Selasa, 05 November 2013

FANFIC : A Genius Living Next To My Hotel Room [8]

cr: @peacereva


TITLE                    : A Genius Living Next To My Hotel Room [8]
Alternative title      : 핸섬 남자는 천재 (Nae Haenseom Namja neun Cheonjae)
GENRE                  : Action-Romance, AU (Alternate Universe)
RATING                 : NC-21
CAST                     : Cho Kyuhyun
                                  Kenesha Osidils


 Note from Author:
  
Hallo lagi! :D
Maaf karena muncul tiba-tiba(?) Aku cuma mau ngingatin kalo chapter ini bakal full of Kyuhyun POV(No Kenesha's) dan bakalan so damn BORING(!!) Berhubung next Chapter musti tamat, jadi semuanya dipadat-padatin di chapter ini. Oke, authornya ngeles *dilempar mangga* dan once more, ini ff NC-21 TANPA MS (Making Sex). Seriously guys, silahkan kecewa membaca ff ini karena aku memang sama sekali ga bisa bikin MS. Oh, ada sedikit adegan yang mengarah negatif di chapter ini tapi cuma dikiiittt. heheheh :p *ngeles lagi*
Mohon maaf jika ffnya (amat sangat) jelek dan kalau ada kritik atau saran, silahkan kasih tau langsung, i will appreciate it so much ^^ 
well, FYI, hampir semua hal dalam ff ini nyata kecuali beberapa bagian karena aku ga punya akses masuk ke militer Korsel :p So, just imagine it as real as you can ;)
Happy Reading everybody!

with love,
Aoirin_Sora


Chapter 8

Jangan menangis,
   Karena langit juga akan
   ikut menangis bersamamu..



Jumat, 26 Juni

Sinar matahari berhamburan menyusup melalui celah-celah mobil yang baru saja dibuka Kyuhyun. Angin segar berusaha meniupi wajahnya yang tampan, memberikan efek yang menenangkan. Namun, hal itu tidak bisa menghilangkan kegelisahan Kyuhyun yang sudah membuncah. Dia terus saja menampilkan wajah datar dan berusaha menghilangkan keresahan dengan menarik nafas dalam-dalam. Kematian Park Han Byul, Abeoji yang menantinya, batas waktu penyelesaian misi yang hanya 2 hari dan kelangsungan hidup Kenesha.. Semuanya berputar dikepalanya, tidak memberikan jeda untuk sekedar menikmati jalanan kota Seoul yang penuh warna.

Kyuhyun meneruskan langkahnya setelah menunjukkan kartu keanggotaan VVIP club. Dia berjalan ke atas, meninggalkan lounge—kamar duduk—dilantai satu dan melewati VIP tables di lantai dua. Kyuhyun memang mengenal tempat ini sebaik rumahnya sendiri. Dia sudah sangat sering mengunjungi kelab malam yang menjadi salah satu kesukaannya di Seoul, Club Answer, yang terletak di Cheongdam-dong. Namun kelab ini baru akan buka pada pukul 8 malam dan tentu saja Kyuhyun memiliki izin untuk masuk karena dia merupakan salah satu dari 20 VVIP yang memiliki akses khusus untuk masuk dan menggunakan private room kapanpun dia mau.
Salah seorang pelayan yang membawa peralatan bersih-bersih membungkuk padanya dan mempersilakan lewat dengan sebelah tangannya yang kosong. Kyuhyun memperhatikan namja itu dengan seksama dan melirik bekas kapalan di telapak tangannya, sebelum akhirnya dia kembali menatap koridor kosong.
Begitu tiba di lantai tiga—private room—Kyuhyun langsung membuka pintu dengan menggesek selot kartu VVIP di lubang kuncinya. Ruangan itu tidak begitu besar, tapi cukup untuk sebuah tempat tidur ukuran king size, home teather, satu set sofa mewah serta perabotan-perabotan lain yang menjadikan kamar ini pantas disebut hotel. Tidak ada siapapun kecuali ayahnya, Cho Hong Nam, yang sedang menatapnya dalam diam diujung sofa.
Biasanya Kyuhyun akan langsung duduk di kursi terjauh dari ayahnya, namun kali ini dia beringsut mendekat, membuat jarak yang memungkinkan mereka untuk bisa bertatapan dengan jelas. Wajah Cho Hong Nam menjadi penuh kebingungan ketika Kyuhyun mengarahkan sebuah tablet ke sekujur tubuhnya seperti seorang petugas keamanan. Dalam waktu 5 detik, tablet itu mengeluarkan bunyi ‘bip-bip’ pelan. Kyuhyun menghela nafas. Wajahnya gelisah.
“Abeoji, apa kau tidak tahu kalau kau sedang di mata-matai?” tanya Kyuhyun serius.
“Apa maksudmu?”
Alih-alih menjawab, Kyuhyun menarik kerah belakang jaket Cho Hong Nam dan menunjukkan sebuah benda bulat kecil yang mirip kancing baju dengan perekat dibagian bawahnya.
Mata Cho Hong Nam membelalak melihat benda itu—alat penyadap yang biasa mereka gunakan dalam setiap operasi (misi). “Ap—Joon Ha memata-mataiku? Bagaimana bisa—?”
“Bukan.” Potong Kyuhyun tiba-tiba. “Ini bukan milik CIC,” terang Kyuhyun yang terlihat sangat yakin. Mereka tidak mengatakan sepatah katapun lagi setelahnya, hanya dengan sebuah anggukan Kyuhyun, mereka berjalan mendekati pintu dalam diam sekaligus waspada.
Sekejap saja mereka sudah melewati pintu belakang Club Answer yang terlihat sepi. Kyuhyun tahu, orang yang memata-matai ayahnya juga sudah pasti memantau pintu belakang, namun dia tidak punya jalan lain sekarang sebab begitu dia sampai di mobilnya, mereka berdua akan aman. Siapapun yang berusaha mengejar BMW M6 milik Kyuhyun sudah pasti akan menyerah mengingat bagaimana kencangnya mobil itu berlari.
Cho Hong Nam menaiki kursi penumpang dengan terpana dan menaikkan alisnya penuh tanya. “Ini mobilmu?”
Sambil memacu mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, Kyuhyun menggumamkan jawaban “ya”.
“Dimana Benz SL550 Roadster yang biasa kau gunakan?” tanya ayahnya yang masih saja penasaran.
Kyuhyun menarik nafas panjang. Dari sekian banyak hal, dia tidak menyangka ayahnya akan tertarik dengan apa yang dia kendarai. “Aku hanya menggunakan mobil itu untuk urusan sepeles. Lagipula aku akan cepat ketahuan kalau terus menerus membawa mobil yang sama kemana-mana.”
Jawaban Kyuhyun sepertinya membuat Cho Hong Nam mengerti dan tidak bertanya lagi meskipun wajahnya tetap terpana melihat interior mobil mewah ini. Tentu saja siapapun yang melihat mobil-mobil koleksi Kyuhyun akan terpesona, tidak terkecuali ayahnya. Tiga mobil mewah yang dimilikinya merupakan mobil impian semua orang di Korea.
Mercedes Benz SL-CLASS SL550 ROADSTER. Mobil yang pertama kali dibeli Kyuhyun langsung di Jerman. Dia biasanya menggunakan mobil ini ketika ke kantor dan kelab-kelab elit sebelum dia membeli BMW M6 Convertible berwarna diamond white di Amerika Utara. BMW kesukaannya ini biasanya hanya dibawa Kyuhyun ketika malam, dimana tampilannya tidak semencolok ketika siang hari. Dan hingga sekarang tidak ada yeoja yang sudi menolak apapun yang dia inginkan, jika Kyuhyun membiarkan mereka menaiki BMW-nya.
Mobil terakhir yang sangat disukainya dan hanya digunakannya sesekali saja adalah Porsche seri Boxter S yang dibelinya 3 bulan lalu di Prancis. Dari ketiga mobil yang dimilikinya, kentara sekali bahwa Kyuhyun menyukai mobil sport dengan atap convertible—bisa dibuka—dan tipe 2 door yang mencuri perhatian orang banyak. Selain ketiga-tiganya merupakan produki Jerman, mobil-mobil Kyuhyun yang luar biasa dalam segala hal itu mempunyai beberapa persamaan lain, seperti kecepatan yang mengagumkan, akselerasi mesin yang menakjubkan serta memiliki harga yang fantastis dan bisa dipastikan akan membuat siapapun ternganga jika mendengar harganya.
Dengan apa yang dikendarainya, praktis membuat Kyuhyun dielu-elukan para yeoja berparas cantik. Kemanapun dia pergi sudah pasti akan mengundang perhatian. Entah itu ketampanan, kejeniusan ataupun kekayaannya. Bagi Kyuhyun, mobil hanyalah atribut pelengkap dan dia tidak keberatan untuk sedikit memanjakan gadis-gadis cantik yang memujanya. Tetapi pengecualian untuk mobil terakhir. Meskipun Porsche Boxter S hanya memiliki satu kursi penumpang tetapi belum ada satupun yeoja yang pernah Kyuhyun ijinkan untuk naik bersamanya. Mobil Sport favoritnya itu masih menunggu seseorang yang istimewa. Dan setelah memikirkan ini, Kyuhyun tiba-tiba teringat wajah Kenesha yang kurang dari satu jam yang lalu ditinggalkannya.
Belum-belum dia sudah ingin pulang..

