Senin, 24 Maret 2014

FANFIC : 4 Minutes in Memory [5]

TITLE               : 4 Minutes in Memory [5]
Alternative title   : 기다리고 있었어요! 봐지? (Kidarigo Isseosseoyo! Bwaji?)
GENRE             : Action-Romance, AU (Alternate Universe)
RATING            : NC-21
CAST                : Lee Dong Hae [ 이동해 ]
                           Youra Leavanna [ 요우라 리판나 ]
                            Kim Kyung Dae [ 김경대 ]
                            Park Chae Rin [ 박채린 ]
Author                : @Aoirin_Sora



NOTE:

Halloha~~
Jangan berharap terlalu banyak dari chapter kali ini yah, karena ceritanya semakin rumit dan ngebosenin >___<) Tadinya mau mempercepat plot tapi malah jadi membingungkan *sendirinya juga ikut bingung* sebenarnya ada apa sih sama Kyung Dae? sampe sekarang aku ga ngerti kenapa dia main kucing-kucingan sama Donghae *lah* Dan dengan berat hati daku menyampaikan bahwa Fanfic ini sepertinya akan (baru akan loh) mengandung lebih banyak adegan action daripada FF KenKyu. so, bagi yang ga suka action, maaf aku akan mengecewakan kalian .__.)
ごめんね。


With love,

Aoirin_Sora

Chapter 5


Come my way,
   Come close to me.
   And I’ll be with you..


‘Sial.’ Umpat Donghae dalam hati.
‘Sial. Sial. Sial!’ Batinnya mengulang keras. Nyaris saja. Dia benar-benar nyaris mencelakai seorang gadis. Donghae mendesah dalam-dalam dan dia masih bisa mencium aroma gadis itu di wajahnya, menghantamnya dengan tanpa ampun. Tangan Donghae mengulur ke depan, ke arah pintu yang baru saja di tutup gadis itu, dan dia yakin dia masih bisa mengejarnya jika dia mau.
‘Mau’ adalah kata-kata yang harus ditekankan disini, sebab nyatanya seluruh syaraf Donghae memberontak hebat. Benaknya terus mengulang kejadian dimana gadis itu memutuskan untuk bangkit dan meninggalkannya. Dan untuk seribu alasan tak berarti, Donghae merasa menyesal. Bukan karena dia telah mencumbunya, tetapi karena Donghae bertanya pada gadis itu. Pikirannya berkelana membentuk opini-opini mengejutkan yang membayangkan apa yang akan terjadi seandainya dia tidak bertanya?

