TITLE : Confessing In a Trance
GENRE :
Romance, AU (Alternate Universe)
RATING :
PG-17
LENGTH :VIGNETTE
MAIN CAST : Cho
Kyuhyun
:
Kenesha Osidils
Author :
@Aoirin_Sora
Note:
Maaf ya, ini cuma karya jelek yang aku bikin karena iseng ;_;) semoga kalian suka dan memaklumi kepayahanku.
happy reading~
With tears,
Aoirin_Sora
Pernahkah kau merasa bahwa dunia
benar-benar gemerlapan?
***
Seluruh jiwaku kini terasa seakan tercerai
berai. Entahlah. Sepertinya dunia yang kupijaki terasa bergoncang dan apa yang
kusaksikan dengan kedua mataku ini tidak nyata. Tapi aku merasa semuanya
mengabur dalam ilusi, bersatu menjadi bayangan dan seolah mempertegas peringatan
di otakku yang semakin lama semakin mengabur, bahwa aku mabuk.
Sungguh. Aku benar-benar mabuk.
Aku berusaha—setidaknya itulah yang sedang
kucoba sekarang—untuk menegakkan kedua kakiku dan kabur dari tempat ini
selama-lamanya. Tapi lagi-lagi sendiku tidak bergerak sesuai yang kuinginkan. Sia-sia
aku mencoba untuk bangkit dan kedua tungkai kaki jenjangku selalu berakhir diatas
lantai bar.
Dan, oh, kalau ada yang benar-benar
menyadari apa yang ku lakukan sekarang ini, mereka pasti akan menertawakanku
sampai aku mati. Tapi tidak ada waktu untuk mencari tahu apakah mereka memang sedang
memperhatikanku atau tidak, sebab aku harus segera kabur dari sini, sebelum dia datang.
“Butuh bantuan?” sebuah suara berat dan
indah menyerbu pendengaranku, membuatku terkesiap dan mengejap-ngejapkan mata
dengan cepat.
Aku bahkan belum sempat mengangguk dan
membuka mulut, namun seseorang di sampingku sudah meletakkan kedua tangannya di
pinggangku dan mengangkatku dengan satu tarikan mudah.
“Seharusnya kau minta tolong tadi,”
imbuhnya lagi setelah berhasil mendudukkanku diatas...entahlah, aku tidak bisa
melihat dengan jelas.
“Terima
kasih,” —itu tadinya yang ingin kukatakan sampai aku menyadari mulutku
rasanya pahit dan aku ingin muntah. Bukan pertanda bagus.
“Jangan—Oh, Ken, lihat apa yang sudah kau
lakukan pada lantainya.”
Dengan kepala berputar-putar, aku
mendongak dan mendapati sebuah siluet wajah yang kukenal sedang menatapku. Tentu
saja aku mengenalinya. Sebab karena pria ini jugalah aku bisa sampai seperti
ini. “KAU!” teriakku penuh emosi yang sialnya malah terdengar seperti cegukan
parah.
Aku hanya sempat mendengar suara tawa
mengejek ketika mataku menutup perlahan, membiarkan seluruh kebisingan menjadi sayup-sayup
diujung pendengaranku..
***
“Kau
harus tiba di Sunday Club pukul 8 malam ini, Ken. HARUS.”
Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku.
Semakin lama semakin besar sehingga rasanya menakutkan. Dan begitu aku membuka
mata, barulah aku tersadar bahwa itu hanya mimpi.
Tetapi membuka mata terasa sama buruknya
ketika masih bermimpi. Karena apa yang kurasakan saat ini pastilah neraka. Tidak
ada hal lain selain kepala yang berdeyut dan seluruh tubuh menjadi kaku. Aku
menutup mata dan kini rasa sakitnya semakin bertambah parah. Selain karena
hanya kegelapan yang bisa kulihat, aku juga menjadi resah.
Kuputuskan untuk mencoba bangun. Baik, mencoba adalah kata-kata yang harus
ditekankan disini, sebab nyatanya tubuhku masih saja sukses terbaring di atas tempat
tidur—Tunggu. Dimana aku?
Ketakutan atas pertanyaanku sendiri
membuatku waspada, dan dalam sedetik, mataku membuka. Hal pertama yang bisa
kulihat adalah langit-langit berukiran rumit dengan gaya Victorian—err.. atau
juga Versace? Entahlah aku sebenarnya tidak begitu mengerti. Hanya saja ada
satu hal yang menggangguku. Aku tidak mengenal tempat ini dan tentu saja ini
bukan kamarku.