Tapi ada yang harus dilakukannya sekarang. Mata Cho Kyuhyun menatap lurus ke depan, mencoba menyalip beberapa mobil yang berjalan tenang. Sesekali dia melirik spion dan melihat sebuah mobil yang sepertinya tidak mau ketinggalan. Senyum mengembang dari bibir cemberutnya dan Kyuhyun menginjak pedal gas lebih dalam lagi, membiarkan mobilnya meraung ditengah kota.
Tidak ada tanda-tanda Kyuhyun akan menurunkan kecepatan. Mobilnya terus melaju kencang melewati jembatan Cheongdam menuju daerah Guui-ro. Jalanan mulai tampak lenggang ketika mereka sampai di Stasiun Hannam. Kyuhyun lalu tiba di daerah Itaewon dengan kecepatan diatas 80km/jam, mencoba mengecoh siapapun yang membuntuti mereka dibelakang. Setelah beberapa kali mengambil jalan memutar di daerah Icheon, Kyuhyun membelok menyusuri Jembatan Hangang dan memperlambat laju mobilnya. Kemacetan terjadi di sepanjang jalan menuju Seokyo di Mapo, namun Kyuhyun tetap sukses berkelit diantara mobil-mobil yang lumayan padat dan dia kembali memacu kecepatannya hingga 100km/jam di atas jembatan Mapo.
Tujuannya kali ini adalah sebuah Club di Sekyo-dong, Mapo.
Area parkiran Club Mansion memang sedikit tertutup dan Kyuhyun berhenti dipaling ujung, membuat mobilnya tertutup dari pandangan jalan. Tanpa banyak tanya, Cho Hong Nam langsung keluar dan membiarkan tangan kanannya tersembunyi dibalik jaket. Kyuhyun sendiri tidak merasa perlu untuk membawa senjata apapun karena dia cukup yakin tempat ini aman dari jangkauan agen. Bukan tanpa sebab Kyuhyun memilih Club ini. Sejatinya, Mansion yang hanya beroperasi sebagai Club dihari libur ini juga digunakan sebagai lounge dihari biasa. Kyuhyun menyukai suasananya yang tenang dan tanpa kerlap-kerlip lampu disko. Penerangan minim memang menjadi ciri Club ini, seakan membiarkan orang-orang melakukan kegiatan mereka tanpa takut terusik siapapun.
Setelah memilih tempat duduk yang paling ujung dan paling jauh dari dance floor, Kyuhyun dan ayahnya memesan sebotol wine, lalu membiarkan keheningan mendominasi mereka. Keduanya sibuk memilah kata-kata dan informasi yang akan mereka utarakan.
“Jika itu bukan CIC, jadi siapa?” ujar Cho Hong Nam memulai percakapan.
“Aku tidak tahu.” Jawab Kyuhyun jujur. Dia mengusap dagunya dengan jemari dan pelipisnya berkerut, mencoba menguhubungkan beberapa fakta. “Aku bertemu dengan agen yang menyamar di Club Answer. Sepertinya dia bukan dari CIA ataupun CIC.”
“Kau yakin itu agen?” tanya Cho Hong Nam sedikit tak percaya. Jika memang ada agen CIC ataupun CIA di dalam jarak 1 kilometer pertemuan, mereka harus melapor padanya.
“Ya,” jawab Kyuhyun tegas. “Aku melihat telapak tangannya. Dia pasti pasukan khusus atau agen. Apakah CIA mengetahui pertemuan kita?” suara Kyuhyun terdengar meninggi diakhir kalimatnya.
Cho Hong Nam mengangguk enggan. Dia sendiri tidak menyukai gagasan CIA yang ikut campur dalam segala urusan CIC. Tapi tanpa bantuan Amerika, Korea Selatan tidak akan bisa menang mutlak melawan Korea Utara yang dibelakangnya memiliki 2 Negara Komunis terbesar didunia, Cina dan Rusia.
“Aku benci kalau orang-orang CIA itu ikut campur. Mereka pikir CIC tidak bisa bertindak sendiri dan selalu merasa kita dibawahnya.” Omel Kyuhyun diluar dugaan. Cho Hong Nam tidak bisa menahan senyum diwajahnya sementara Kyuhyun terus saja mengomel. Dia merasa gembira bahkan dengan gerutuan Kyuhyun yang tiba-tiba, sebab putra satu-satunya ini tidak pernah menunjukkan sedikitpun ekspresi diwajahnya kecuali tatapan dingin dan menusuk kepadanya.
“Itu karena KGB—Komitet Gosudastvennoy Bezopasnosti (Komite Keamanan Negara Rusia yang berisikan intel-intel terbaik)—telah ikut campur dalam misi ini. Saat ini mereka tengah berkeliaran, Kyuhyun-ah. Kau harus ekstra hati-hati. Karena itu artinya keselamatanmu tidak bisa dianggap remeh.”
Kyuhyun mengadah menatap ayahnya dengan seksama. Dia berusaha menemukan penghinaan yang terpancar dari wajah Cho Hong Nam namun yang ada hanyalah kekhawatiran. Dia sadar ayahnya memang khawatir tetapi lagi-lagi Kyuhyun berusaha menepis kenyataan yang tersodor dihadapannya.
“Berhenti mengkhawatirkan aku. Aku bukan anak kecil.” Ucap Kyuhyun dingin.
“Tetapi kau tetap anakku, Kyuhyun-ah.”
Kata-kata itu berdenging di telinganya. Benar. Dia memang anak Cho Hong Nam, laki-laki yang membunuh ibunya, membuat dia harus tumbuh tanpa kasih sayang orangtua yang semestinya. Darah Kyuhyun menggelegak dan dia terpaksa menggigit lidah sebelum terlanjur meneriaki wajah sayu yang memandanginya dengan perasaan tersiksa.
“Oh, itu fakta yang mengejutkan. Apakah akhirnya kau menyadari kau memiliki seorang anak?” ujar Kyuhyun kejam.
Cho Hong Nam menatap putra yang sangat disayanginya itu dengan sedih. “Maafkan aku, Kyuhyun-ah. Aku memang salah.”
“Salah karena apa? Karena kau telah membunuh ibuku? Apakah karena kau meninggalkanku di rumah bibi? Atau karena kau tidak pernah mengunjungiku selama Sembilan belas tahun? Atau apakah karena kau tidak pernah membiarkanku bergabung di divisi lapangan?” sembur Kyuhyun penuh emosi. “Jawab aku, Cho Hong Nam!”
Laki-laki tua itu menutup matanya dan membiarkan butiran airmata jatuh tanpa perlawanan. “Sebesar itukah kesalahanku dimatamu?” tanyanya pelan.
Kyuhyun terhenyak melihat ayahnya menangis. Seluruh amarahnya telah menguap bergantikan keterkejutan. Dia mengira ayahnya akan balas berteriak atau yang palig parah, menghajarnya karena sudah berkata-kata tidak sopan seperti itu. Namun yang dilakukan ayahnya saat ini benar-benar diluar perhitungannya.
Dalam keremangan, Kyuhyun menatap mata nelangsa itu. Guratan-guratan keriput disekitar matanya basah oleh airmata. Ayahnya sudah tidak muda lagi. Kyuhyun mengingat fakta itu dengan perasaan campur aduk. Dia tidak bisa tidak peduli.
“Aku benar-benar minta maaf, Kyuhyun-ah. Tak pernah sekalipun aku melakukannya karena aku melupakanmu atau karena aku membencimu. Aku hanya ingin kau selamat..” ujar Ayahnya penuh penyesalan.
“Dimalam itu.. ketika Ibumu terbunuh, aku sedang berada di Korea Utara, berusaha menyelinap ke Gedung Parlemen Pyongyang untuk mencari tahu kebenaran informasi tanggal uji coba nuklir di Cina. Tetapi aku ketahuan ketika sedang mencoba keluar gedung itu. Mereka menyekapku selama 3 hari dan memaksaku memberitahu dimana aku menyimpan informasi yang sudah kurekam di Gedung Parlemen. Aku menolak dan diancam ratusan kali. Mereka juga mengancam akan membunuh kalian berdua tetapi aku tidak percaya karena aku yakin kalian berada dalam markas CIC. Aku sama sekali tidak mengetahui kalau mereka sudah menemukan ibumu ditaman bermain. Tapi.. tapi setelah aku berhasil menyelinap kabur, aku malah menemukan makam ibumu, Seo Yeon Ah yang paling kucintai..”
Tubuh Cho Hong Nam bergetar menahan isakan tangis sementara bahu Kyuhyun merosot ke dalam tempat duduk. Kilasan tentang hari kematian ibunya seakan berjejalan dikepalanya, berdesakan masuk dan membuat semua seakan terulang lagi.