Jelas sekali Youra Leavanna baru saja meluluh lantakkan kewarasannya.
Siapa yang menyangka gadis itu bisa menjadi sangat cantik dan menggairahkan? Dia sama sekali tidak berniat untuk mencium gadis itu. Sama sekali tidak. Awalnya Donghae benar-benar berpikir bahwa mereka harus melakukan penyamaran agar bisa lolos dari mafia-mafia itu dengan berganti penampilan bak kaum jetset yang baru saja bersenang-senang. Tetapi kemudian seluruh otaknya berhenti bekerja ketika dia melihat Youra dan malah berpusat kepada satu hal; gadis itu luar biasa cantik.
Donghae sama sekali tidak menyadari mengapa kedua tangannya bisa bergerak tanpa dikomando, sementara bibirnya mengambil alih otaknya yang mengalami malfungsi. Dia nyaris tak berkutik saat merasakan bibir gadis itu membalas ciumannya. Dan entah mengapa semuanya berada diluar kendalinya. Ternyata sangat sulit berkonsentrasi dengan bibir gadis itu mendesah keras-keras diantara ciuman-ciuman mereka, yang bahkan membuatnya kesulitan bernapas.
Dan hasratnya seakan meledak menjadi jutaan monolit yang menyangga akal sehatnya untuk tetap diatas, jauh dari jangkauan pola pikirnya yang terbilang cerdas. Donghae tidak ingin melepaskan gadis itu, bahkan untuk satu detik yang terasa seabad lamanya. Dia tidak sudi. Dan keegoisannya berhasil mendorong gadis itu hingga terbujur di atas tempat tidur megah yang sayangnya tidak sempat mereka sadari keindahannya.
Tidak banyak pilihan yang tersisa di kepalanya. Malah sebenarnya sama sekali tidak tersisa apapun selain keinginan untuk memonopoli gadis itu dari dunia nyata, merampas segala yang ia punya. Tapi kemudian sesuatu menyadarkannya. Donghae menghirup aroma leher gadis itu dan mengerti bahwa dia tidak boleh melibatkan Youra, sebab eksistensinya di dunia ini tidaklah nyata. Lee Donghae hanya sebuah bayangan yang harus menemukan raganya, agar dia bisa kembali hidup.
Dan bercinta dengan gadis itu akan menghalanginya untuk meneruskan pencarian.
Lagi, Donghae menarik napas panjang dan menghelanya dengan enggan. Perasaannya mulai tenang meski kepalanya masih berputar-putar tak menyenangkan. Seluruh informasi yang ia dapatkan hari ini bergabung dengan apa yang baru saja dia alami. Dan memilahnya menjadi bagian terpenting bukanlah suatu hal yang mudah. Namun ingatannya akan perseteruan dua mafia tadi menyalakan kembali rasa penasaran yang sempat absen selama beberapa saat.
Ada Diethylamid yang tersembunyi di Korea dengan jumlah besar.
Kenyataan itu menghantamnya dengan telak. Dia baru saja kehilangan informasi berharga. Siang tadi dia mendapat kabar dari Gong Il Sun, yang mengatakan bahwa Mafia Cina yang diwakili TRIAD akan mengadakan transaksi dengan anak buah Yakuza Jepang, Mikio Ono di sekitar Nangyero 21-gil pada pukul Sembilan malam ini.
Setelah berhasil mendengarkan bahwa ternyata ada lebih dari satu muatan Diethylamid yang berhasil disusupkan ke Korea, Donghae menjadi sangat penasaran bagaimana mereka bisa mendatangkan Narkotika jenis halusinogen itu kesini tanpa tercium satupun aparat penegak hukum. Dan ketika dia berusaha mengikuti tempat persembunyian mereka, Donghae malah memergoki Youra yang tengah mengikutinya. Dia cukup yakin gadis itu merasa penasaran karena melihatnya sedang mondar-mandir tengah malam di Itaewon. Namun, siapa sangka kalau kedua mafia kelas Internasional itu justru ricuh karena pihak TRIAD ternyata tidak menginginkan Diethylamid, melainkan heroin biasa.
Untungnya mereka bertengkar menggunakan bahasa Mandarin dan Jepang—yang dimengerti dengan baik oleh Donghae—sehingga gadis itu tidak bisa mengerti apa yang terjadi selain fakta bahwa mereka bertengkar dan saling adu kekuatan. Tidak ada ide yang lebih gila yang terlintas di kepalanya ketika dia melihat gadis itu membuka mulut—ingin berteriak ketakutan. Dia pikir semuanya akan beres jika dia menutup mulut gadis itu dengan ciumannya—nyaris, tentu saja. Kalau gadis itu tidak meninjunya hingga terjatuh, yang mengakibatkan seluruh perkelahian terhenti dan berpindah kepada mereka—Donghae dan Youra.
Kemudian semuanya berputar dengan cepat. Yang dipikirkan Donghae adalah bagaimana mereka berdua bisa selamat sebab mereka tidak akan bisa memperoleh pengampunan dari mafia-mafia itu. Lari atau Mati. Dua kata yang selama ini menjadi frasa penting dalam hidupnya kini mengharuskannya untuk menyelamatkan seseorang juga.
Donghae meringgis ketika membayangkan keterkejutan di wajah gadis itu saat mengetahui jati dirinya yang asli. Tentu saja tidak ada yang tidak terkejut jika menyadari bahwa Ahjussi yang selalu berpenampilan lusuh setiap hari adalah seorang Lee Donghae yang kaya raya, tampan dan cerdas. Dan ingatannya berlabuh kembali pada saat Youra keluar dari bilik kecil di sudut ruangan—sebuah kamar mandi yang bersekat dengan bathub mewah didalamnya—dan dunianya seakan berguncang.
Meskipun telah berulang kali melihat berbagai wanita cantik selama hidupnya, namun Donghae tidak pernah membayangkan kalau Youra ternyata memiliki daya tarik seribu kali lebih kuat dari mereka. Seluruh tubuhnya seakan berpendar cemerlang dan memanggil-manggil hasratnya untuk segera mendekat, mendekap gadis itu erat-erat—jatuh dalam pelukannya.
Dia bergidik, menyadari betapa rapuh jiwanya ketika berhadapan dengan Youra, dan rasa panik mulai menguasainya. Bagaimana jika dia sampai jatuh cinta pada gadis itu? Tidak. Sama sekali tidak boleh. Youra Leavanna hanyalah seorang karyawan K-Fashion yang kelewat nyentrik dimatanya. Tidak lebih.
Baru saja Donghae menggapai sebotol wine—yang dibukanya tanpa sudi membaca label yang tertera—dan menghirup aromanya dalam-dalam. Sejenak perasaan damai menyelimutinya. Kepalanya terasa lebih ringan dan pikirannya semakin jernih. Namun belum lagi Donghae menikmati ketenangannya, terdengar bunyi “bip” dari pintu kamarnya dan jantung Donghae seolah berpusar dalam kegembiraan. Wajahnya bahkan tersenyum semringah ketika menanti-nantikan kedatang Youra, membuatnya harus mencengkram gelas wine-nya erat-erat sebab dia yakin dia bisa saja menerjang gadis itu jika tidak mengendalikan dirinya.
Namun apa yang diharapkannya sama sekali berbeda.
“Oppa!” teriak suara nyaring yang sangat familiar di telinganya—sekaligus selalu dihindarinya.
Kedua alis Donghae mengernyit tak suka. “Chae Rin?” panggilnya bingung. “Apa yang kau lakukan disini?”
Park Chae Rin melintasi koridor depan dan langsung memeluk Donghae, membenamkan wajahnya pada dada bidang Donghae yang terkejut. “Aku merindukanmu.” Bisiknya penuh kasih, seakan mereka sudah berbulan-bulan tidak bertemu. Meskipun hanya Chae Rin yang merasa begitu.
“Chae Rin-ah, sedang apa kau disini? Ini sudah tengah malam.” Ujarnya murung, tidak berusaha melepaskan pelukan Chae Rin namun juga tidak membalasnya.
Seluruh euforia yang baru saja di harapkannya telah lenyap. Hancur berantakan. Dan Donghae berusaha mati-matian agar suara tawanya tidak berhasil lolos, sebab sekarang dia tengah menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin satu menit yang lalu dia sangat mengharapkan bahwa Youra lah yang berada disana, diambang pintu, menatapnya dengan wajah memerah dan—dan memesona?
‘Sial.’
“Aku baru saja selesai melakukan fitting untuk peragaan busana dua minggu lagi saat manajer hotel ini memberitahukanku bahwa kau baru saja check in.” Jawab Chae Rin dengan nada puas yang tersirat.
“Kau—Jangan bilang kau memonitor seluruh hotel di Seoul.” Mata Donghae mendelik tak percaya, Sementara bibir Chae Rin melengkung membentuk senyuman lebar.
“Sialan, Park Chae Rin! Itukah sebabnya kau langsung kesini? Satu jam setelah aku check in pada pukul 12 tengah malam?” Donghae meletakkan gelasnya dan mendesah keras. Menghadapi Chae Rin memang tidak pernah mudah. Gadis ini tidak hanya keras kepala, namun juga sedikit mengesalkan.
“Itu karena kau telah menghilang selama hampir dua bulan! Tahukah kau, aku bahkan mencarimu hingga ke Osaka, ke semua tempat yang mungkin saja kau datangi. Apakah kau tahu bahwa aku sangat mencemaskanmu?” rengeknya lirih.
Dengan napas berat, Donghae melepaskan kedua tangan Chae Rin yang melingkari pinggangnya. “Aku tidak bermaksud jahat tapi, pulanglah, Chae Rin-ah. Mood ku sedang tidak bagus sekarang, lagipula ini sudang lewat tengah malam. Aku tidak mau membuat Park Ahjussi khawatir—”
“Tapi aku merindukanmu,” sela gadis itu dengan suara serak. “Tidakkah kau menghargai seluruh usahaku untuk mencarimu kemanapun?” Donghae bisa merasakan kedua bahu Chae Rin yang kecil mengejang kaku dan sejurus kemudian terdengar rintihan diantara kalimatnya. “Aku mencintaimu, oppa.. aku sangat merindukanmu..” bisiknya sengau.
Keadaan sunyi senyap. Tidak ada yang terdengar selain isakan Chae Rin, dan dengan perasaan bersalah, Donghae memeluknya. Sejak dulu dia mengetahui bahwa Park Chae Rin tergila-gila padanya—dan Donghae juga menyayangi gadis itu. Namun untuk alasan yang berbeda, mereka tidak pernah berhasil melewati tahap hubungan “kakak-adik” yang selalu dia bangun diantara mereka berdua. Walaupun begitu, kelihatannya Chae Rin tidak pernah menyerah atas perasaannya, gadis itu sangat yakin kalau Donghae akan kalah.
“Maafkan aku, Chae Rin-ah. Tapi aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku barusan. Kau sebaiknya pulang karena aku juga akan pulang ke rumahku.” Kata-kata Donghae terdengar nyaris seperti bujukan.
“Benarkah? Kalau begitu bisakah aku bertemu denganmu besok?” tanyanya mulai berbinar.
“Aku tidak akan kemana-mana, Chae Rin-ah. Aku janji. Bukankah pergelaran busana K-Fashion tinggal dua minggu lagi?”
Wajah Chae Rin berseri-seri dan senyumannya kembali menghiasi wajah cantiknya. “Kau benar.” Ucapnya, mulai menyadari kebenaran akan perkataan Donghae.
Setelah berhasil membujuk gadis itu untuk pulang, kini Donghae harus menerima kenyataan bahwa dia juga harus tiba dirumah Hyungnya—rumahnya. Namun entah mengapa ingatan akan wajah Youra yang memerah kembali hadir di benaknya dan tanpa dia sadari, jantungnya berdetak tak beraturan, meninggalkan tanda tanya yang tak bisa hilang hingga pagi menjelang.
Youra Leavanna kelewat egois untuk bisa minggat dari pikirannya.

***

KIM KYUNG DAE meraih ponselnya dengan perasaan gugup. Dia mengalihkan pandangannya dari layar laptop secepat kilat, seakan tak ingin konsentrasinya terganggu. Sebuah pesan singkat dari Donghae yang hampir saja membuatnya tersedak;
“LAD in Korea.
Mikio Ono vs TRIAD.”

Buru-buru Kyung Dae menghubungi ponsel Donghae yang begitu tersambung, panggilannya malah dialihkan ke pesan suara. Dua kali dia membaca pesan itu dengan seksama dan keningnya berkerut janggal. Lysergic Acid Diethylamid atau yang biasa disebut LAD adalah salah satu narkotika jenis halusinogen yang sangat terlarang penggunaannya, sebab efek samping dari LAD bahkan seratus kali lebih mengerikan daripada Heroin. Mustahil obat-obatan seperti itu bisa sampai di Korea, kecuali, dengan satu penjelasan khusus yang dituliskan dalam pesan Donghae, Mikio Ono dan TRIAD yang menyusupkan barang haram itu kesini.
Atau bisa jadi LAD tersebut dikirim dari sebuah Negara yang jauh..
Kyung Dae menatap layar ponselnya dengan perasaan cemas. Barangkali dugaannya benar, bahwa dia tidak punya pilihan lain selain menuruti mereka. Muncul satu pemberitahuan melalui laptopnya dan Kyung Dae segera membuka kotak masuk e-mailnya dengan bibir mengatup.

Sender: Isaías. PCC
Subject: the deal

Didn’t I remind you to take it easy for me? Before the demand price is getting higher, I suggest you to accept the deal eminently since you were known hiding a living creature over there. I know it such a big ass to manage that famous company but this is the last warning message I sent you before I am going to reveal the truth and that guy obviously will kill you.

