TITLE :
4 Minutes in Memory [5]
Alternative title :
기다리고 있었어요! 봐지? (Kidarigo Isseosseoyo! Bwaji?)
GENRE :
Action-Romance, AU (Alternate Universe)
RATING :
NC-21
CAST :
Lee Dong Hae [ 이동해 ]
Youra Leavanna [ 요우라 리판나 ]
Kim Kyung Dae [ 김경대 ]
Park Chae Rin [ 박채린 ]
Author :
@Aoirin_Sora
NOTE:
Halloha~~
Jangan berharap terlalu banyak dari
chapter kali ini yah, karena ceritanya semakin rumit dan ngebosenin
>___<) Tadinya mau mempercepat plot tapi malah jadi membingungkan
*sendirinya juga ikut bingung* sebenarnya ada apa sih sama Kyung Dae?
sampe sekarang aku ga ngerti kenapa dia main kucing-kucingan sama
Donghae *lah* Dan dengan berat hati daku menyampaikan bahwa Fanfic ini
sepertinya akan (baru akan loh) mengandung lebih banyak adegan action daripada FF KenKyu. so, bagi yang ga suka action, maaf aku akan mengecewakan kalian .__.)
ごめんね。
With love,
Aoirin_Sora
Chapter 5
『Come
my way,
Come close to me.
And I’ll be with you..』
‘Sial.’ Umpat Donghae dalam hati.
‘Sial. Sial. Sial!’ Batinnya mengulang keras. Nyaris saja. Dia
benar-benar nyaris mencelakai seorang
gadis. Donghae mendesah dalam-dalam dan dia masih bisa mencium aroma gadis itu
di wajahnya, menghantamnya dengan tanpa ampun. Tangan Donghae mengulur ke depan,
ke arah pintu yang baru saja di tutup gadis itu, dan dia yakin dia masih bisa
mengejarnya jika dia mau.
‘Mau’ adalah kata-kata
yang harus ditekankan disini, sebab nyatanya seluruh syaraf Donghae memberontak
hebat. Benaknya terus mengulang kejadian dimana gadis itu memutuskan untuk
bangkit dan meninggalkannya. Dan untuk seribu alasan tak berarti, Donghae
merasa menyesal. Bukan karena dia telah mencumbunya, tetapi karena Donghae bertanya pada gadis itu. Pikirannya
berkelana membentuk opini-opini mengejutkan yang membayangkan apa yang akan
terjadi seandainya dia tidak bertanya?
Jelas sekali Youra
Leavanna baru saja meluluh lantakkan kewarasannya.
Siapa yang menyangka gadis
itu bisa menjadi sangat cantik dan menggairahkan?
Dia sama sekali tidak berniat untuk mencium gadis itu. Sama sekali tidak. Awalnya
Donghae benar-benar berpikir bahwa mereka harus melakukan penyamaran agar bisa
lolos dari mafia-mafia itu dengan berganti penampilan bak kaum jetset yang baru
saja bersenang-senang. Tetapi kemudian seluruh otaknya berhenti bekerja ketika
dia melihat Youra dan malah berpusat kepada satu hal; gadis itu luar biasa cantik.
Donghae sama sekali tidak
menyadari mengapa kedua tangannya bisa bergerak tanpa dikomando, sementara
bibirnya mengambil alih otaknya yang mengalami malfungsi. Dia nyaris tak
berkutik saat merasakan bibir gadis itu membalas
ciumannya. Dan entah mengapa semuanya berada diluar kendalinya. Ternyata sangat
sulit berkonsentrasi dengan bibir gadis itu mendesah keras-keras diantara
ciuman-ciuman mereka, yang bahkan membuatnya kesulitan bernapas.
Dan hasratnya seakan meledak
menjadi jutaan monolit yang menyangga akal sehatnya untuk tetap diatas, jauh
dari jangkauan pola pikirnya yang terbilang cerdas. Donghae tidak ingin
melepaskan gadis itu, bahkan untuk satu detik yang terasa seabad lamanya. Dia
tidak sudi. Dan keegoisannya berhasil mendorong gadis itu hingga terbujur di
atas tempat tidur megah yang sayangnya tidak sempat mereka sadari keindahannya.
Tidak banyak pilihan yang
tersisa di kepalanya. Malah sebenarnya sama sekali tidak tersisa apapun selain keinginan
untuk memonopoli gadis itu dari dunia nyata, merampas segala yang ia punya. Tapi
kemudian sesuatu menyadarkannya. Donghae menghirup aroma leher gadis itu dan mengerti
bahwa dia tidak boleh melibatkan Youra, sebab eksistensinya di dunia ini tidaklah
nyata. Lee Donghae hanya sebuah bayangan yang harus menemukan raganya, agar dia
bisa kembali hidup.