Dia ingat bagaimana ibunya mengatakan mereka akan tinggal di basement CIC sampai ayahnya pulang. Lalu Kyuhyun yang masih kecil menangis histeris ketika ibunya menolak untuk pergi ke taman bermain. Dia menghabiskan 3 jam menangis meraung-raung sampai akhirnya ibu Kyuhyun yang tak tega membawa dirinya keluar basement diam-diam dan bermain ditaman itu hingga sore. Masih jelas dalam ingatannya ketika tiba-tiba ibu menggendongnya sambil berlari panic ditengah keramaian. Wajah ibu penuh keringat dan matanya membelalak ketakutan tetapi bibirnya tetap tersenyum penuh kasih ketika berkata cepat-cepat, “Kyuhyun-ah, Kyuhyunku yang baik, aku mencintaimu. Tolong turuti ibu kali ini dan ibu berjanji akan memberikan apapun yang kau inginkan kalau kau tetap disini dan tidak menangis. Diamlah disini, Kyuhyun sayang. Kau mengerti?”
Kyuhyun kecil mengangguk dan ibunya mengecup kepalanya dengan tangan gemetaran lalu menghilang pergi. Dia tidak bergerak satu sentipun dan diam dalam kegelapan. Dia tidak tahu ini dimana tapi dia yakin ibunya akan menjemputnya nanti. Ketika dia pikir dia tidak akan pernah keluar lagi dari kegelapan, seorang pria yang sering dilihatnya di basement menggendongnya keluar dari tempat yang gelap itu. Dan keesokan harinya dia melihat gundukan tanah yang masih basah. Kyuhyun tak perlu diberitahu apa itu, karena dia jenius. Seo Yeon Ah, begitu yang tertulis di nisan itu dan Kyuhyun jatuh dalam pusaran kegelapan.

“Aku sangat mencintainya, ibumu. Dia tidak hanya cantik tetapi juga pintar. Dan kau sangat mirip ibumu, Kyuhyun-ah. Aku juga sangat mencintaimu, kalian dua orang yang paling berharga dalam hidupku. Karena itu aku menitipkanmu pada Seo Ji Hyeon, adik ibumu, di Chongdamdong. Aku tak ingin kau terluka atau terlibat dengan hal-hal sepertiku. Aku tidak pernah mengunjungimu secara langsung karena aku takut pihak musuh akan mengetahui dimana dirimu dan kejadian itu akan terulang lagi. Maafkan aku jika kau terluka karena itu..”
Kegelapan yang mendominasipun tidak akan bisa mengelabui mata Kyuhyun. Dia bisa melihat dengan jelas airmata yang jatuh itu. Benarkah? Benarkah itu semua demi kebaikannya? Bisakah dia percaya bahwa ayahnya benar-benar mencintai dirinya?
“Kau bahkan benar-benar melakukannya dengan baik, bukan? Aku mengerti jika kau tidak bisa menemuiku karena takut ketahuan. Tapi bahkan sepucuk suratpun tidak kau kirim hanya untuk menegaskan bahwa kau masih mengingatku. Jangan bilang kau takut surat itu dilacak. Berbohonglah lebih baik,” nada suara Kyuhyun tetap datar, walaupun dalam hatinya dia berharap ayahnya punya alasan akan hal itu.
“Maafkan aku,” jawab Cho Hong Nam pilu. “Aku pernah mengirimkan beberapa surat kepadamu tetapi Ji Hyeon melarangku. Dia tidak membiarkanku mendekatimu atau bahkan menghubungimu walau Cuma surat. Aku tahu dia juga khawatir jika kejadian serupa terjadi padamu. Dia mengatakan bahwa kau sudah diangkat menjadi anaknya dan aku tidak boleh dekat-dekat denganmu. Jadi—”
“Aku tahu.” Sela Kyuhyun tiba-tiba. “Dia juga menyuruhku memanggilnya ibu dan paman Seung Ho sebagai ayah.”
“Benarkah? Kupikir itu bagus bagimu..” senyum Cho Hong Nam berubah menjadi getir ketika dia bertanya, “Jadi kenapa kau bergabung dengan CIC, Kyuhyun-ah? Bukankah kau mendapat gelar Master of Business Administration di umur 19 tahun? Mengapa kau mengabaikan larangan bibimu?”
“Untuk.. balas dendam.” Tatapan mata Kyuhyun yang sekeras batu kembali menghujam Cho Hong Nam. “Bibi Ji Hyeon mengatakan aku bebas melakukan apapun setelah aku lulus kuliah. Namun sepertinya dia lupa kalau aku jenius. Dan dia tidak bisa melarangku masuk CIC karena aku lulus dalam waktu singkat. Maka aku kembali kehadapanmu, untuk menunjukkan bahwa aku masih hidup. Aku akan menunjukkan bahwa kau tidak bisa menyingkirkanku meskipun kau sudah membuangku pada bibi Ji Hyeon!”
“Kyuhyun-ah.. kumohon, dengarkan aku, ini semua karena—”
“BERHENTI MENGATAKAN SEMUA INI DEMI KEBAIKANKU!” teriak Kyuhyun gusar. Beberapa pasang mata menatap mereka sebentar lalu buru-buru membuang muka sebab mendengarkan pembicaraan orang lain sungguh tidak sopan di Korea Selatan.
“Apa-apaan ini? Setelah semua yang kau lakukan padaku, sekarang kau bilang ini semua demi diriku? Aku tahu, kau hanya ingin menjadikanku bulan-bulanan di CIC, bukan? Kalau tidak, bagaimana mungkin Joon Ha-nim membiarkanku di divisi Komunikasi selama 3 tahun dan membusuk divisi analisis selama 5 tahun dengan otakku yang jenius ini?”
Cho Hong Nam menatap Kyuhyun yang terus memprovokasinya dengan tabah. Tidak ada kemarahan dalam dirinya sekarang. Yang tersisa hanyalah kepedihan dan penyesalan. “Lalu apa yang bisa kulakukan?” Jawabnya sedih. “Aku tidak bisa menyuruhmu keluar dari CIC jadi aku hanya bisa memastikan agar kau tetap selamat, Kyuhyun-ah.
“Aku benar-benar mati-matian memohon Joon Ha agar meletakkanmu jauh-jauh dari tim lapangan. Mereka semua tentu menyadari potensimu dengan semua hasil tesmu yang mendekati sempurna bahkan dalam tes fisik. Tapi..”
“Tapi apa?” desak Kyuhyun tak sabar. Dia mengacuhkan tatapan ayahnya yang terlihat sangat sedih.
“Tapi aku tetap tidak bisa membiarkanmu dalam bahaya. Aku pikir aku akan mati saja jika harus melihatmu terluka lagi, Kyuhyun-ah. Aku tahu kau pernah mengalami cedera paru-paru ketika tes penempatan tim lapangan. Dan aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku atas apa yang terjadi padamu.”
Kata-kata ayahnya membuat sekujur tubuh Kyuhyun menggembung senang. Entah dasar apa dia merasa bahagia mendengar pengakuan bahwa ayahnya lebih ingin mati daripada melihat dirinya terluka. Dia menyadari kerapuhan yang sangat kekanakan ini dan tidak berniat menolaknya. Ya, Cho Kyuhyun yang jenus, tampan dan kaya raya memang tidak pernah merasakan kasih sayang orangtuanya sendiri. Dia memang tumbuh dalam keluarga bibi dan pamannya yang berkecukupan dan hangat. Tetapi Kyuhyun tidak sama seperti bocah umur 5 tahun lainnya. Dia terlampau cerdas untuk bisa mengingat semua kesedihan dan sakit hati karena kehilangan orangtua. Dan inilah yang ingin didengarnya. Selama ini Kyuhyun hanya berusaha membangun tembok kebencian terhadap ayahnya. Alasannya karena dia tidak ingin mendapati kebenaran bahwa ayahnya sendiri memang membencinya dan membuangnya tanpa sebab. Dia terlalu takut untuk terluka.
Bisakah dia percaya kali ini?