Batin Kyung Dae mencelos. Dia tidak menyangka bahwa apa yang sedang disembunyikannya selama lima belas tahun ini sudah diketahui Isaías, salah satu pemimpin PCC. Dengan jantung berdegup, Kyung Dae mengetik balasan pesan itu sambil berharap bahwa apa yang ditakutkannya tidak akan terjadi. Atau setidaknya menundanya.

It is impossible to let you enter this country easily. I will be suspected by the cops. Let me talk to you directly because using internet to communicate is such a bad idea. But from now on, don’t lay a hand to this company. I promise after the fashion show event in two weeks, I will be there to handle things.
KTH.

Kedua tangannya mengepal erat ketika menerima jawaban satu menit kemudian. Sekujur tubuhnya bergetar menahan emosi yang selalu dipendamnya dalam-dalam. Jauh di lubuk hatinya, Kyung Dae sangat membenci kalimat itu, dua kata yang merangkai setiap ketakutan dan rahasia terkelam dalam hidupnya. Kalimat yang sengaja dikuburnya di ingatan terjauh, yang memaksa batinnya menggerung menerima kesakitan tanpa henti;

Bem-vindos.
( Welcome home. )


Dia tidak punya pilihan. Keberadaan Donghae sudah di ketahui dan itu berarti kesempatannya semakin kecil. Kyung Dae tidak bisa mundur lagi sekarang. Ada tangan-tangan kotor yang berusaha melenyapkan eksistensi Donghae dan dia tidak ingin hal itu terjadi. Terlebih jika pria itu mengetahui sesuatu yang disembunyikan Kyung Dae rapat-rapat selama ini, sebab dia yakin, kata-kata Isaías akan terbukti.
Satu dosis kebenaran akan cukup membuat Donghae memvonis mati dirinya.
Kyung Dae mendesah. Beribu-ribu ingatan berjejalan di otaknya, tidak memberinya jeda untuk bernapas tenang. Wajahnya semakin merana saat pikirannya membawanya ke lima belas tahun yang lalu, ketika hidupnya nyaris berupa bayang-bayang gelap di lorong-lorong got. Tak sedetikpun sepanjang hidupnya Kyung Dae menerima kedamaian. Malah kata-kata itu sepertinya tidak berlaku baginya. Kyung Dae memang ditakdirkan untuk menderita. Jalan hidupnya tidak lebih mudah ketika dia menapaki Negara Korea, sebab selalu saja malam-malamnya diwarnai kecemasan. Seperti saat ini.


Satu setengah jam kemudian, Kyung Dae kembali menerima pesan masuk di ponselnya. Namun kali ini dia mendapatkan pesan dari Chae Rin yang mengatakan bahwa Donghae sudah kembali ke Korea. Dia tersenyum melihat ketidaktahuan gadis itu mengenai penyamaran Donghae selama bertahun-tahun sebagai petugas kebersihan di K-Fashion. Park Chae Rin memang mudah dimanipulasi, sebab gadis itu terlalu mempercayainya, meskipun separuh dari kata-katanya adalah kebohongan.
Tiba-tiba pikirannya membawa sebuah nama baru yang belakangan ini sedikit menyita perhatian Kyung Dae. Youra Leavanna, seorang programmer cerdas yang berusaha menangkap Falcon_33, hacker yang berusaha menerobos paksa sistem K-Fashion. Sebelumnya dia sama sekali tidak memperhatikan bagian IT dengan terlalu serius sebab menurutnya pemograman bukanlah suatu hal yang bisa mendatangkan uang. Namun yang terjadi malah kebalikannya, pemograman malah mendatangkan petaka untuknya. Kyung Dae bersyukur dia bisa menyingkirkan Youra dari ruangan IT malam ini, sebab dia bertaruh gadis itu pasti akan berusaha menangkap Falcon dan jika Youra berhasil menemukan Falcon_33, semuanya akan berakhir.
Game Over.

***

Ada yang berbeda pagi ini.
Entahlah.
Sepertinya semuanya memang berbeda sejak dia merasakan bibir pria itu melekat pada bibirnya sendiri. Youra menyentuh permukaan bibirnya yang membuka dengan refleks. Berharap dengan begitu dia bisa merasakan bahwa kejadian semalam bukanlah Cuma mimpi. Perasaan gembira yang berlebihan bercampur dengan antisipasi telah menjadikannya manusia paling kikuk hari ini.  Berulang kali Youra tersandung selama perjalanannya menuju K-Fashion dan telah menabrak —atau ditabrak— beberapa orang di jalanan. Namun pikirannya memang tidak lagi bekerja setelah seluruh pusat gravitasinya berpindah pada sebuah wajah yang terpatri di kedua matanya;
Lee Donghae.
Memikirkan nama itu saja sudah membuatnya gugup. Dadanya berdebar-debar keras, seakan hendak menembus rongga dalamnya. Dia bahkan tidak menyadari bahwa semua wanita di K-Fashion tengah meributkan sesuatu. Apa pedulinya? Lee Donghae bahkan menyebabkan otaknya berantakan, dan mendengarkan gossip yang beredar di K-Fashion bukanlah suatu hal yang bisa dibandingkan dengan ingatannya akan pria itu.