Dan bercinta dengan gadis
itu akan menghalanginya untuk meneruskan pencarian.
Lagi, Donghae menarik
napas panjang dan menghelanya dengan enggan. Perasaannya mulai tenang meski
kepalanya masih berputar-putar tak menyenangkan. Seluruh informasi yang ia
dapatkan hari ini bergabung dengan apa yang baru saja dia alami. Dan memilahnya
menjadi bagian terpenting bukanlah suatu hal yang mudah. Namun ingatannya akan
perseteruan dua mafia tadi menyalakan kembali rasa penasaran yang sempat absen
selama beberapa saat.
Ada Diethylamid yang tersembunyi di Korea dengan jumlah besar.
Kenyataan itu
menghantamnya dengan telak. Dia baru saja kehilangan informasi berharga. Siang
tadi dia mendapat kabar dari Gong Il Sun,
yang mengatakan bahwa Mafia Cina yang diwakili TRIAD akan mengadakan transaksi dengan
anak buah Yakuza Jepang, Mikio Ono di sekitar Nangyero 21-gil pada pukul Sembilan
malam ini.
Setelah berhasil
mendengarkan bahwa ternyata ada lebih dari satu muatan Diethylamid yang berhasil disusupkan ke Korea, Donghae menjadi
sangat penasaran bagaimana mereka bisa mendatangkan Narkotika jenis halusinogen
itu kesini tanpa tercium satupun aparat penegak hukum. Dan ketika dia berusaha
mengikuti tempat persembunyian mereka, Donghae malah memergoki Youra yang
tengah mengikutinya. Dia cukup yakin gadis itu merasa penasaran karena melihatnya
sedang mondar-mandir tengah malam di Itaewon. Namun, siapa sangka kalau kedua
mafia kelas Internasional itu justru ricuh karena pihak TRIAD ternyata tidak
menginginkan Diethylamid, melainkan heroin biasa.
Untungnya mereka
bertengkar menggunakan bahasa Mandarin dan Jepang—yang dimengerti dengan baik
oleh Donghae—sehingga gadis itu tidak bisa mengerti apa yang terjadi selain
fakta bahwa mereka bertengkar dan saling adu kekuatan. Tidak ada ide yang lebih
gila yang terlintas di kepalanya ketika dia melihat gadis itu membuka mulut—ingin
berteriak ketakutan. Dia pikir semuanya akan beres jika dia menutup mulut gadis
itu dengan ciumannya—nyaris, tentu saja. Kalau gadis itu tidak meninjunya
hingga terjatuh, yang mengakibatkan seluruh perkelahian terhenti dan berpindah
kepada mereka—Donghae dan Youra.
Kemudian semuanya berputar
dengan cepat. Yang dipikirkan Donghae adalah bagaimana mereka berdua bisa
selamat sebab mereka tidak akan bisa memperoleh pengampunan dari mafia-mafia
itu. Lari atau Mati. Dua kata yang selama ini menjadi frasa penting dalam
hidupnya kini mengharuskannya untuk menyelamatkan seseorang juga.
Donghae meringgis ketika
membayangkan keterkejutan di wajah gadis itu saat mengetahui jati dirinya yang
asli. Tentu saja tidak ada yang tidak terkejut jika menyadari bahwa Ahjussi
yang selalu berpenampilan lusuh setiap hari adalah seorang Lee Donghae yang kaya
raya, tampan dan cerdas. Dan ingatannya berlabuh kembali pada saat Youra keluar
dari bilik kecil di sudut ruangan—sebuah kamar mandi yang bersekat dengan bathub mewah didalamnya—dan dunianya
seakan berguncang.
Meskipun telah berulang
kali melihat berbagai wanita cantik selama hidupnya, namun Donghae tidak pernah
membayangkan kalau Youra ternyata memiliki daya tarik seribu kali lebih kuat
dari mereka. Seluruh tubuhnya seakan berpendar cemerlang dan memanggil-manggil hasratnya
untuk segera mendekat, mendekap gadis itu erat-erat—jatuh dalam pelukannya.
Dia bergidik, menyadari
betapa rapuh jiwanya ketika berhadapan dengan Youra, dan rasa panik mulai
menguasainya. Bagaimana jika dia sampai jatuh cinta pada gadis itu? Tidak. Sama
sekali tidak boleh. Youra Leavanna hanyalah seorang karyawan K-Fashion yang
kelewat nyentrik dimatanya. Tidak lebih.