Tiba-tiba saja ingatan tentang ingar-bingar
semalam membuatku tersentak dan tubuhku langsung bangkit dengan kecepatan penuh.
Hal kedua yang kusaksikan, sepasang mata memandangiku dari atas sofa berlengan
nyaman yang tidak jauh dari tempat tidur ini.
“Kenapa kau bangun begitu mendadak?”
Kugigit bibirku kuat-kuat dan menarik
nafas dengan penuh amarah. “YA! CHO KYUHYUN!! KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS
APA YANG TERJADI PADAKU! INI SEMUA SALAHMU! KAU LAKI-LAKI—”
“Oke,” ujar pria yang duduk dihadapanku sambil
menaikkan tangannya sebagai isyarat menyuruhku berhenti berteriak. “Duduklah. Apa
kepalamu tidak sakit berteriak seperti orang gila begitu?”
Aku menarik nafas dan kali ini menggigit
bibirku sampai rasanya menyakitkan. Tapi Cho Kyuhyun malah mengambil sebuah
gelas berkaki dan mengisinya dengan cairan bening hingga terisi setengah gelas.
“Minumlah.” Katanya sambil menyodorkan gelas itu padaku.
“Apa ini?” tanyaku dengan suara menuduh.
“Apa kau berharap ini racun? Tenanglah Kenesha,
kalau aku berniat meracunimu, sudah kulakukan jauh-jauh hari. Sekarang, minum
dulu. Kau membutuhkannya.” Ujar Kyuhyun. Setelah menimbang sedikit lama,
akhirnya aku mengambil gelas di tangannya dan meneguknya sampai habis.
Dugaanku tidak terlalu meleset.
Minuman yang sekilas terlihat seperti air
mineral itu ternyata pahit sekali—juga manis. Segera saja kulayangkan pandangan
mematikan kepadanya dan dia malah tersenyum melihat reaksiku.
“Kau lebih mudah diajak berbicara dalam
keadaan mabuk,” terangnya dengan mata berkilat senang.
“Ugh. Cho Kyuhyun kau sialan! Aku baru
saja mabuk semalaman dan sekarang kau memaksaku mabuk lagi?” teriakku kesal dan langsung menjatuhkan diriku di atas tepi
tempat tidur.
Kyuhyun bangkit dan ikut duduk disampingku
tanpa rasa bersalah sama sekali. Senyum miring menghiasi wajahnya yang tampan
dan aku segera menyipitkan mata. Aku sudah mengenali gelagatnya. Tindakannya
ini bukannya tanpa maksud, dia pasti memiliki niat tersembunyi.
“Menjauh dariku!” sergahku kasar lalu
mendorong tubuhnya yang kokoh. Pria itu malah tersenyum dan bertanya dengan
nada terkejut. “Oh, kenapa sih kau?”
“Kuperingatkan kau, Cho Kyuhyun. Jangan
dekat-dekat aku karena terakhir kali kau melakukannya, kau sudah merebut ciuman
pertamaku!” semburku berang.
Bukannya menjauh, pria ini malah memandangku
geli. “Terakhir kali? Seingatku terakhir kali kita berdekatan adalah tadi
malam. Dan sayang sekali, sebab kau lah yang menciumku semalam, bukan aku.”
Aku mendelik memandangi Kyuhyun yang
tengah terkekeh dengan suara memekakkan telinga. Kontan mukaku merah padam dan kalau
saja aku membawa palu, aku pasti sudah memalu wajahnya hingga hancur
berkeping-keping. “Jangan bercanda, Cho Kyuhyun. Bermimpilah terus.” Kataku
menggeram marah—dan malu, tentu saja.
Dengan nafas terengah-engah sehabis puas
menertawaiku, Kyuhyun menjawab santai. “Aku tidak bercanda, Kenesha yang manis.
Aku tidak menyangkal bahwa aku memang sudah mencuri ciuman pertamamu. Tapi aku
tidak berbohong, Ken. Kau memang menciumku semalam. Dua kali.” Tandasnya berpuas
diri.