Pintu lift terbuka dan sekali lagi dia mendapati para karyawan wanita yang sedang bergosip penuh semangat tentang sesuatu yang tidak terlalu dimengertinya. Youra memutuskan untuk mengacuhkan gossip yang mereka bicarakan dan berkonsentrasi pada laporan yang harus di serahkannya pagi ini untuk Kyung Dae.
Dia tiba di ruangan IT—yang delapan puluh lima persennya terdiri dari laki-laki—dan merasa sedikit tenang karena tidak harus mendengarkan desas-desus yang membuatnya terganggu. Tapi tetap saja Youra tidak bisa mengenyahkan wanita itu, meskipun ekspresinya jelas-jelas menunjukkan kalau dia tidak sedang ingin diganggu.
“Kenapa kau lama sekali, Youra-ya!” keluh Ah Gyeong sambil menekan lipstick berwarna merah menyala ke atas bibirnya berulang kali, membuat bibir itu kelihatan bengkak—bukannya menarik. “Ayo, cepatlah! Aku tidak ingin ketinggalan melihatnya!” desaknya tidak menghiraukan pandangan sebal Youra.
“Pergilah, aku akan mengambil laporan dulu. Aku harus menyerahkannya pada Kyung Dae Sajangnim sekarang.” Ujar Youra berusaha terlihat santai, walaupun dalam hati dia mengutuki wanita itu.
“Benarkah? Kalau begitu aku akan menunggumu. Karena dia selalu bersama Kyung Dae Sajangnim, jadi jika aku menemanimu, aku bisa melihatnya dari dekat, bukan?”
Youra tidak mendengar ocehan-ocehan Ah Gyeong lebih lanjut karena matanya tanpa sengaja tertuju pada gedung K-Fashion di hadapannya. Dan mendadak jantungnya menggelepar, sementar igatannya menerobos paksa, membuat Youra harus mencoba menyingkirkan bayangan pria itu lebih kuat.
“…Kau mendengarku, Youra?” tanya Ah Gyeong ketika mereka didalam lift. Youra tersentak kaget dan mengerjapkan matanya dengan bingung.
“Tidak, maaf, aku sedikit pusing, Ah Gyeongi.” Jawabnya beralasan tetapi begitu melihat ekspresi kecewa di wajah Ah Gyeong, cepat-cepat dia menambahkan, “memangnya siapa yang sedang kita bicarakan?”
Kekecewaan Ah Gyeong langsung sirna begitu mendengar pertanyaan Youra dan kembali wanita itu menjelaskan dengan berapi-api. “Karena kau orang baru, kau pasti tidak tahu kalau K-Fashion memiliki seorang investor asing dari Jepang, Raveiden Haenoki. Aku dengar kalau orang itu menguasai saham K-Fashion, yah, cukup banyak untuk membuat seluruh pemegang saham merasa segan terhadapnya. Tapi, yang perlu kau ketahui adalah, dia bukan pria biasa, Tapi seorang pria yang akan membuatmu meleleh dalam hitungan detik! Kau tidak akan percaya kalau manusia setampan itu ternyata ada dimuka bumi ini..”
Ah Gyeong tenggelam dalam imajinasinya dan baru melanjutkan penjelasannya ketika Youra berdeham pelan. Mereka sedang di terowongan menuju gedung Fashion dan orang-orang menatap mereka dengan pandangan aneh—mengingat wajah Ah Gyeong yang terlihat seperti sedang berada di Galaksi Andromeda.
“Tunggu sampai kau melihatnya sendiri, Youra. Haenoki-ssi tidak hanya tampan, dia sudah menjadi legenda di perusahaan ini. Setiap kali kunjungannya ke K-Fashion, seluruh wanita di K-Fashion pasti akan menjadi tiga kali lebih bersemangat. Coba saja kau lihat sekelilingmu.” Ujarnya sambil menunjuk beberapa wanita dengan dagunya.
Youra melihat ke arah yang ditunjukkan Ah Gyeong dan dia mendengus geli. Tidak hanya lebih bersemangat, mereka juga memoles ulang wajah mereka dengan peralatan make up yang terselip di dalam tas. Dalam hati dia penasaran, apakah investor Jepang itu benar-benar setampan yang dibicarakan Ah Gyeong, sebab sungguh aneh jika seluruh wanita menjadi tergila-gila padanya.
“Ayolah, Youra. Aku dengar dia masih di berada di hall gedung bersama Kyung Dae sajangnim. Jadi cepatlah!” desaknya lagi. Youra mengalah dan membiarkan Ah Gyeong menyeret paksa lengannya.
Mereka berdua berdiri lima meter dari eskalator utama—yang memberi kemudahan pada karyawan yang tidak ingin menunggu antrean lift—sembari mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan. Youra sebenarnya tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya, dia malah berusaha membaca ulang hasil laporan yang akan diberikannya pada Kyung Dae, karena nantinya laporan ini akan diserahkan pada pihak kepolisian. Namun mau tak mau perhatiannya teralihkan ketika Ah Gyeong menyikut rusuknya penuh semangat—nyaris mematahkan tulang rusuknya.
Youra melihat ke arah yang ditunjuk Ah Gyeong dan seketika dunia yang dipijakinya rubuh. Dia menemukan sepasang bola mata cokelat yang sempurna sedang menatapnya lekat-lekat;
Lee Donghae sedang berjalan bersama seseorang, tapi dia tidak bisa melihat siapa orang itu. kedua matanya hanya terpaku pada pria yang kini sedang meliriknya dengan wajah paling tampan yang pernah dilihatnya. Dia mendengar Ah Gyeong berbisik di telinganya, namun sama sekali tidak menangkap satu patah katapun. Indra pendengarannya mendadak tuli dan dunia berjalan dengan gerakan lambat.
Rompi cokelat muda dan celana berwarna senada, dipadukan dengan kemeja putih serta dasi bermotif garis-garis, pria itu seakan meloncat dari ingatannya semalam, namun seribu kali lebih tampan. Rambutnya begitu rapi, rahangnya tegas dan tanpa cela. Hidungnya lancip, seakan diukir oleh pemahat terkenal. Dan bibirnya..
Youra benar-benar kehilangan orientasi. Dia bisa merasakan bibir Donghae menciumnya dengan penuh hasrat, desahan nafas yang menguar dari sela-sela ciuman mereka serta tangan kekar pria itu yang menyusup diantara rambutnya. Dan tanpa bisa dicegah, kertas-kertas laporan yang sudah susah payah dikerjakannya itu berhamburan ketika otaknya berhenti bekerja. Seluruh pikirannya kini terpusat pada ingatan yang tadinya seakan mimpi.
Nafasnya memburu ketika sepasang mata yang amat sangat indah itu menatapnya penuh arti. Youra menelan air liurnya dengan gugup, berusaha mengucapkan sesuatu pada pria itu namun tenggorokannya tercekat. Dan ketika Lee Donghae melewati dirinya begitu saja—tanpa menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mengenal Youra sedikitpun—Youra terperangah tak percaya. Entah apa yang diharapkannya tapi sikap dingin Donghae membuat hatinya berlubang-lubang menyakitkan.
Apakah kejadian semalam memang hanya ilusinya belaka?

“Omo, Youra-ya!” Pekik Ah Gyeong di telinganya penuh semangat, membuatnya kembali terdampar ke dunia nyata. “Aku tahu kalau Haenoki-ssi itu tampan, tapi menurutku kau tidak perlu menjatuhkan laporanmu dan melongo seperti orang bodoh. Sadarkah kau kalau dia menatapmu yang sedang terlihat aneh? Ya Ampun, Youra-ya, aku bertaruh, dia pasti menganggapku aneh juga. Ah—sang tunangan akhirnya tiba,” celotehan Ah Gyeong yang tadinya terdengar mirip seperti kembang api itu tiba-tiba menjadi lesu.
Sekali lagi Youra mengikuti arah pandangan Ah Gyeong dan mendapati Park Chae Rin sedang melintasi hall dengan sedikit terburu-buru. Beberapa orang menyipit melihat gadis itu dan selebihnya memandangi kepergiannya dengan wajah penuh kekaguman. Bahkan mereka yang bekerja di K-Fashion masih saja tidak bisa tidak mengagumi kecantikan Chae Rin.
“Dia pasti mencari Haenoki-ssi.” Bisik Ah Gyeong dengan nada cemburu yang tak masuk akal. Tetapi ternyata perkataannya benar, sebab mereka bisa mendengar Chae Rin bertanya tentang keberadaan Haenoki dan Kyung Dae pada resepsionis.
“Kalau Chae Rin memang tunangannya, kenapa media belum mengabarkan berita apapun tentang pertunangannya? Seharusnya itu menjadi heboh, bukan?” tanya Youra sedikit penasaran. Untuk model terkenal sekelas Chae Rin, berita apapun akan menjadi besar.
Ah Gyeong merendahkan suaranya dan menjelaskan dengan gaya sok serius. “Itu karena pengaruh Kyung Dae Sajangnim. Dia telah menutup semua jalur wartawan tentang hubungan Chae Rin dengan Haenoki-ssi. Dan meskipun belum ada pengumuman resmi mengenai hal itu, tapi seluruh orang di K-Fashion tahu persis bahwa mereka sudah sangat dekat dan gosipnya mereka telah bertunangan. Aku sendiri belum pernah melihatnya lepas dari sisi Haenoki-ssi. Chae Rin pasti akan ada dimanapun Haenoki-ssi berada. Aku benar-benar iri padanya, tapi yah, mereka berdua begitu serasi, sehingga mustahil bisa menyainginya.”
Wanita itu terlalu sibuk dengan opini-opini tak berdasarnya dan sama sekali tidak menyadari bahwa wajah Youra telah berubah pucat. Seakan seribu paku tak kasat mata menancap persis di jantungnya, membuat organ dalamnya terasa berlubang dan pedih. Youra tidak tahu mengapa dia merasa begitu terluka mendengar hubungan Donghae dan Chae Rin, tapi dia menyadari bahwa ciuman mereka semalam merupakan kesalahan.
Tangannya mengepal erat, berusaha menghentikan sebuah perasaan yang entah kenapa mulai tumbuh di sudut hatinya; bahwa dia merindukan pria itu.
‘Kau sudah gila, Youra. Dia bahkan sudah bertunangan dan kau masih mengharapkannya?’ ujarnya dalam hati, mengasihani pikirannya sendiri.
Youra memutar langkahnya menuju antrean lift yang kini terlihat sepi. Ah Gyeong hendak mengikutinya namun Youra beralasan bahwa dia ingin ke ruangan tim desain lebih dulu dan meminta wanita itu untuk membiarkannya pergi sendirian. Dia merasa sedikit bersalah karena telah berbohong, tapi Youra tidak ingin Ah Gyeong melihat wajahnya yang harus menahan kekecewaan ketika bertemu pria itu di kantor Kyung Dae.
Dengan langkah ragu, Youra mendatangi sekretaris Kyung Dae yang berjaga di depan pintu dan suaranya sedikit pecah ketika dia berkata, “Aku kesini untuk menyerahkan laporan khusus pada Sajangnim.”
Sekretaris itu mengangguk dan membukakan pintu untuk Youra. “Masuklah, Youra-ssi.” Ujar Kyung Dae dari dalam. Dan tiba-tiba saja kedua tungkai kakinya terasa berat, seakan menolak untuk melihat sosok yang sebenarnya ingin ditemuinya.
Haruskah Youra kabur saja?