“Bisakah aku mempercayai kata-katamu?”
Mereka bertatapan sejenak. Keduanya mencoba mencari kebenaran melalui tatapan yang penuh makna itu.
“Aku bersumpah demi Seo Yeon Ah. Aku hanya ingin kau selamat, Kyuhyun-ah.”
Jawaban ayahnya membuat Kyuhyun lega. Dia mengangkat sudut bibir kanannya sedikit keatas, membentuk sebuah senyuman yang dipaksanya menjadi sebuah seringaian. Namun meskipun Kyuhyun mencoba sekuat tenaga, Cho Hong Nam tahu putranya itu sudah sedikit melunak. Pancaran mata Kyuhyun tidak bisa membohonginya.
Mereka mengisi gelas mereka yang sedari tadi terabaikan dengan wine Chateau Corbin Michotte 2005, salah satu kesukaan Kyuhyun. Senyum Cho Hong Nam mengembang dan mengangkat gelasnya keatas, bersiap-siap bersulang dengan Kyuhyun.
“Untuk keselamatanmu dan untuk keberhasilan misi,” ujar Cho Hong Nam bersungguh-sungguh. Namun kata-kata ‘misi’ malah menyadarkan Kyuhyun. Matanya mendadak waspada dan membiarkan gelasnya kembali diletakkan diatas meja tanpa lebih dulu diteguknya.
“Ada apa?” tanya Cho Hong Nam yang menyadari perubahan dalam wajah Kyuhyun.
Kyuhyun tidak menjawab. Dia terlalu sibuk tenggelam dalam pikirannya dan membiarkan ayahnya mengamatinya dengan kebingungan. Pertengkaran mereka tadi membuatnya melupakan Kenesha sejenak. Bagaimana dia bisa lupa? Kedatangannya kemari adalah untuk berkonfrontasi dengan ayahnya mengenai keselamatan Kenesha. Astaga, dia melupakan hal yang penting.
“Ada yang ingin ku sampaikan mengenai misi itu.” ucap Kyuhyun setelah akhirnya menguatkan tekad.
Cho Hong Nam menatap putranya sejenak dan menemukan keseriusan di wajahnya. Dia sudah tahu apa yang akan dibicarakan Kyuhyun.
“Tentang Surat Perintah dari Joon Ha-nim. Aku tidak setuju untuk beberapa hal—”
“Aku akan mendukungmu.” Ujar Cho Hong Nam menyelanya.
Kyuhyun terperanjat mendengar ucapan ayahnya. Dia bahkan belum selesai bicara tetapi ayahnya sudah setuju? “Abeoji, ini tentang gadis itu—”
“Kau mencintainya, bukan?”
Kali ini pernyataan ayahnya tepat sasaran. Dan lebih dari terkejut, Kyuhyun sampai melongo memandang Cho Hong Nam yang kini malah tersenyum. Dia menelan ludah dan membuang pandangan kearah lain.
“Selamatkan dia, Kyuhyun-ah. Lakukan apa yang tidak bisa kulakukan untuk ibumu.”
Kyuhyun kembali menatap ayahnya yang tersenyum menyesal dan mengangguk. Sebenarnya dukungan ayahnya ini membuatnya senang, tapi Kyuhyun tetap merasa gelisah. Dua orang tidak akan cukup untuk melindungi yeoja itu.
 “Tapi sebelumnya ada yang harus kita pastikan lebih dulu, abeoji. Aku masih penasaran mengenai orang yang membuntutimu. Apakah ada kabar terbaru dari organisasi-organisasi yang mendukung Korea Utara itu?”
“Ne,” jawab Cho Hong Nam serius. “Pihak CIA sudah memastikan bahwa ketiga organisasi itu adalah penyuplai persenjataan illegal untuk para pemberontak di Negara Bagian Afrika Tengah dan Afrika Timur. Belakangan diketahui bahwa mereka juga mengirimkan beberapa pasukan khusus untuk memastikan kemenangan Negara yang meminta pasokan senjata dari mereka.”
“Tetapi organisasi itu semuanya berasal dari Amerika Serikat!” sergah Kyuhyun. “Bagaimana mungkin mereka malah membantu Korea Utara?”
“Tapi itu informasi palsu, Kyuhyun-ah. Mereka organisasi independen yang bersembunyi dengan kedok perusahaan besar yang memiliki saham terbuka tetapi melakukan kegiatan illegal dibalik layar. CIA mengonfirmasi bahwa pendiri tiga organisasi itu ada 6 orang yang memiliki otoritas setara. 2 orang berasal dari Perancis, 3 dari Rusia dan 1 orang sisanya dari Polandia. Dan sekarang ada dugaan bahwa Korea Utara sudah bekerja sama dengan mereka. Melalui informasi yang kau berikan semalam, sepertinya kecurigaan itu meningkat menjadi 68%. Dan bila itu benar, berarti kita semua dalam bahaya.”
“Bagaimanapun, prioritasku adalah menyelamatkan Kenesha dari kekacauan ini, Abeoji.” Kyuhyun mendesah dan melanjutkan kalimatnya. “Joon Ha-nim memberikanku waktu hingga pukul 3 sore dua hari lagi. Aku harus memastikan Kenesha keluar dari Korea sebelum tenggat itu. Tapi kalau begitu rencana awal akan berantakan. Dan cara satu-satunya adalah melakukan perubahan target.”
“Aku yang akan membawa chip kedua itu, Kyuhyun-ah.”
Kyuhyun menatap ayahnya tidak percaya.
“Untuk menebus semua rasa sakit yang telah kuberikan, aku akan melakukannya.”
“Keunde, Abeoji, kalau begitu siapa yang akan melindungi Kenesha hingga dia berhasil pergi dari Negara ini?”
“Aku akan mengirim Kim Danny untuk mengawalnya.”
Untuk sejenak Kyuhyun terlihat sedang mempertimbangkan Kim Danny dan dia menggeleng. “Andwae. Aku akan meminta Go Eun. Aku tahu dia akan bekerja sama denganku.” Tandas Kyuhyun yakin.