Sekejap saja kegelisahan merayapi sudut
hatiku. Kedengarannya sangat tidak mungkin tetapi siapapun tidak akan sadar
dengan apa yang mereka lakukan selama mabuk, bukan? Apakah kemungkinan itu bisa
terjadi padaku? Oh Tuhan.
“Aku mabuk. Ingat?” ucapku parau.
“Tentu saja aku ingat, Ken. Sebab kau yang
mabuk, bukan aku. Tapi yang harus kau perhatikan, ada sebabnya aku mengatakan
bahwa kau lebih mudah diajak berbicara dalam keadaan mabuk karena sejujurnya, kau
menjadi sangat luar biasa.” Cengiran Kyuhyun kini menjadi semakin lebih lebar dan
dadaku berdebar.
“Ap—Apa yang terjadi semalam?” tanyaku
takut-takut.
Kyuhyun agaknya sudah menanti-nantikan pertanyaan
ini karena kilatan matanya berubah menjadi semangat dan kelihatan sekali bahwa
dia berusaha keras menahan diri untuk tertawa. “Cukup sederhana, sebenarnya. Kau
datang, duduk, minum segelas Midori dan mabuk. Lucu sekali, bagaimana bisa Midori
membuatmu mabuk? Bahkan kadar alkoholnya lebih rendah dibanding soju,” Kyuhyun
tertawa mengejek namun segera melanjutkan penjelasannya ketika aku memandangnya
dengan bibir terkatup.
“Dan, yah.. sebenarnya kau juga muntah dan
sempat terjadi sedikit kegaduhan karena itu. Tapi itu tidak sebanding dengan
kejadian setelahnya sebab yang lebih menghebohkan adalah ketika kau menari di atas
lantai dansa. Aku tidak akan melupakan kejadian itu seumur hidupku,” Ujar
Kyuhyun dengan suara berupa bisikan diakhir kalimatnya.
Satu persatu memori itu menyelinap masuk
ke otakku, menghilangkan segala macam rasa sakit sehabis mabuk, dan tanpa
komando, kenangan itu berputar dikepalaku tanpa bisa dicegah..
***
—Eight Hours Before—
Entah kenapa dunia terasa begitu memukau.
Aku tidak berbohong sebab aku merasa
seluruh ruangan ini berkilau, dilimpahi cahaya dan telingaku menangkap alunan
nada yang menghentak-hentak, mengguncang tubuhku tanpa henti. Semuanya terasa
sempurna malam ini. Seluruh kecemasanku kini lenyap, tubuhku serasa melayang
dan aku sedang bersamanya, Cho Kyuhyun.
Bukannya aku tidak tahu bahwa pria ini
menatapku dengan tatapan terkejut. Tentu saja aku menyadarinya karena bibirnya
yang penuh itu membulat dan kedua matanya yang liar kini tidak berkedip. Tapi
aku menyukainya.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?”
tanyaku berbisik ditelinganya.
Kyuhyun mengernyit dan balas bertanya, “Apakah
kau sadar apa yang sedang kau lakukan?”
Aku tertawa histeris, tanpa benar-benar mengetahui
mengapa aku bisa tertawa. Sepertinya apapun menjadi sangat menyenangkan
sekarang. “Tentu saja aku tahu, sayang. Aku sedang menari. Apa kau tidak bisa
melihatnya?” jawabku diiringi suara tawa.
Lagi-lagi Kyuhyun mengernyit tetapi kali
ini seulas senyum miring yang—amat sangat—memesona terpapar di wajahnya. “Whoa.
Aku tidak tahu bahwa kau memiliki sisi liar, Ken. Sama sekali berbeda dengan kau
yang biasanya.” Ungkap pria itu sambil menelengkan kepalanya ke satu sisi.
“Apakah kau menyukainya?” tanyaku dan
meletakkan kedua tanganku di lehernya yang indah.
“Apa aku punya alasan untuk tidak
menyukaimu? Kau sempurna, Ken.” Jawab Kyuhyun persis di hidungku. Aku menghirup
nafasnya yang beraroma wine dan menutup mataku perlahan. Tubuh kami semakin
berdekatan dan aku bisa merasakan dadanya yang bidang.
“Beritahu aku, Kenesha. Apakah kau mencintaiku?”
bisik Kyuhyun ditengah hiruk pikuk dan kilauan laser di seantero ruangan.