***

INGATAN akan kedua mata Youra yang membelalak kaget tadi masih terus mengusiknya, membuatnya sulit berkonsentrasi pada semua laporan yang tengah disampaikan oleh Manajer Eksekutif Bagian Perancangan. Dari ekspresi gadis itu, dia yakin Youra pasti tidak menyangka bahwa mereka akan bertemu lagi pagi ini. Bukan sebagai Lee Donghae, melainkan sebagai Raveiden Haenoki.
Raveiden Haenoki adalah nama yang dulu digunakannya di Jepang, ketika dia berhijrah di negeri Matahari Terbit itu selama lima tahun. Namun nama itu kembali digunakannya ketika dia memutuskan untuk menjadi seorang investor asing sebagai warga Negara Jepang. Dan beberapa tahun belakangan, ketenarannya meningkat seiring dengan beberapa keputusan controversial yang sering kali dibuatnya selama rapat dewan eksekutif. Tentu saja Donghae jarang hadir dalam rapat itu, namun semua orang tahu bahwa usul Raveiden Haenoki selalu membawa keajaiban bagi K-Fashion.
Meeting at 10” perintahnya singkat dan pria dengan setelan abu-abu pudar yang berkeringat itu terlihat bingung.
“Tapi—”
“Tapi apa?” bentak Donghae emosi. Dia sebenarnya sedang berusaha melenyapkan bayang-bayang wajah Youra yang menatapnya tak percaya, namun usahanya sama sekali  tak berhasil. Donghae malah semakin kehilangan minatnya untuk mendengar laporan itu. “Kau sebut itu laporan? Ekspansi ke Amerika ditunda dan ada tiga puluh dua merk mendaftar pada Pergelaran Busana kali ini? aku menyebutnya Kegagalan. Rapat darurat dewan Eksekutif dalam dua jam atau aku akan menghentikan kerja sama.”
Tatapan Donghae yang seakan bisa menembus kerasnya baja, membuat sang Manajer gemetaran. Pria berusia tiga puluh lima tahun itu hanya bisa mengangguk dengan patuh. Ini memang bukan pertama kalinya Haenoki bersikap menakutkan, mengingat kebiasaannya mencecar semua staff dan Direksi K-Fashion dalam setiap kunjungannya kesini. Menjadikan kunjungannya tidak hanya diperbincangkan dengan penuh semangat, tetapi juga diiringi decakan sebal.
Donghae menutup pintu ruang rapat dengan serampangan, membiarkan emosinya tersalur pada pintu kayu yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan seluruh ke gundahannya pagi ini. Dia berjalan menyusuri koridor, menuju ruangan Kyung Dae sambil menyipitkan matanya, berharap dengan begitu bayang-bayang Youra akan menghilang. Sebab kini gadis itu seperti hantu, tak mau menyingkir dari pikirannya bahkan untuk sedetik.
Sekretaris Kyung Dae yang terburu-buru membukakan pintu ketika melihat kedatangan Donghae, menyambutnya dengan sebuah salam dalam bahasa Jepang—namun diacuhkannya. Donghae mendatangi meja kerja Kyung Dae dan bersiap-siap ingin mengamuk juga, tetapi jantungnya seakan melesat ke luar saat menemukan sebuah wajah yang beberapa jam ini berada di pikirannya.
“Ini Raveiden Haenoki, investor penting dari Jepang.”
Donghae bisa mendengar suara Kyung Dae yang memperkenalkan dirinya, namun wajahnya masih menatap gadis itu—yang juga membalas tatapannya.
“Hello,” sapa Youra setelah terdiam beberapa detik. Mata gadis itu berkelebat, terlihat panik sekaligus resah. “Nice to meet you.” Ucapnya lagi, seakan tidak tahu harus berkata apa.
“Youra-ssi, Haenoki bisa berbahas Korea.” Penjelasan Kyung Dae membuat wajah gadis itu memerah karena malu.
“Tentu saja,” gumamnya pada diri sendiri. “Ahem, Y-Youra imnida. Mannaseo bangawoyo.” Ulang Youra pada Donghae, membungkuk hormat dan tanpa menunggu tanggapan Donghae, gadis itu berbalik pada Kyung Dae.
“Sajangnim, aku permisi dulu. Semoga laporan itu bisa membantu.” Ujar Youra terburu-buru. Langkahnya menjadi begitu kikuk ketika bersisian dengan Donghae. Tetapi gadis itu bahkan tidak meliriknya sama sekali—mengacuhkannya begitu saja.
Donghae merasa ada sesuatu yang berdesakan di dadanya, membuncah bagaikan sapuan badai di tengah lautan tenang. Dia menyadari Kyung Dae tengah mencondongkan tubuh, memperhatikan Donghae yang sedari tadi memandang Youra tanpa berkedip.
“Hyung, apa yang dilakukannya disini?” tanya Donghae, mencoba mengalihkan kenyataan bahwa dia baru saja terperangah melihat kehadiran Youra.
Kyung Dae menatapnya tajam, seakan mencoba membaca raut wajah Donghae yang berubah kaku. “Hanya menyerahkan laporan.” Jawabnya datar.
“Laporan apa?” desak Donghae sedikit curiga. Kenapa harus Youra yang menyerahkan laporan itu? bukankah jabatannya di K-Fashion hanyalah karyawan biasa?
“Bukan hal yang penting. Hanya laporan hasil evaluasi kerja.” Kali ini Kyung Dae menghindari tatapan Donghae yang menghujamnya lurus-lurus. “Bagaimana hasil laporan yang disampaikan Manajer Eksekutif?” Giliran Kyung Dae yang bertanya dan segera saja kening Donghae berkerut kesal.
“Aku mau rapat ulang pukul sepuluh. Terlalu banyak kegagalan, Hyung. Dan aku akan mengajukan topik investasi pelabuhan Busan dalam rapat kali ini. Hyung, aku ingin kau mendukungku.”
“Aku selalu mendukungmu, Donghae-ah.” Desah Kyung Dae tak sabar. “Tapi usahakan agar niatmu tidak terlalu mencolok, sebab kelihatannya fraksi oposisi ingin sekali mematahkan imej sempurnamu.”
“Tentu,” ujarnya mengangguk kecil. “Baiklah, aku akan.. mencari beberapa detail lebih dulu dan meninggalkan persiapan meeting padamu, Hyung.” Donghae segera menggiring langkahnya keluar ruangan begitu melihat Kyung Dae mengangguk setuju.
Kedua kakinya hampir berlari menyusuri lorong menuju lift. Jantungnya berjumpalitan ketika melihat siluet Youra yang hendak memasuki lift yang terbuka. Dengan cepat Donghae menyambar salah satu lengan gadis itu hingga membuatnya terperanjat dan memekik kecil.
“Astaga, Donghae-ssi, apa yang kau lakukan?” desisnya sambil mendelik ketakutan.
“Atap.” Ujar Donghae sebagai jawaban. Dia berjalan mendahului gadis itu menuju tangga yang mengarah ke atap. Beruntung lift serta koridor terlihat sepi, menjadikan perbuatannya barusan tidak diketahui siapapun.
Dia bisa mendengar Youra berjalan dibelakangnya dalam diam. Dan tidak sekalipun Donghae berbalik ke belakang, melihat bagaimana ekspresi yang terhampar di wajah gadis itu, meskipun dari tadi dia berusaha mati-matian menahan egonya yang memberontak.
Donghae mengatupkan bibir dan menggigit lidahnya kuat-kuat. Memikirkan bahwa gadis itu hanya beberapa meter darinya membuatnya kesulitan menahan diri. Dia mengernyit dan membuang jauh-jauh pikiran tak masuk akal yang kini menggerogoti kesadarannya. Youra Leavanna hanyalah gadis biasa, dan menciumi gadis itu hanya akan menimbulkan masalah baru.
Benar. Dia tidak boleh lengah.
Angin segar langsung menyambut kedatangan mereka di atap gedung Fashion. Sementara jutaan partikel cahaya matahari menyirami tubuh mereka dengan hangat, seolah berusaha mencairkan atmosfir tegang yang menggantung diantara mereka. Donghae langsung merebahkan tubuhnya diatas kursi kayu dan melirik Youra yang memilih berdiri di dekat pagar pembatas.
“Ada apa?” tanya Youra pelan. Suara gadis itu teredam oleh angin yang menderu di sekeliling mereka.