***


Go Eun mendapat panggilan di Komputer kerjanya secara mendadak, tetapi dia sedikit bingung ketika menyadari panggilan itu berasal dari sinyal analog. Dia memang pernah menggunakan sinyal ini untuk mengirim pesan secara rahasia diluar pekerjaan. Dan benar saja, begitu program Analog to Digital Conventer (ADC) miliknya bekerja, muncul satu nama dari hasil pengkonversian digit-digit bilangan biner ke huruf; Kyuhyun.
Cepat-cepat Go Eun membalas panggilan itu dengan mengetik kata demi kata yang tidak tampil di layar monitornya secara terburu-buru, membuat orang lain tidak bisa menebak apa yang sedang dilakukan Go Eun selain menatap monitor yang hanya menampilkan deretan mengenai informasi situs resmi CIC. Bahkan program DAC (Digital to Analog Conventer—kebalikan dari ADC) yang sukses di modifikasi Kyuhyun ini telah menghentikan ATS (Program untuk menyimpan semua ketikan secara otomatis) yang telah diaktifkan di semua komputer di markas ini—otomatis akan memberitahukan apa saja yang mereka ketik, search atau bahkan hapus.
Kenyataan bahwa Kyuhyun seorang programmer jenius telah mendobrak privasi dan peraturan CIC. Dia membuat sendiri server-server internalnya secara rahasia dan diluar jangkauan IQ rata-rata kebanyakan orang. Beberapa dari inovasi penyandian dan program-programnya telah digunakan oleh CIC dan bahkan diterapkan di CIA. Hal ini juga yang membuat Kyuhyun dipertahankan sedemikian rupa oleh CIC. Bahkan ketika namja itu akan direkrut oleh CIA, pihak CIC dengan tegas menolak permintaan itu.  Dia terlalu jenius untuk menjadi ekspatriat—mengingat dia yang akan memata-matai negaranya sendiri.
Meskipun begitu, Kyuhyun tetap saja membuat privasinya terlindungi dengan menciptakan beberapa program penyandian dan masih banyak lagi yang tidak bisa Go Eun bongkar. Bahkan komputer-komputer Kyuhyun dikantor ini—yang jumlahnya 20 buah—tidak bisa ditembus oleh atasan sekalipun. Dia memproteksi komputernya dari tangan-tangan jahil yang begitu ingin tahu informasi dan program-program yang diciptakannya.
Pernah satu kali agen CIA membongkar CPU milik Kyuhyun menjadi potongan terpisah. Mereka melakukan segalanya, termasuk membongkar harddisk dan mencoba meretas dengan program hacking mereka. Namun jangankan bisa diakses, begitu program hacking itu mulai menerobos paksa barikade Kyuhyun, monitor mendadak mati dan arus listrik tiba-tiba saja korslet, menyebabkan kebakaran kecil di divisi Informasi. Kyuhyun sendiri memandang kejadian itu dengan datar. Ketika akhirnya pemadam api otomatis di ruangan itu telah membanjiri seluruh kantor dengan tetesan air, Kyuhyun dengan santai mengatakan bahwa percobaan yang dilakukan CIA telah mengakibatkan seluruh data CIC ikut terhapus. Perlu waktu setidaknya 2 hari penuh untuk meyakinkan Kyuhyun agar mau mengembalikan seluruh data CIC—yang ternyata sudah di back up oleh Kyuhyun—ke divisi masing-masing. Menurut gossip yang beredar, hal itu membuat begitu banyak negosiasi antara Kyuhyun dengan atasan.
CIA yang tidak senang mendengar kejadian ini langsung mengirimkan beberapa agen terbaik mereka untuk mengamankan Kyuhyun. Tapi setelah upaya konfrontasi mereka digagalkan dengan terputusnya sambungan satelit-satelit militer Amerika di beberapa Negara secara mendadak selama 3 jam, mereka memanggil kembali agen CIA itu dan tidak mengganggu Kyuhyun lagi sampai saat ini. well, belum.
Hingga kini, Go Eun juga tidak mengetahui dimana Kyuhyun tinggal. Tentu saja dia pernah kesana, tapi dia terlalu mabuk untuk mengingat kemana Kyuhyun membawanya—mabuk karena Martini dan mabuk pada pesona namja itu—dia bahkan hanya sempat melihat kamar Kyuhyun dan kamar mandinya—tentu karena mereka juga bercinta di kamar mandi cantik itu—namun dia tetap tidak bisa mengingat bagaimana Kyuhyun membawa Go Eun kerumahnya sendiri. Saat dia tersadar di sore hari, dia sudah berada di tempat tidur dengan sepucuk surat di mejanya yang bertuliskan, “Selamat Istirahat”.
Go Eun tersenyum mengingat masa-masa yang sudah hampir 2 tahun berlalu itu. Dia memang pernah gila karena pesona Kyuhyun—bahkan hingga sekarang—tapi sepertinya hubungan percintaan tidak pernah berhasil diantara mereka. Meskipun mereka hanya 6 hari bersama, Kyuhyun tidak pernah benar-benar tertarik padanya. Dan Go Eun pikir hubungan sebagai teman sudah cukup. Dia tidak pernah menyesali semua itu apalagi berusaha mempertahankan Kyuhyun, karena dia menyadari bahwa Kyuhyun juga sangat menyenangkan untuk dijadikan sebagai teman.
Kyuhyun membalas pertanyaan “Ada apa”-nya dengan deretan angka yang langsung diterjemahkan program menjadi rangkaian huruf: 3 Menit.
Dia menyadari arti pesan itu dan segera berjalan keluar sambil mengeluhkan “lapar” pada beberapa orang terdekat. Go Eun berusaha menjaga langkahnya tetap normal hingga tiba di kantin. ‘Sial. Kenapa hanya 3 menit?’ gerutunya kesal. Butuh waktu setidaknya 5 menit untuk mencapai kantin dengan jalur biasa.
‘Oh, sisa 2 menit lagi’
Go Eun kemudian mengambil jalan pintas dan melompat gesit ke lantai satu untuk menghemat waktunya. Dia tiba dikonter kantin dengan agak terburu-buru memesan roti dan mengambil sebotor air mineral sementara wajahnya berakting kelaparan. Sambil melirik timernya yang menunujukkan waktu tersisa 25 detik lagi, Go Eun berjalan ke kursi nomor 3 yang terletak diujung ruangan dan tidak tertangkap kamera pengawas. Begitu Go Eun duduk, timernya menunjukkan angka 0 dan seluruh listrik di CIC padam secara serentak. Dia tahu tidak hanya listrik tetapi juga seluruh gelombang sinyal yang berlalu lalang di gedung ini, sehingga siapapun tidak akan bisa menyadap/memonitor percakapan mereka.
Go Eun merangkak dibawah meja sementara seluruh orang di gedung ini berhamburan panik ketika peringatan siaga I berdenging di seluruh penjuru. Setelah membuka tablet sakunya yang menunjukkan No Signal, Go Eun memasukkan sebuah chip khusus yang dirancang Kyuhyun untuk menerima panggilan darurat dan rahasia dari namja itu.
Dalam sekejap layar tabletnya berubah menjadi hitam dan tidak ada apapun selain LED tabletnya yang mengedipkan warna putih berulang kali—tanda bahwa sebuah panggilan menggunakan sinyal analog sedang masuk. Program ini lebih hebat dari program sebelumnya karena memungkinkan mereka untuk berbicara seperti biasa meskipun suara mereka akan di pindai oleh program lalu diubah menjadi rangkaian angka biner, diteruskan ke penerima, lalu secara otomatis bilangan biner itu di konversi dan menghasilkan output berupa suara.
Hanya Go Eun yang mengetahui program ini karena dia juga ikut andil dalam pengerjaannya yang memakan waktu hampir satu tahun. Satu kekurangan program ini—kalau bisa disebut kekurangan—semua suara yang keluar akan menjadi tanpa intonasi. Bagaimanapun mereka berteriak, suara yang keluar hanyalah datar dan standar.
“Aku perlu sebuah tiket ke Peru,” ucap Kyuhyun setelah Go Eun menggunakan earphonenya.
“Kenapa?” bisik Go Eun waspada.
“Aku akan mengirimkan Kenesha kesana.”
Go Eun terperanjat. Itu artinya..
“Kau ingin menyelamatkannya?”
“Benar. Sekarang pesankan sebuah tiket sekali jalan untuknya. Aku butuh bantuanmu karena aku sedang diawasi sekarang. Biarkan Kenesha tinggal bersama adikmu disana untuk beberapa saat.”
Tabletnya mendengungkan jawaban Kyuhyun dengan lambat, mungkin karena terlalu banyak kata yang harus dipindai dalam satu waktu.
“Baiklah,” jawab Go Eun singkat.
“Lusa, pukul 2 siang. Transit ke Hawaii lalu langsung menuju Peru.”
“Aku mengerti,” ucap Go Eun, mengakhiri pembicaraan itu lalu keluar dari bawah meja setelah yakin tidak ada satu orang pun yang memergokinya. Dia menghela nafas dan dipenuhi rasa penasaran.
“Apakah Kyuhyun akhirnya jatuh cinta?” pikirnya tersenyum.