Aku menatapnya sejenak. Perlu waktu
beberapa detik untuk menyelami kedua bola matanya yang indah, sebelum aku menarik
lehernya kearahku, menyatukan bibir kami yang daritadi mengucapkan
kalimat-kalimat yang tidak perlu. Dan ciuman ini ternyata memperparah
kelinglunganku. Seluruh sel-sel ditubuhku hanya terpusat padanya, pada Cho
Kyuhyun yang kini benar-benar membuatku gila. Bibirnya tidak memberikan jeda
untuk sekedar menarik nafas atau menghembuskannya, dia—atau mungkin aku—terlalu
terobsesi menutup semua jarak diantara kami. Tapi aku tidak bisa mengingkari
bahwa pria ini sukses membuatku terpaku tak berdaya.
Cho Kyuhyun, pria brengsek yang selalu
memerintahku kesana kemari ini berhasil menghipnotisku dengan ciumannya yang hebat.
Bahkan hatiku sudah tidak mampu menyangkalnya lagi, sebab aku memang sudah jatuh cinta padanya sejak
pertama kali dia tersenyum dan menggodaku.
“Itu jawabanmu, Ken?” tanyanya tersengal-sengal,
menghirup oksigen sebanyak-banyaknya diantara desahan nafas.
Dengan satu anggukanku, Kyuhyun menyeringai.
“Kalau begitu, jadilah istriku.” Katanya lugas.
Aku memutar bola mataku dan mengedikkan
bahu. “Oh, baiklah, tuan—yang—selalu—percaya diri, menjadi istri atau budakmu
itu sama saja menurutku,” jawabanku membuat Kyuhyun tertawa dan aku melihat
binar kepuasan di matanya. Bibirnya membentuk lengkungan indah yang membuatku
lupa diri—menariknya lagi dalam ciuman panjang dan membara.
***
Aku menatap Cho Kyuhyun dengan perasaan
berkecamuk. Sementara cengiran lebarnya terus saja tercetak jelas, membuat
perutku mulas. “Sudah ingat?” tanyanya antusias.
Sebagai jawaban, aku hanya menggigit bibir
dan memalingkan muka ke arah lain, menghindari tatapannya yang penuh
antisipasi. “Ke—kenapa aku bisa ada disini?” tanyaku sengaja mengubah topik
pembicaraan, tapi sialnya itu malah memperparah keadaan.
“Bukannya kau bilang kau bersedia menjadi
istriku? Aku membawamu kemari karena kau sudah mabuk total, sekaligus
menjagamu, agar kau tidak lari kemana-mana. Sebab kita akan menikah hari ini
juga,” jawab Kyuhyun terlihat yakin.
“AP—HARI INI?” teriakku gusar. Laki-laki
ini pasti sudah gila.
Tidak. Malah sebenarnya aku yang gila
karena sudah terpikat padanya.
Kyuhyun memandangku dengan tatapan “Benar, Ken. Aku tidak bercanda.” Dan
wajahku langsung meringis. “Tidak bisakah kita membicarakannya lebih dulu?”
tawarku percuma.
“Tidak. Sebab aku tidak mau kau berubah
pikiran.” Ujar Kyuhyun cepat. “Sekarang, ganti pakaianmu dan segera bersiap. Aku
tidak mau membiarkan kau berpikir bahkan untuk sedetik.”
Tetapi otakku langsung mencerna ucapannya
dan buru-buru melihat kebawah—kepada sebuah kaus kebesaran yang membungkus
tubuhku. Aku menoleh menatap Kyuhyun yang saat ini sedang berjalan menuju pintu
dan berteriak sekeras-kerasnya. “YA! KENAPA AKU BISA MEMAKAI KAUS?”
Kyuhyun berbalik dan memandangku dengan
tatapan sinis. “Apa kau mau tidur dengan gaun yang penuh muntahan itu? kau
seharusnya berterima kasih karena aku meminjamkan kausku padamu, Ken. Atau kau
lebih senang tidur tanpa pakaian?” godanya begitu melihat keterkejutan di
wajahku. “Tenang saja, aku tidak melakukan apapun selain mengganti gaunmu. Jujur
saja tidak banyak yang bisa di lihat dibalik gaun itu.”