Donghae menatap punggung gadis itu setengah putus asa. Dia sendiri tidak mengerti apa yang membuatnya sampai menyeret paksa Youra kesini, ditempat yang jauh dari jangkauan siapapun, tempat yang aman bahkan jika dia ingin berbuat sesuatu pada gadis ini…
‘Sial.’ Decak Donghae jengkel. Kenapa pikirannya mudah sekali goyah?
“Laporan apa yang kau serahkan pada Kyung Dae Hyung?” tanya Donghae begitu dia sudah menemukan sebuah pertanyaan logis.
“Kenapa kau ingin tahu?” tanya gadis itu—masih tidak memandangnya.
“Karena ini perusahaanku juga, Youra-ya.” Desah Donghae enggan.
“Benar,” ucap Youra menyetujui ucapannya barusan. “Bagaimana mungkin aku bisa lupa bahwa Lee Donghae adalah seorang eksekutif muda yang sukses?” ujarnya sarkastis.
“Dengar, bisakah kau tidak memanggilku dengan nama Lee Donghae untuk saat ini? Aku sedang menyamar dan itu sebuah rahasia, ingat? Jadi, panggil aku Haenoki.”
Youra berbalik dan menatap lurus-lurus ke arah Donghae. Wajahnya terlihat datar, tanpa senyum atau ekspesi apapun. Tetapi sedetik kemudian, ekspresi itu begitu kontras dengan kalimat yang diucapkannya. “Jangan khawatir. Mungkin ini terakhir kalinya aku memanggilmu dengan nama Donghae sebab akan kupastikan kita tidak akan bertemu dalam kesempatan apapun.” Tandasnya dingin.
“Aku akan berpura-pura tidak mengenalmu bahkan jika kita berpapasan suatu saat nanti.” Tambah gadis itu lagi, seakan tidak puas melihat keterkejutan yang tergambar di wajah Donghae.
“Tunggu dulu, Youra, sepertinya kau tidak mengerti. Aku hanya memintamu untuk memanggilku dengan Haenoki, bukan menyuruhmu untuk berpura-pura tidak mengenalku—”
“Aku memang seharusnya tidak boleh mengenalmu, bukan? Jangan khawatir, Donghae-ssi, aku akan melupakan apa yang pernah kau katakan padaku. Apa yang terjadi diantara kita berdua… itu adalah kesalahan. Aku akan berusaha menghapusnya. Dan menganggapnya tidak pernah ada.”
Perkataan Youra barusan terdengar seperti salam perpisahan di telinganya. Dan entah mengapa, Donghae membenci hal itu. Dengan satu langkah cepat, Donghae sudah berdiri persis di hadapan Youra, membuatnya leluasa menatap gadis itu dari jarak dekat. Dia melihat kedua pipi Youra bersemu dan beberapa helai rambutnya berterbangan tertiup angin, menggodanya untuk menyingkirkan rambut itu..
“Mengapa kau berpikir seperti itu? Bukankah kau telah setuju kalau kita akan mengulang semuanya dari awal?” tanya Donghae berang. “Jawab aku, Youra Leavanna.” Desaknya tak sabar ketika Youra tak kunjung memberikan jawaban.
“Karena aku mengerti bahwa kau hanya main-main. Aku bisa memahami kalau mempermainkan gadis bodoh sepertiku memang menyenangkan bagimu. Jadi, kumohon berhentilah bersikap seperti ini.  Sebab kalau saja kau memberitahuku dari awal bahwa kau sudah mempunyai tunangan, tentu saja kejadian seperti tadi malam tidak akan pernah ada.” Jelasnya penuh emosi. Ada airmata yang menggenangi pelupuk matanya dan Donghae merasa terganggu dengan hal itu.
“Siapa yang mengatakan hal itu?” tanya Donghae menghela napas panjang. Dia tidak habis pikir mengapa Youra mempercayai omong kosong mengenai pertunangannya.
 “Aku bisa melihatnya, Donghae-ssi. Tidak perlu menunggu seseorang untuk mengatakannya padaku.” Jawab gadis itu tak meyakinkan.
“Siapa yang mengatakan bahwa aku hanya main-main?” geram Donghae berbahaya. Kesabarannya sudah hampir habis menghadapi betapa keras kepalanya gadis ini. “Apakah kau pikir aku menciummu hanya karena aku menginginkannya?”
“Ya.” Jawab Youra cepat, dan Donghae terperangah. Sejujurnya, benaknya sendiri bahkan mengakui hal itu. Dia memang menginginkannya, tapi sama sekali tidak bermaksud mempermainkan gadis itu. “Memangnya ada yang lain? Kenapa kau harus—harus mencium seseorang yang tidak sebanding dengan tunanganmu? Park Chae Rin sudah memiliki segalanya. Jadi, tidak ada alasan lain untuk menciumku kalau bukan karena kau Cuma main-main, bukan?”
“Youra Leavanna, kau benar-benar keras kepala.” Ujar Donghae ketus. “Baiklah, kalau itu maumu, aku tidak peduli. Silahkan berpikir bahwa semua itu memang hanya main-main. Dan satu lagi, terima kasih kau sudah  membalas ciumanku.”
Donghae menutup pintu dibelakangnya dengan kesal. Dia bisa mendengar gadis itu terisak ketika hendak membuka pintu atap, namun dia meneguhkan pendiriannya agar tidak berbalik dan memohon agar gadis itu mengerti—sebuah pikiran sinting. Cepat-cepat Donghae membawa kedua kakinya menuruni anak tangga, menjauh dari atap sebelum dia benar-benar akan melakukan pikiran sinting itu. Namun Donghae sedikit kaget ketika menemukan seseorang menatapnya dengan kening berkerut.
“Oppa!” jerit Chae Rin dari ujung anak tangga. Napasnya tertatih, seakan baru saja berlari terburu-buru. “Sedang apa kau disini? Rapat hampir dimulai.”
Donghae tidak menjawab pertanyaan Chae Rin dan terus melangkahi anak tangga dengan gusar. Pikirannya masih berkelebat kepada Youra yang sedang diatas, menangisi pembicaraan mereka.
“Oppa, kenapa kau ada di atas? Apakah kau menemui seseorang disana?” tanya Chae Rin sambil berusaha mengimbangi langkah Donghae yang semakin cepat.
“Dia gadis yang semalam berada di hotel yang sama denganmu, kan?” tanya Chae Rin lagi, ketika Donghae tak juga memberikan respon atas pertanyaannya. Tetapi kali ini Donghae berhenti dan berpaling kepada Chae Rin.
“Kau—”
“Aku melihatnya keluar dari lift dan manajer hotel memberitahuku bahwa kau datang bersama gadis itu.”
Donghae mengernyit tak suka. Pikirannya malah mengasumsikan apa yang akan terjadi seandainya Youra tidak meninggalkannya semalam dan Chae Rin mendapati mereka berdua sedang bermesraan di kamar hotel. Untuk beberapa alasan, Donghae merasa lega bahwa hal itu tidak sampai terjadi, sebab dia tahu Chae Rin pasti tidak akan membiarkan gadis manapun mendekatinya.
“Itu hanya kebetulan,” sanggah Donghae datar.
Chae Rin terlihat tidak percaya dan melanjutkan pertanyaannya. “Kalau begitu apa yang kalian bicarakan diatas?”
“Tidak ada yang istimewa. Aku hanya bertanya padanya, laporan apa yang dia berikan untuk Kyung Dae Hyung.”
“Benarkah?” tanya Chae Rin ragu. Sebagai jawaban, Donghae hanya mengangguk tanpa minat. “Oppa, kau tahu bukan, kalau aku tidak suka jika ada perempuan yang mendekatimu?”
“Jangan khawatir, kau tidak akan pernah melihatnya ada didekatku lagi.” Jawab Donghae cepat, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa perkataannya adalah fakta.
Mereka berjalan menuju ruang konferensi dalam diam. Keduanya sama-sama terlalu enggan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran mereka dengan gamblang dan memilih untuk menyimpannya dalam hati. Donghae meraih gagang pintu yang berwarna keperakan dan mendorongnya hingga terbuka. Seluruh orang di ruangan itu berdiri dan membungkuk padanya. Beberapa memasang wajah masam meskipun tidak kentara. Moodnya sedang amat sangat buruk dan dia akan senang jika bisa melampiaskannya pada seseorang. Atau semua orang.
“Ayo kita mulai,” ucapnya tersenyum penuh arti, membuat sebagian orang bergidik ketakutan, menyadari bahwa rapat kali ini akan lebih sulit daripada yang sebelumnya..

