mengelak sambil tertawa senang. “Bagaimana mungkin kau memakai pakaian dalam bermotif stroberi? Astaga Kenesha,” ejeknya lalu tertawa lagi.
“YA, CHO KYUHYUN KU BUNUH KAU!”
“Sampai nanti, calon istriku. Kuharap seleramu bisa sedikit berubah saat kau menjadi istriku,” ujar Kyuhyun mengedipkan matanya jail lalu menghilang kebalik pintu sebelum bantal yang kulempar mengenai wajahnya.
Tetapi jika ada yang lebih mengesalkan daripada mengalami serentetan kejadian memalukan dalam kurun waktu 24 jam, itu adalah kenyataan bahwa aku memang menyukai pria itu. Benar. Aku tidak bisa mencegah euforia yang menyelinap ke dalam hatiku, semakin lama semakin besar hingga rasanya dadaku ingin meledak.
Apakah aku benar-benar akan menikah dengannya?
Jawaban atas pertanyaan retoris itu terjadi 3 jam kemudian. Kami benar-benar menikah, di sebuah ballroom hotel mewah yang sudah terisi oleh begitu banyak orang. Entah bagaimana caranya Kyuhyun mengumpulkan mereka semua dalam satu jam serta menyiapkan seluruh dekorasi ini. Tidak ada yang bisa kulakukan selain membelalak seperti orang bodoh sambil melayangkan tatapan ke penjuru ruangan.
Beberapa orang mendatangiku dan mengucapkan selamat atas pernikahanku yang diluar dugaan ini. Bahkan ada yang bertanya apakah aku sudah hamil—membuatku semakin terperangah. Aku menatap Kyuhyun yang saat ini sedang bersama relasi bisnisnya dan dia mengedip kepadaku.
Wajahku memanas dan aku memberi isyarat padanya agar segera mendatangiku. “Ada apa?” tanyanya seolah tidak memahami tatapanku.
“Bagaimana mungkin kau bisa mengumpulkan semua orang dan menyiapkan pesta pernikahan dalam waktu beberapa jam?” bisikku dengan gigi berkeretak.
Kyuhyun mendengus geli. “Wah, kau masih belum mengenalku ternyata, Ken. Ini hal yang mudah saja bagiku. Tapi yah, aku memang telah menyiapkan semua ini jauh-jauh hari. Dan tadi malam aku melamarmu, bukan? Itu juga sudah kurencanakan.” Jawabnya santai.
“Bagaimana kalau semalam aku mengatakan tidak?”
“Aku tidak membutuhkan jawabanmu, sebab kau mau atau tidak, suka atau tidak suka, kau memang harus menikah denganku.” Jawabnya licik. Senyum miring kesukaan itu menghiasi wajahnya yang amat tampan.
“Kau bahkan tidak pernah mengatakan kau mencintaiku, Cho Kyuhyun. Bagaimana mungkin aku bisa menikah denganmu?”
“Dasar bodoh,” katanya menjitak dahiku pelan. “Untuk apa mengatakan hal yang tidak perlu? Tentu saja aku menikahimu karena aku mencintaimu! Arajji?”
Kurasakan pipiku bersemu dan bibirku terkulum. “Benarkah?” gumamku lemah.
“Berhentilah bertanya hal-hal bodoh dan lihat sekelilingmu. Ini buktinya, Ken. Kau masih tidak percaya juga?”
Aku tersenyum dan menatapnya semringah. “Aku percaya.” Kataku kemudian.
Tidak ada yang tahu seberapa besar rasa cinta Kyuhyun padaku, begitu juga rasa cintaku padanya. Bisa saja semua ini hanya bertahan beberapa waktu dan aku mungkin akan menderita karena sikapnya yang menyebalkan. Tapi pilihan untuk mempercayainya sepertinya bukan hal yang buruk. Aku tidak akan menyesal. Sebab aku tahu Kyuhyun bisa dipercaya..

*END*



5 komentar:

  1. Ini g jelek. Ini bagus. Image Kyuhyun ny dapat.

    BalasHapus
  2. selalu bagus
    tapi kurang panjang ceritanya hehehehe

    BalasHapus
  3. ijin absen dulu hehe ^^

    BalasHapus