***

Langit Seoul mulai berubah warna, mengisi setiap awan-awan putih dengan semburat jingga yang cantik. Terhampar luas menghiasi seluruh permukaan langit, membiarkan matahari menyelesaikan tugasnya. Menunjukkan kilauan cahaya sebelum berganti menjadi petak-petak suram sinar bulan.
Sebuah mobil dengan atap convertible yang membuka melaju kencang, berbaur dengan kemacetan di jalanan Seoul. Desainnya yang mewah menarik setiap pasang mata di jalan itu, memberikan pertanyaan akan pemilik mobil yang memiliki harga hingga dua ratus juta won. Namun tidak ada yang bisa dilihat dari jendela yang tertutup rapat. Hanya pantulan matahari yang sedang terbenam yang bisa mereka saksikan dari kaca-kaca itu. Tentu tidak ada yang tahu bahwa seorang namja yang sedang gelisah duduk dibalik kemudinya.
Kyuhyun memacu BMW M6 miliknya ditengah kota, membiarkan pikirannya berkelana sejenak, membentuk rencana-rencana brilian yang dia harap bisa berhasil. Dia baru saja mengantar ayahnya ke stasiun Hannam setelah mereka berdua setuju untuk tidak pulang kerumah masing-masing malam ini. Kyuhyun berfirasat bahwa orang yang memata-matai mereka masih siaga dijalanan Seoul, maka dari itu, lebih aman jika mereka tetap berada di luar rumah hingga esok hari.
Langit sudah sepenuhnya gelap sekarang. Dan tanpa Kyuhyun sadari, dia sudah tiba di Gangnam. Hampir saja Kyuhyun membelok ke kiri di stasiun Hak-dong, menuju rumahnya. Tapi dia segera sadar dan berjalan lurus, mengganti tujuannya ke Hotel Ritz Carlton Seoul.
Begitu tiba di parkiran hotel, Kyuhyun  membuka laci dasbor dan menyisipkan pistol jenis Mark 23 ke saku jasnya hanya sekedar berjaga-jaga. Meskipun Hotel ini terlalu dekat dengan tempat tinggalnya, Kyuhyun tetap memilih  bermalam disini. Sebab jika terjadi apa-apa pada Kenesha, dia bisa langsung tiba disana dengan cepat.
Ketika akan mengambil tablet di laci, Kyuhyun mendengar pagernya berbunyi. Dia terkejut mendapati 3 pesan dari Kenesha. Dengan bimbang Kyuhyun membaca pesan-pesan itu. Semuanya menanyakan hal yang serupa;
“Eodiyeyo (kau dimana)?”
“Haesseoyo(sudah selesai)?”
Dan terakhir pertanyaan yang sama dengan yang pertama. Kyuhyun mendesah dan dia tidak ingin mengecewakan gadis itu. Tapi dia harus melakukannya. Tidak banyak pilihan yang tersedia untuk bisa mempertahankan Kenesha tetap hidup dan Kyuhyun akan berjuang untuk menyelamatkannya.
Langkahnya gontai ketika menyusuri koridor hotel yang luas. Hatinya masih gelisah memikirkan Kenesha yang tengah menantinya pulang. Separuh langkahnya terasa berat menuju kamar nomor 412 dan Kyuhyun begitu ingin berlari ke mobilnya lalu pulang kerumah, disambut senyuman gadis itu.
Lagi-lagi akal sehatnya menang. Dia masuk ke kamar hotel dan merebahkan diri di tempat tidur besar dengan desahan lelah bercampur keresahan. Pagernya kembali berbunyi dan Kyuhyun berusaha mengacuhkan benda itu sembari melemparnya jauh-jauh, berharap kecemasannya juga ikut menghilang. Setelah memesan room service, Kyuhyun mulai membuka laptop dan tabletnya, menghubungkan keduanya ke server dirumah lalu mulai mengetik baris demi baris perintah di programnya. Program ini harus rampung malam ini juga, sebelum dia berubah pikiran untuk mengkhianati negaranya sendiri.
‘Cho Kyuhyun, himnae (semangat)!’ batinnya pada diri sendiri.
Baru saja dia hendak fokus ketika pagernya berbunyi lagi. Konsentrasinya buyar dan Kyuhyun menyerah. Dia mengambil pagernya dan membalas pesan gadis itu dengan perasaan terluka. Kenesha adalah gadis yang pintar, jadi dia pasti mengerti maksud kata-kata Kyuhyun.  
“Aku tidak pulang”

‘Maafkan aku, Kenesha.’ Gumam Kyuhyun menyesal.


***

Sudah pukul 7 pagi.
Kyuhyun merentangkan kedua lengannya sejauh mungkin, membiarkan sendi-sendinya berkeretak menyenangkan lalu menyeruput kopi yang sudah dingin tanpa minat. Akhirnya Kyuhyun berhasil menyelesaikan program pengembangan penyandian miliknya. Dia perlu merapikan beberapa detail tapi hal itu bisa dilakukannya dirumah. Rasa tidak sabaran sudah memenuhi kepala Kyuhyun sejak tadi malam, dia benar-benar ingin pulang. Entah sejak kapan dia merasa begitu merindukan senyum yeoja itu. Memimpi-mimpikannya dengan mata terbuka lebar.
Kenesha..

Setelah mengisi perutnya dengan sarapan yang dipesannya lewat room service, Kyuhyun memutuskan untuk pulang. Ke tempat dimana gadis itu menantinya dengan sabar. Pulang ke rumah tidak pernah menjadi hal yang begitu dinanti-nantikan sebelumnya. Tidak jika rumah itu kosong tanpa senyum gadis itu. Tetapi bukan ‘rumahnya’, Kyuhyun berasumsi tempat apapun akan menjadi rumah baginya selama Kenesha yang menyambut.
Dan Kyuhyun harus melakukan hal yang dibencinya sekarang; membuat Kenesha kecewa.
Dia tiba dirumah dengan wajah besi. Antisipasi atas sambutan Kenesha yang meluap-luap di hatinya kini berganti menjadi raut wajah kelelahan. Kyuhyun memandang ke seluruh penjuru kamar dengan cepat dan matanya tertuju ke pintu kamar mandi. Dia melihat sekilas bagaimana senyuman Kenesha membuat seluruh kendalinya hampir runtuh. Kyuhyun bahkan tidak bisa membalas senyuman itu. Dia harus melukai hati gadis yang dicintainya dengan cara kejam.
Cara ini sedikit kekanakan namun diyakini bisa menghancurkan hati Kenesha. Kyuhyun memilih mengurung diri diruang kerjanya, mengacuhkan segala macam perhatian gadis itu. Sekaligus merutuki dirinya sendiri. Lalu sebuah ide terlintas dikepalanya, dia harus bisa membuat Kenesha yakin kalau Kyuhyun tidak pernah mencintainya. Hanya ini satu-satunya cara agar Kenesha bersedia meninggalkan Korea Selatan tanpa berusaha tetap disamping dirinya.

“Aku ada janji dengan seorang yeoja di bar.” Lidah Kyuhyun mengucapkan kebohongan itu dengan cepat. Dia memperhatikan raut wajah Kenesha yang terkejut dan terluka disetiap detiknya. Kyuhyun sendiri harus berjuang menjaga tangannya agar tidak merengkuh gadis itu kedalam pelukannya. Dia menghina Kenesha kata demi kata yang diucapkannya. Dan ketika airmata gadis itu mengalir mendengar kebohongan yang terdengar meyakinkan, Kyuhyun merasa sebagian raganya hancur.
“Sebuah ciuman tidak berarti banyak, Kenesha-ssi.” Ya, tapi sangat berarti bagiku.
“Aku akan menunggumu.” Ujar Kenesha dengan isakan kecil.
Saat itu juga keinginan Kyuhyun untuk berbalik dan memeluk gadis itu menjadi seratus kali lebih besar. Tubuhnya bergetar menahan perasaan yang membanjiri seluruh syaraf-syarafnya. Tetapi dia memilih berjalan lurus, meninggalkan Kenesha serta hatinya yang hancur..


Kyuhyun masuk ke ruangan kerjanya dan mengambil Baretta 92, pistol semi otomatis yang disimpannya dibawah monitor ketiga diujung. Dia akan memindahkan pistol ini kelemari obat, agar Kenesha menemukannya dan bisa menggunakan pistol ini untuk berjaga-jaga. Barangkali Kenesha ingin membunuh seseorang. Barangkali Kenesha ingin membunuhnya.
Setelah membungkus pistol itu dengan handuk tipis, Kyuhyun bergegas keluar. Dia memang tidak memiliki janji dengan yeoja manapun. Tetapi ide untuk menghabiskan malamnya di bar mungkin bisa menghilangkan kegelisahannya.

Atau tidak.

Kyuhyun menatap gelasnya yang berisi Tequila dengan frustasi. Ingar bingar suara musik di seluruh penjuru bar ini tidak bisa mengalihkan pikirannya. Kebisingan ini hanya berhasil membuatnya merutuki keadaan. Kenapa semua rencananya menjadi berantakan? Dia tidak pernah menduga seorang gadis yang sengaja dia gunakan sebagai umpan bisa mengacaukan segalanya. Termasuk perasaannya sendiri. Dia menghabiskan minumannya tanpa minat sedikitpun. Ini kali pertama dia tidak menikmati malamnya di kelab terkenal di Gangnam, Club Ellui. Biasanya hentakan musik dan yeoja-yeoja seksi selalu membuatnya tertarik. Tetapi kali ini pikirannya dipenuhi airmata Kenesha. Bagaimana rasanya membuang rasa bersalah ini?