***

KIM KYUNG DAE melirik Donghae yang daritadi memasang wajah cemberut. Keningnya tidak berhenti berkerut dan pandangan matanya menunjukkan amarah yang tersulut didalam hatinya. Sudah setengah jam rapat dimulai dan Donghae masih mendengarkan dengan seksama. Kyung Dae berasumsi, setidaknya pria itu selalu menunggu hingga presentasi selesai.
Lima belas menit kemudian, tangan Donghae terangkat di udara, membuat sekelilingnya menatap jengah. Tampaknya kali ini dia tidak ingin menunggu terlalu lama, sebab presentasi baru berjalan separuhnya.
“Bisakah kau menjelaskan mengapa ekspansi ke Amerika harus ditunda?”
Terdengar suara riuh rendah dari seluruh orang dan Donghae sepertinya tidak mempedulikan mereka. “Manajer Eksekutif Bagian Perancangan mengatakan bahwa penundaan itu terjadi karena tidak adanya kesiapan dana. Benarkah?”
“Hal itu masih menjadi bahan pertimbangan seluruh dewan karena seperti yang kita ketahui, memasuki pasar Amerika membutuhkan lebih daripada kesiapan dana.” Jawab Manajer itu sedikit takut.
Donghae memejamkan matanya selama beberapa detik. “Jadi kau mau mengatakan bahwa K-Fashion tidak cukup ‘pantas’ untuk segera memasuki Amerika?”
“Tidak, maksudku bukan—”
“Lalu mengapa ada tiga puluh dua brand yang ingin ikut serta dalam Fashion Show kali ini?” sela Donghae dengan pertanyaan yang tampaknya tidak menginginkan jawaban. “Kekurangan dana, katamu? Seharusnya itu tidak menjadi masalah berarti. Yang perlu kita lakukan adalah mengurangi keikutsertaan brand-brand itu menjadi empat. Lalu minta mereka memberikan harga lebih tinggi karena brand mereka diizinkan bergabung. Menerima empat brand paling berpengaruh akan membuat nama K-Fashion semakin disegani, sebab bekerja sama dengan banyak brand mungkin akan terlihat mengesankan tetapi akan menunjukkan bahwa K-Fashion itu murahan. Kita tidak sedang mengadakan EXPO untuk masyarakat umum. Yang akan kita gelar adalah sebuah Fashion Show ekslusif dan terbatas, sehingga siapapun akan berlomba-lomba untuk bergabung dan berusaha mencari cara agar bisa membeli tiket masuk. Kau tahu apa yang paling dibenci orang-orang kaya?” tanya Donghae di penhujung kalimatnya. Ketika tidak seorangpun memutuskan untuk menjawab, pria itu menaikkan sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman miring.
“Itu gampang, mereka membenci kekalahan. Jadi, semakin mahal kita memberikan harga, semakin banyak pula jutawan yang ingin memenangkan prestige itu.” Jawabannya membuat beberapa orang mengangguk membenarkan. Kini seluruh orang sibuk membuat catatan kecil diatas laporan-laporan yang sudah di sediakan diatas meja, sehingga mereka tidak menyadari bahwa Donghae telah berdiri, berjalan ke depan layar in focus  dan berdeham beberapa kali, berusaha menarik perhatian sekelilingnya.
Ini dia. Hal yang dari tadi di tunggu-tunggu Kyung Dae akhirnya tiba.
“Aku akan mengadakan rapat tambahan mengenai investasi Pelabuhan Busan yang sempat tertunda.” Lagi, perkataan Donghae menimbulkan dengungan di seantero ruangan. Bahkan Kyung Dae menelan air liurnya dengan gugup. Dia harus bisa menghentikan Donghae.
“Sebelumnya aku telah membicarakan masalah ini secara terperinci dengan CEO Kyung Dae dan mendapatkan respon positif. Jadi, aku berniat menjadikan hal ini sebuah proyek yang akan terlaksana dengan tanpa rintangan yang berarti.”
“Apakah kau sedang bercanda? Investasi itu setidaknya mengharuskan triliunan won terbuang sia-sia—” Ketua fraksi oposisi, Kang Joo Young berusaha mematahkan pidato Donghae namun pria itu langsung menyelanya.
“Kenapa kau berpikir bahwa investasi ini sebuah kesia-siaan?” tanya Donghae dengan wajah dingin. “Aku tidak mengerti mengapa pikiranmu sesempit itu, Kang Joo Young-ssi. Tapi yang kulihat, investasi ini akan membawa keuntungan berlipat ganda pada K-Fashion, mengingat rencana ekspansi ke berbagai Benua Amerika yang akan terjadi dalam waktu dekat. Tidakkah kau menyadari bahwa jika kita mempunyai akses khusus di Pelabuhan, masalah ekspor-impor yang sering kali kita hadapi akan semakin mudah?”
Kang Joo Young yang tidak ingin mengalah begitu saja, langsung membalas perkataan Donghae. “Mungkin investasi Pelabuhan Busan akan memberikan keuntungan bagi K-Fashion, tapi, sadarkah kau bahwa keuntungan itu tidak datang saat ini juga? Kita sedang mengalami krisis dalam pelaksanaan ekspansi ke pasar Amerika dan membebani perusahaan dengan Investasi baru akan memperburuk keadaan. Idemu memang bagus, Haenoki-ssi, tapi kita tidak bisa bertindak tergesa-gesa, sebaiknya kita menunggu sampai ekspansi ke Amerika mendatangkan keuntungan, lalu kita bisa memikirkan ulang mengenai investasi ini.”
Kyung Dae mengangguk samar, berusaha agar perbuatannya tidak disadari Donghae. Tapi tampaknya pria itu terlalu sibuk memikirkan sanggahan terhadap penolakan Joo Young.
“Apa ada yang menjamin bahwa perusahaan lain tidak akan menyadari potensi ini? Siapa yang berani bertaruh bahwa kita masih memiliki kesempatan jika kita melewatkannya sekarang?”
Seluruh orang yang hadir di ruangan konferensi menggeliat tak nyaman diatas kursi mereka. Masing-masing saling membenarkan argument Donghae dan Joo Young, namun tidak berani memberikan satu pendapat pun untuk mendukung atau menolak mereka. Maka, inilah saatnya bagi Kyung Dae untuk menengahi—sekaligus menyelesaikan perdebatan itu sebelum mereka akhirnya bertikai.
“Kurasa masing-masing sudah menyampaikan poin penting. Sekarang saatnya untuk memutuskan melalui pemungutan suara. Dimulai dari kursi paling depan, Park Chae Rin-ssi dan seterusnya, harap memberikan jawaban kalian.” Ujar Kyung Dae lewat mikrofon.
Seperti yang selalu terjadi dalam setiap rapat, Chae Rin langsung memberikan jawaban yang mendukung Donghae, sehingga gadis itu tidak perlu berpikir lebih lama ketika menjawab, “Ya,” untuk persetujuan Investasi Pelabuhan Busan.
Keadaan semakin menjadi tidak nyaman saat jawaban “Ya” dan “Tidak” memperoleh nilai seri ketika mencapai meja Kyung Dae. Kini seluruh keputusan berada ditangannya. Kyung Dae terdiam sejenak sebelum memberikan jawaban apapun kepada tiga puluh pasang mata yang mengamatinya dengan penuh harap.
Seharusnya dia menepati janjinya untuk mendukung Donghae, dia tahu itu. Tapi kali ini dia tidak bisa membiarkan Investasi itu sampai terjadi, sebab dia mengerti bahwa tujuan Donghae sebenarnya adalah untuk mengawasi jalur perdagangan obat-obatan terlarang, baik masuk maupun ke luar Korea. Dan jika Donghae berhasil menguasai informasi tentang asal muasal obat-obatan itu, dia pasti akan mendapati bahwa Kyung Dae ternyata memiliki hubungan dengan semuanya.
“Tidak.” Jawab Kyung Dae setelah menghela napas dengan berat. Gumaman pro dan kontra bergaung semakin keras, kaget atas jawaban Kyung Dae yang ternyata tidak menginginkan Investasi itu. “Baiklah, sepertinya inilah akhir dari rapat kali ini. Sebagai pemberitahuan, besok siang kita akan mengadakan rapat lebih lanjut mengenai pelaksanaan Fashion Show yang akan digelar dalam dua minggu. Harap semua orang memeriksa memo sore ini.” ujar Kyung Dae yang segera meninggalkan kursinya dan berjalan ke luar ruangan—menghindari tatapan tak percaya yang diarahkan Donghae untuknya.
Kyung Dae tiba di ruangannya dan mendengar suara langkah kaki yang membentur lantai dengan hentakan keras menyusulnya di belakang. Dia tidak perlu bertanya-tanya siapa seseorang itu sebab dia sudah mengetahuinya.
“Hyung!” geram Donghae teredam. Suaranya nyaris menghilang ketika mencecar Kyung Dae yang memasang wajah lelah. “Kenapa kau tidak mendukungku?” ucapnya penuh penekanan.
“Itu karena Kang Joo Young benar, Donghae-ah. Kita tidak seharusnya terburu-buru sebab—”
“Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi, Hyung!” sambar Donghae tidak sabar.
“Tapi kita tidak bisa mengorbankan perusahaan, Donghae-ah. Terlalu beresiko jika kita mengumbar bahwa perusahaan akan memperoleh keuntungan dari investasi itu, sebab bisa saja investasi itu merugi, bukan?”
Donghae kini menatapnya dengan wajah datar, meskipun kedua bola matanya memancarkan seluruh emosi yang tersembunyi didalam hatinya. “Tapi itu satu-satunya cara untuk memantau semua jalur lintas obat-obatan yang ada di Korea, Hyung. Tidakkah kau mengetahui itu?”
“Aku tahu,” desah Kyung Dae sambil mengurut pelipisnya gelisah. “Meski begitu tetap saja kita tidak boleh gegabah. Sudahkah kau memperhitungkan bagaimana jika mafia obat-obatan itu menyadari niat kita yang tiba-tiba ingin mengambil alih Pelabuhan?”
“Hyung, apakah kau benar-benar mendukungku?” tanya Donghae tanpa diduga. Kyung Dae menengadah, menatap kedua mata Donghae yang sedingin es.
“Bukankah kau tahu bahwa aku selalu mendukungmu? Aku melakukan semua ini hanya untuk melindungimu, Hae-ah.”
“Benarkah? Tapi kenapa aku tidak merasa seperti itu?”
Seakan ada seember air dingin yang mengguyur wajahnya, Kyung Dae memandang Donghae dengan seksama, berusaha mencari tahu apa yang dipikirkan pria itu. Jantungnya berpacu dengan gelisah, sembari bertanya-tanya apakah Donghae telah mengetahui sesuatu?
Tapi sedetik kemudian, Donghae memutar tubuhnya, berjalan menuju pintu masuk dan meninggalkan Kyung Dae yang berusaha melontarkan jawaban. Sejenak kepedihan merasuki relung hatinya dan diam-diam Kyung Dae menyesali kehidupannya yang berantakan. Seandainya saja dia bisa memutar ulang waktu yang telah berlalu..
Barangkali dia tidak perlu menyakiti siapapun..