Aku menggeram marah dan melemparkan seluruh
barang yang mampu di jangkau oleh tanganku ke arahnya. Tetapi Cho Kyuhyun hanya
mengelak sambil tertawa senang. “Bagaimana mungkin kau memakai pakaian dalam
bermotif stroberi? Astaga Kenesha,” ejeknya lalu tertawa lagi.
“YA, CHO KYUHYUN KU BUNUH KAU!”
“Sampai nanti, calon istriku. Kuharap
seleramu bisa sedikit berubah saat kau menjadi istriku,” ujar Kyuhyun
mengedipkan matanya jail lalu menghilang kebalik pintu sebelum bantal yang
kulempar mengenai wajahnya.
Tetapi jika ada yang lebih mengesalkan daripada
mengalami serentetan kejadian memalukan dalam kurun waktu 24 jam, itu adalah kenyataan
bahwa aku memang menyukai pria itu. Benar.
Aku tidak bisa mencegah euforia yang menyelinap ke dalam hatiku, semakin lama
semakin besar hingga rasanya dadaku ingin meledak.
Apakah aku benar-benar akan menikah dengannya?
Jawaban atas pertanyaan retoris itu terjadi
3 jam kemudian. Kami benar-benar menikah, di sebuah ballroom hotel mewah yang
sudah terisi oleh begitu banyak orang. Entah bagaimana caranya Kyuhyun
mengumpulkan mereka semua dalam satu jam serta menyiapkan seluruh dekorasi ini.
Tidak ada yang bisa kulakukan selain membelalak seperti orang bodoh sambil
melayangkan tatapan ke penjuru ruangan.
Beberapa orang mendatangiku dan
mengucapkan selamat atas pernikahanku yang diluar dugaan ini. Bahkan ada yang
bertanya apakah aku sudah hamil—membuatku semakin terperangah. Aku menatap Kyuhyun
yang saat ini sedang bersama relasi bisnisnya dan dia mengedip kepadaku.
Wajahku memanas dan aku memberi isyarat
padanya agar segera mendatangiku. “Ada apa?” tanyanya seolah tidak memahami tatapanku.
“Bagaimana mungkin kau bisa mengumpulkan
semua orang dan menyiapkan pesta pernikahan dalam waktu beberapa jam?” bisikku dengan
gigi berkeretak.
Kyuhyun mendengus geli. “Wah, kau masih
belum mengenalku ternyata, Ken. Ini hal yang mudah saja bagiku. Tapi yah, aku
memang telah menyiapkan semua ini jauh-jauh hari. Dan tadi malam aku melamarmu,
bukan? Itu juga sudah kurencanakan.” Jawabnya santai.
“Bagaimana kalau semalam aku mengatakan
tidak?”
“Aku tidak membutuhkan jawabanmu, sebab
kau mau atau tidak, suka atau tidak suka, kau memang harus menikah denganku.” Jawabnya licik. Senyum miring kesukaan itu
menghiasi wajahnya yang amat tampan.
“Kau bahkan tidak pernah mengatakan kau
mencintaiku, Cho Kyuhyun. Bagaimana mungkin aku bisa menikah denganmu?”
“Dasar bodoh,” katanya menjitak dahiku
pelan. “Untuk apa mengatakan hal yang tidak perlu? Tentu saja aku menikahimu
karena aku mencintaimu! Arajji?”
Kurasakan pipiku bersemu dan bibirku
terkulum. “Benarkah?” gumamku lemah.
“Berhentilah bertanya hal-hal bodoh dan
lihat sekelilingmu. Ini buktinya, Ken. Kau masih tidak percaya juga?”
Aku tersenyum dan menatapnya semringah. “Aku
percaya.” Kataku kemudian.
Tidak ada yang tahu seberapa besar rasa cinta
Kyuhyun padaku, begitu juga rasa cintaku padanya. Bisa saja semua ini hanya bertahan
beberapa waktu dan aku mungkin akan menderita karena sikapnya yang menyebalkan.
Tapi pilihan untuk mempercayainya sepertinya bukan hal yang buruk. Aku tidak akan
menyesal. Sebab aku tahu Kyuhyun bisa dipercaya..
*END*
Ini g jelek. Ini bagus. Image Kyuhyun ny dapat.
BalasHapusaa gomawo ^^
Hapusselalu bagus
BalasHapustapi kurang panjang ceritanya hehehehe
hehe makanya cuma jadi Vignette :p
Hapusijin absen dulu hehe ^^
BalasHapus