Salah seorang yeoja berpenampilan amat seksi mendekati Kyuhyun yang kini sedang menghabiskan botol bir ke empat. Meskipun tidak ada yang mengetahui siapa sebenarnya namja tampan ini, tetap saja semua wanita memujanya. Tidak lain dan tidak bukan karena Kyuhyun sangat lihai merebut hati para wanita. Wajahnya yang tampan, senyumnya yang memesona, serta style kelas atas mampu membuat setiap wanita yang di bar itu terpikat oleh rayuannya. Memang terdengar kabar bahwa Kyuhyun tidak pernah bersama dengan wanita lain lebih dari semalam, namun itu tidak penting bagi yeoja-yeoja yang memujanya, asalkan bisa berada dalam pelukan Kyuhyun bahkan hanya untuk satu menit, mereka bersedia melakukan apa saja. Satu hal yang mereka tahu, Kyuhyun menyukai keindahan dan.. wanita seksi.
“Kau sendirian?” tanya yeoja itu dengan nada menggoda.
Kyuhyun berpaling ke arahnya, memandang dari atas kepala hingga ujung kaki dan memperhatikan minuman yang dibawanya, Cognac Hennessy—yang biasanya dipesan orang-orang elit—lalu tersenyum kecil. “Ne, waeyo?”
Yeoja itu tersenyum sambil menggigit bibirnya. Ini kesempatan yang bagus dan dia tidak akan melepaskan Kyuhyun. “Kau butuh teman untuk.. well, bersenang-senang?”
Kali ini Kyuhyun meletakkan gelasnya dan melihat jam tangan. Tadinya dia sedang menimbang-nimbang untuk segera pulang tetapi bayangan wajah Kenesha menghantamnya dan dia tahu dia tidak punya pilihan lagi. “Keureom, mari kita lihat apakah kau bisa ‘bersenang-senang’..” tantang Kyuhyun kepada yeoja itu.
Kalau dia bisa memutar waktu, dia memilih untuk tidak melibatkan siapapun dalam masalahnya ini. Terlebih lagi Kenesha..

***

Kyuhyun menyelinap dalam tangga otomatis dibalik gudang hotel. Dia memeriksa cctv yang aktif di gedung ini menggunakan handphone dan mematikannya selama 2 menit. Waktu yang cukup baginya untuk masuk melalui kamar terujung di lantai 12. Sambil memegangi kepalanya yang terasa berat, dia mengutuk gadis yang ditinggalkannya di Hotel Ellui karena sudah membiarkannya minum hingga dia mabuk berat. Walaupun Kyuhyun masih bisa menemukan jalan kerumahnya, dia tetap membenci rasa sakit ini.
Namun ketika tiba dikamarnya, Kyuhyun tidak menemukan Kenesha baik di kamar mandi ataupun di lantai dua—diruang kerja—jadi dia terus berjalan hingga mencapai dapur. Disanalah Kenesha, tertidur di atas meja makan dengan wajah yang memetakan jejak airmata disepanjang pipinya. Gadis ini benar-benar keras kepala. Kenesha benar-benar menunggunya disini, diruangan dapur. Dan tanpa dikomando, jemari Kyuhyun bergerak ke atas, ingin menyentuh wajah yang tertidur itu dengan perlahan. Tapi dia menyadari bahwa dia masih berada dibawah pengaruh alcohol hingga Kyuhyun memutuskan untuk meninggalkan Kenesha, kembali kekamarnya.
Dengan kepala yang masih dipenuhi rasa sakit, Kyuhyun mencari pain killer di lemari obat dan melihat pistol yang disimpannya sudah tidak berada disitu. Dan itu berarti Kenesha sudah menemukannya. Lagi-lagi sakit kepalanya membuat Kyuhyun tidak bisa fokus, dia memutuskan untuk tidur sejenak, membuat obat tadi menjalankan fungsinya.

Rasanya baru sekejap ketika Kyuhyun mulai tertidur dan tiba-tiba terbangun. Dengan malas Kyuhyun melirik jam ditangannya dan terkejut ketika jarumnya menunjukkan pukul 11 siang. Benarkah dia sudah tidur selama 3 jam? Keterkejutannya bertambah ketika dia melihat sosok Kenesha yang membuka pintu kamarnya dengan wajah sembab dan kini berdiri di hadapan Kyuhyun.
“Kyuhyun-ssi,” panggilnya merdu—setidaknya itulah yang didengar telinga Kyuhyun. “Jam berapa kau tiba dirumah?” tanyanya dengan wajah sendu.
Untuk sesaat Kyuhyun memandang wajah itu; wajah yang mengeluarkan kesedihan yang membuat luka disetiap nafasnya. Wajah yang begitu dirindukan Kyuhyun melebihi apapun. Wajah yang melenyapkan akal sehatnya, meruntuhkan semua pertahanan menjadi kepingan-kepingan kegilaan. Dan Kyuhyun harus menambah kesengsaraan lagi pada wajah itu.
“Bukan urusanmu.” Jawab Kyuhyun dingin.
Dia bergerak bangun dan berjalan menuju kamar mandi, membasuh wajah yang tampannya dengan guyuran air di wastafel. Kyuhyun mendesah. Hampir saja kendalinya lepas lagi. Dan setelah menarik nafas dalam-dalam tiga kali, dia keluar menghadapi Kenesha yang masih menunggunya di ujung tempat tidur.
“Kenapa kau masih disini?” tanya Kyuhyun penuh penghinaan.
Kenesha terlonjak kaget mendengar kalimat Kyuhyun. Wajahnya memandang tak percaya. “Aku ingin menanyakan sesuatu padamu.”
Kyuhyun tidak menjawab apapun dan menunggu Kenesha melanjutkan pertanyaannya.
“Apa pistol dilemari obat itu milikmu?”
“Ne,” jawab Kyuhyun tidak acuh.
“Lalu apakah kau sengaja memperalatku untuk melindungi negaramu?” tanya Kenesha lagi.
Kyuhyun cepat-cepat menatap Kenesha yang memang sedang memandanginya. Bagaimana dia bisa tahu—?
“Bagaimana kau tahu?” tanya Kyuhyun syok.
Sedetik wajah Kenesha menunjukkan rasa bersalah sebelum dia menjawab, “Aku membaca semuanya di tabletmu.” Terangnya jujur.
Batin Kyuhyun mencelos. Bagaimana mungkin dia meninggalkan tabletnya seceroboh itu? Kyuhyun pasti lupa menyimpan tablet diruang kerjanya ketika mengambil pistol sialan itu.
“Jadi kenapa kau masih disini? Kau seharusnya segera keluar! Kalau perlu kau menembakku dengan pistol itu! KENAPA KAU MALAH MENANGIS?” teriak Kyuhyun kalut.

Habis sudah. Kenesha sudah mengetahui segalanya. Tidak ada kesempatan untuk menjelaskan Kenesha kalau aku hanya ingin menyelamatkannya.

Dia tidak tahu apakah alcohol yang membuatnya gila ataukah dia memang sudah gila. Kyuhyun terus berteriak penuh kekalutan. Tadinya dia berencana akan mengirim Kenesha ke Peru agar gadis itu aman disana. Lalu setelah semuanya beres, Kyuhyun bisa mengunjunginya, menjemputnya kembali dan pulang ke Negara gadis itu. di dalam perjalanan dia akan menjelaskan kelakuan-kelakuan tak masuk akal yang pernah dilakukannya kepada Kenesha dan berharap gadis itu akan mengerti. Tapi dia tidak menyangka Kenesha mengetahui kenyataan ini sekarang. Disaat yang amat sangat tidak tepat. Kyuhyun yakin gadis itu akan segera meninggalkannya. Sudah pasti dia akan membenci laki-laki brengsek yang mempermainkannya dan menggunakan dirinya sebagai alat.
Kyuhyun bahkan membenci dirinya sendiri.