***

Puing-puing keserakahan itu merayapi hati,
Melenyapkan suka cita dan
Menenggelamkan raut bahagia.
Satu persatu air mata hadir,
Menodai seluruh kebohongan
Seakan bersatu dengan gelapnya malam.
Terlalu terlambat untuk melangkah,
Terlalu takut untuk menoleh ke belakang.
Hanya ada kesunyian,
Tanpa suara,
Tanpa cerita.
Hanya ada duka..

Apologize– 24 Maret 2014


7 komentar:

  1. Balasan
    1. Eh, komenku masuk. /syok/ td aku nyoba komen lewat laptop. Tp g susah masuk nya. Lewat hp malah lebih gampang. Hihihi

      haloo thor. Seneng neh, bs baca kelanjutanny. Dan aku makin penasaran sama kisah berikutny. author, itu sebenerny apan seh yg d sembunyiin sm kyung dae, kasih bocoran dikit dunk, penasaran neh. Semoga donghae tidak mengalami waktu yg sulit

      Makasih author. Ku tunggu kelanjutan kisahnya.

      Hapus
    2. halooo chrisna~^^
      thank you for reading and left your comment ^^
      sabar yak, di chapter ke tujuh bakal aku bongkar satu persatu hehe :p

      Hapus
  2. Mau dibikin full action juga gak papa yang penting postingannya jangan kelamaan. Btw, rencananya ini bakal dibikin berapa part? #kepo

    Duh, chapter ini sesuai dengan apa yang saya harapkan :D gag sia-sia nunggu lama kalo hasilnya memuaskan sperti ini ;) makin gag sabar nunggu next chapternya :D

    Kyaaa.... Donghae jatuh cinta sama Youra *goyang oplosan*

    "Park Chae Rin go away. Donghae itu milikku, kenapa kau melarangnya dekat denganku?!" #error :D XD

    "Kyung Dae, sebenarnya kau berpihak pada siapa? Donghae atau para mafia itu? Kenapa kau berdiri diantara keduanya. Seharusnya kau hanya memilih salah satunya saja!". *emosi*

    Haah *buang napas panjang*...dipart ini gag ada actionnya (read : action dikamar hotel) #ngarep

    Sebenernya profesi Donghae itu apa sii? Seorang polisi, mata-mata ato apa? Kenapa dia memata-matai para mafia pengedar narkoba? Hem, setelah kemaren pusing karena penyamaran tuu orang, sekarang saya malah pusing sama profesinya. *apa deh*

    Do'a : semoga authornya punya banyak waktu luang buat ngelanjutin next chapternya. Amin~ XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. chapternya masih terserah sama Yang Maha Kuasa *eh* tapi aku udah bikin plot baru (untuk kesekian kalinya) dan sepertinya gak lebih dari 9 chapter juga :)

      Kyung Dae juga manusia :') Biarkan dia bersikap plin plan, karena dia punya masa lalu yang menyedihkan huhuhu :"( *author kejam*

      uhm, actionnya ada di part selanjutnya (///w///) *uhuk* dan FYI, ini bukan FF agen atau intel kayak FF KenKyu. meskipun jelas bakal ada adegan action, tp tindakan Donghae yang memata-matai itu bukan karena dia agen :)

      AAAAAMIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNN *tereak di mesjid(?)*hoi*

      Hapus
  3. Huwaaaa ini ketjehhh sekaleee~~
    Greget deh ternyata Donghae sma Youva malah uda kisseu"an malah 'hampir' 'nyaris' ya gtu dehh :3 /plakk
    Well.. Jdi memang bnr Kyungdae ada hubnya dgn peredaran narkoba itu? Tpi ada apa?
    Ughhh>< ga sabarr saya lanjut dlu ya author~ fighting~

    BalasHapus
  4. Kakak Author.. kapan selesai hiatus nya???
    aku selalu setia menanti karya kamu yang baru
    aku suka tulisan kamu kak!
    keep fighting yoo ^o^

    BalasHapus