Baru saja Donghae menggapai
sebotol wine—yang dibukanya tanpa sudi membaca label yang tertera—dan menghirup
aromanya dalam-dalam. Sejenak perasaan damai menyelimutinya. Kepalanya terasa
lebih ringan dan pikirannya semakin jernih. Namun belum lagi Donghae menikmati ketenangannya,
terdengar bunyi “bip” dari pintu
kamarnya dan jantung Donghae seolah berpusar dalam kegembiraan. Wajahnya bahkan
tersenyum semringah ketika menanti-nantikan kedatang Youra, membuatnya harus
mencengkram gelas wine-nya erat-erat sebab dia yakin dia bisa saja menerjang
gadis itu jika tidak mengendalikan dirinya.
Namun apa yang
diharapkannya sama sekali berbeda.
“Oppa!” teriak suara
nyaring yang sangat familiar di telinganya—sekaligus selalu dihindarinya.
Kedua alis Donghae
mengernyit tak suka. “Chae Rin?” panggilnya bingung. “Apa yang kau lakukan
disini?”
Park Chae Rin melintasi
koridor depan dan langsung memeluk Donghae, membenamkan wajahnya pada dada
bidang Donghae yang terkejut. “Aku merindukanmu.” Bisiknya penuh kasih, seakan
mereka sudah berbulan-bulan tidak bertemu. Meskipun
hanya Chae Rin yang merasa begitu.
“Chae Rin-ah, sedang apa
kau disini? Ini sudah tengah malam.” Ujarnya murung, tidak berusaha melepaskan
pelukan Chae Rin namun juga tidak membalasnya.
Seluruh euforia yang baru
saja di harapkannya telah lenyap. Hancur berantakan. Dan Donghae berusaha mati-matian
agar suara tawanya tidak berhasil lolos, sebab sekarang dia tengah menertawakan
dirinya sendiri. Bagaimana mungkin satu menit yang lalu dia sangat mengharapkan
bahwa Youra lah yang berada disana, diambang pintu, menatapnya dengan wajah
memerah dan—dan memesona?
‘Sial.’
“Aku baru saja selesai melakukan
fitting untuk peragaan busana dua minggu lagi saat manajer hotel ini
memberitahukanku bahwa kau baru saja check in.” Jawab Chae Rin dengan nada puas
yang tersirat.
“Kau—Jangan bilang kau
memonitor seluruh hotel di Seoul.” Mata Donghae mendelik tak percaya, Sementara
bibir Chae Rin melengkung membentuk senyuman lebar.
“Sialan, Park Chae Rin! Itukah
sebabnya kau langsung kesini? Satu jam setelah aku check in pada pukul 12 tengah malam?” Donghae meletakkan gelasnya
dan mendesah keras. Menghadapi Chae Rin memang tidak pernah mudah. Gadis ini
tidak hanya keras kepala, namun juga sedikit mengesalkan.
“Itu karena kau telah
menghilang selama hampir dua bulan! Tahukah kau, aku bahkan mencarimu hingga ke
Osaka, ke semua tempat yang mungkin saja kau datangi. Apakah kau tahu bahwa aku
sangat mencemaskanmu?” rengeknya lirih.
Dengan napas berat,
Donghae melepaskan kedua tangan Chae Rin yang melingkari pinggangnya. “Aku
tidak bermaksud jahat tapi, pulanglah, Chae Rin-ah. Mood ku sedang tidak bagus
sekarang, lagipula ini sudang lewat tengah malam. Aku tidak mau membuat Park
Ahjussi khawatir—”
“Tapi aku merindukanmu,” sela
gadis itu dengan suara serak. “Tidakkah kau menghargai seluruh usahaku untuk
mencarimu kemanapun?” Donghae bisa
merasakan kedua bahu Chae Rin yang kecil mengejang kaku dan sejurus kemudian
terdengar rintihan diantara kalimatnya. “Aku mencintaimu, oppa.. aku sangat
merindukanmu..” bisiknya sengau.
Keadaan sunyi senyap. Tidak
ada yang terdengar selain isakan Chae Rin, dan dengan perasaan bersalah,
Donghae memeluknya. Sejak dulu dia mengetahui bahwa Park Chae Rin tergila-gila
padanya—dan Donghae juga menyayangi gadis itu. Namun untuk alasan yang berbeda,
mereka tidak pernah berhasil melewati tahap hubungan “kakak-adik” yang selalu dia
bangun diantara mereka berdua. Walaupun begitu, kelihatannya Chae Rin tidak pernah
menyerah atas perasaannya, gadis itu sangat yakin kalau Donghae akan kalah.