“Jadi kau sudah membacanya bukan? Apa kau bodoh? Kau seharusnya cepat-cepat berkemas dan meninggalkanku! Pergi sejauh mungkin, Kenesha! Pergi jauh-jauh dari laki-laki brengsek yang sudah menipumu! Kenapa kau malah berdiri disini?”
Kyuhyun menutup matanya, menolak menyaksikan ketika Kenesha berderap keluar, pergi dari hadapannya tanpa bisa dicegah lagi. Tapi yang terjadi malah kebalikannya.
“Karena aku tidak bisa membencimu!” teriak Kenesha tiba-tiba diantara isakan kecil, membuat Kyuhyun menatapnya dengan penuh tanya. “Harusnya aku membencimu, marah, dan jijik padamu. Aku juga pantas menembakmu sekarang juga. Tapi walau dengan semua usahaku, aku tidak bisa membencimu! Aku tahu kau tidak mencintaiku, karena kau sengaja menjebakku seperti ini. aku hanya alat bagimu, bukan? Kau memanfaatkanku untuk menyelesaikan misimu. Kau mempermainkan gadis yang dengan bodohnya tergila-gila padamu. Aku terus mengulanginya dalam hati dan terus memikirkannya. Tapi aku tidak bisa membencimu, Kyuhyun-ssi.. Aku tidak bisa. Aku malah merindukanmu. Aku sangat merindukanmu..”
Entah karena airmata itu, atau karena kata-kata itu, dia tidak mengerti. Tubuh Kyuhyun menolak logika dan segala macam kejeniusannya kini nol besar.
“Cukup, Kenesha.” Ancamnya menakutkan. “Aku tidak bisa menahannya lagi.” Dan dalam hitungan detik, Kyuhyun meraih wajah Kenesha dengan kedua tangannya. Tidak mempedulikan kekagetan yang terpapar jelas di wajah gadis itu.
Kyuhyun menutup jarak diantara mereka berdua. Dia mencium gadis itu seakan dia tidak pernah berciuman sebelumnya. Gadis itu terkejut tetapi tidak berusaha melepaskan diri. Kalaupun dia ingin melepaskan diri, Kyuhyun tidak akan membiarkannya. Tidak sekarang. Setelah mendengar pernyataan barusan, dia tidak ingin berpura-pura lagi dan kehilangan kesempatan untuk terus bersama Kenesha.
Kyuhyun bisa merasakan airmata yang menggenangi pelupuk mata Kenesha kini mengalir dipipinya juga. “Mianhae..” bisik Kyuhyun diantara ciumannya. “Saranghae..” tambahnya lagi. Kenesha masih saja diam tetapi kemudian dia menjawab, “na ddo (aku juga).”
Kalau ada hal yang mengejutkan setelah mendengar perkataan Kenesha bahwa gadis itu masih mencintainya, itu adalah bagaimana dia membalas ciuman Kyuhyun. Kyuhyun tidak mengerti bagaimana yeoja ini bisa membalas ciumannya padahal Kyuhyun hanya menciumnya satu kali. Dan dia sudah bisa membalas?
Terdengar geraman di sela-sela gigi Kyuhyun yang menutup rapat. Dia lebih dari sekedar menyukai ciuman ini. Dia menikmati bagaimana Kenesha membalas ciumannya dengan bergairah. Jantungnya berpacu, meninggalkan kewarasannya jauh-jauh. Ketika akhirnya dia mendorong jatuh Kenesha keatas tempat tidur dan mulai menciumi gadis itu lagi, Kyuhyun tahu dia tidak akan bisa berhenti mencintai gadis ini selamanya.
“Bagaimana kau bisa belajar secepat itu?” tanya Kyuhyun yang tidak bisa tidak penasaran.
“Aku belajar cukup cepat,” Jawab Kenesha lalu menarik Kyuhyun kedalam ciumannya lagi.
Kyuhyun menyusuri wajah gadis itu dengan jarinya secara perlahan. Berusaha menyadari bahwa ini benar-benar nyata dan bukan hanya mimpinya. Tetapi ketika bibir mereka terlalu sibuk untuk berhenti, mereka mendengar bunyi bel menggema diruangan, tanda jika ada seseorang memasuki kamar hotel Kenesha. Kyuhyun menghentikan ciumannya dan menatap Kenesha yang juga kebingungan.
Tepat pada saat itu pager Kyuhyun berbunyi. Dari Go Eun. Dan hanya satu kata.
“Lari.”
‘Oh tidak.’  Batin Kyuyun panik. Dia sangat paham arti pesan Go Eun. Ini berarti dia telah ketahuan, dimanapun dia berada. Dan bunyi bel yang didengarnya tadi menandakan segalanya. Dia harus lari sekarang juga.
Tapi terlambat. Ketika Kyuhyun menarik Kenesha kearah pintu kamar, bom meledakkan pintu rahasia yang berbatasan dengan kamar mandi hotel Kenesha. Kekuatan bom itu meruntuhkan dinding-dinding kamar dan membuat Kenesha dan Kyuhyun terlempar berjauhan.
Kyuhun merasakan kepalanya menghantam salah satu puing-puing dinding kamar dengan menyakitkan dan menyebabkan kepalanya berdarah. Telinganya berdenging namun sebuah teriakan menyadarkannya dari rasa sakit.
Kenesha.
Belum sempat Kyuhyun bergerak satu senti pun, tangan-tangan membekuk paksa tubuhnya. Dia bisa merasakan serat-serat tali mengelilingi pergelangan tangannya dengan kasar. Kyuhyun berusaha berbalik, melawan kekuatan agen-agen berbadan kekar itu dan dia berhasil melihat siluet Kenesha sekejap saja—tubuh gadis itu lemas tak berdaya, tangan dan kakinya diikat, mata dan mulutnya dililit kain hitam dengan paksa.
Pemandangan itu langsung membuat Kyuhyun terpaku, mengirimkan sinyal-sinyal kemarahan yang tak bisa dijelaskannya dengan baik. Seandainya dia punya waktu untuk mengambil pistolnya di ruang kerja, dia bersumpah akan membunuh semua orang-orang ini, yang telah menyentuh Kenesha dengan begitu kejam. Dia akan memastikan kematian mereka menjadi begitu menyakitkan jika dia menemukan satu goresan saja ditubuh gadis itu. Dia bersumpah.
Kyuhyun menggeram penuh amarah. Dia melotot memandangi laki-laki didepannya yang kini sedang menyumpal mulutnya dengan kain yang sama dengan yang dikenakan Kenesha.
“You’ll gonna die. Soon.” Bisik laki-laki itu tersenyum licik. Kyuhyun menggeram lagi. Dia ingin merobek-robek wajah itu. Wajah yang dikenalinya dan telah berkhianat tidak hanya kepada dirinya, tetapi juga pada Korea Selatan.
Kain hitam itu kini menutupi matanya juga, tidak membiarkan dirinya untuk melihat apapun lagi. Sebelum Kyuhyun sempat memikirkan apa yang akan terjadi, sesuatu membentur kepalanya dan dia jatuh dalam kegelapan yang menyesakkan.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Kyuhyun merasa ketakutan.

***

 Beritahu angin bahwa aku mencintaimu
Beritahu lautan luas bahwa aku sangat merindukanmu
Tapi jangan pergi.
Tetap disisiku sampai aku mati.
Aku tidak ingin hidup didunia yang sepi
Tanpa senyummu
Baumu
Cintamu
Aku hanya bangkai tanpa jiwa
Membusuk dilubang nestapa.
Tapi Aku mencintaimu
Mencintaimu.
Mencintaimu..
Mencintaimu…
Leaving – 5 November 2013



4 komentar:

  1. Sempet jengkel pas diawal. Kenapa Kyu setega itu pada Ken, tp ternyata dia melakukan itu hanya untuk menyelamatkan Ken.

    Two thumps up deh buat authornya :) adegan diranjangnya itu lhoo...bener2 menyesatkan :D untung ngga dilanjutin sampe akhir XD.

    Untuk bagian yg paling akhir itu, siapa yang sudah mengetahui tempat tinggal Kyu? dan juga, siapa yang sudah tega menghianati negaranya sendiri?

    BalasHapus
  2. duhhhh...padahal udah saling ngungkapin perasaan masing"...tp,knp ko jadi gini...
    selamatin mereka ber2 kak...kesian..aku pen liat mereka bahagia...
    salut sama appanya kyu....
    keep write kak...

    BalasHapus
  3. duhhhh...padahal udah saling ngungkapin perasaan masing"...tp,knp ko jadi gini...
    selamatin mereka ber2 kak...kesian..aku pen liat mereka bahagia...
    salut sama appanya kyu....
    keep write kak...

    BalasHapus
  4. Astaga tidakkkkkk...
    Hiks itu kenapa?
    Mudah mudahan gak kenapa...

    BalasHapus