“Maafkan aku, Chae Rin-ah.
Tapi aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku barusan. Kau sebaiknya pulang karena
aku juga akan pulang ke rumahku.” Kata-kata Donghae terdengar nyaris seperti
bujukan.
“Benarkah? Kalau begitu
bisakah aku bertemu denganmu besok?” tanyanya mulai berbinar.
“Aku tidak akan
kemana-mana, Chae Rin-ah. Aku janji. Bukankah pergelaran busana K-Fashion
tinggal dua minggu lagi?”
Wajah Chae Rin
berseri-seri dan senyumannya kembali menghiasi wajah cantiknya. “Kau benar.” Ucapnya,
mulai menyadari kebenaran akan perkataan Donghae.
Setelah berhasil membujuk
gadis itu untuk pulang, kini Donghae harus menerima kenyataan bahwa dia juga
harus tiba dirumah Hyungnya—rumahnya. Namun entah mengapa ingatan akan wajah
Youra yang memerah kembali hadir di benaknya dan tanpa dia sadari, jantungnya
berdetak tak beraturan, meninggalkan tanda tanya yang tak bisa hilang hingga
pagi menjelang.
Youra Leavanna kelewat
egois untuk bisa minggat dari pikirannya.
***
KIM KYUNG DAE meraih ponselnya
dengan perasaan gugup. Dia mengalihkan pandangannya dari layar laptop secepat
kilat, seakan tak ingin konsentrasinya terganggu. Sebuah pesan singkat dari Donghae
yang hampir saja membuatnya tersedak;
“LAD in Korea.
Mikio Ono vs TRIAD.”
Buru-buru Kyung Dae menghubungi
ponsel Donghae yang begitu tersambung, panggilannya malah dialihkan ke pesan
suara. Dua kali dia membaca pesan itu dengan seksama dan keningnya berkerut
janggal. Lysergic Acid Diethylamid
atau yang biasa disebut LAD adalah salah satu narkotika jenis halusinogen yang
sangat terlarang penggunaannya, sebab efek samping dari LAD bahkan seratus kali
lebih mengerikan daripada Heroin. Mustahil obat-obatan seperti itu bisa sampai
di Korea, kecuali, dengan satu penjelasan khusus yang dituliskan dalam pesan
Donghae, Mikio Ono dan TRIAD yang menyusupkan barang haram itu kesini.
Atau bisa jadi LAD tersebut dikirim dari sebuah Negara yang jauh..
Kyung Dae menatap layar
ponselnya dengan perasaan cemas. Barangkali dugaannya benar, bahwa dia tidak
punya pilihan lain selain menuruti mereka.
Muncul satu pemberitahuan melalui laptopnya dan Kyung Dae segera membuka kotak
masuk e-mailnya dengan bibir mengatup.
Sender: Isaías. PCC
Subject: the deal
Didn’t I remind you to take it easy for me? Before the demand price is
getting higher, I suggest you to accept the deal eminently since you were known
hiding a living creature over there. I know it such a big ass to manage that
famous company but this is the last warning message I sent you before I am
going to reveal the truth and that guy obviously will kill you.
Batin Kyung Dae mencelos. Dia
tidak menyangka bahwa apa yang sedang disembunyikannya selama lima belas tahun
ini sudah diketahui Isaías, salah satu pemimpin PCC. Dengan jantung berdegup, Kyung
Dae mengetik balasan pesan itu sambil berharap bahwa apa yang ditakutkannya
tidak akan terjadi. Atau setidaknya menundanya.
It is
impossible to let you enter this country easily. I will be suspected by the
cops. Let me talk to you directly because using internet to communicate is such
a bad idea. But from now on, don’t lay a hand to this company. I promise after the
fashion show event in two weeks, I will be there to handle things.
KTH.
Kedua tangannya mengepal erat
ketika menerima jawaban satu menit kemudian. Sekujur tubuhnya bergetar menahan
emosi yang selalu dipendamnya dalam-dalam. Jauh di lubuk hatinya, Kyung Dae
sangat membenci kalimat itu, dua kata yang merangkai setiap ketakutan dan rahasia
terkelam dalam hidupnya. Kalimat yang sengaja dikuburnya di ingatan terjauh,
yang memaksa batinnya menggerung menerima kesakitan tanpa henti;
Bem-vindos.
( Welcome home. )
Dia tidak punya pilihan. Keberadaan
Donghae sudah di ketahui dan itu berarti kesempatannya semakin kecil. Kyung Dae
tidak bisa mundur lagi sekarang. Ada tangan-tangan kotor yang berusaha melenyapkan
eksistensi Donghae dan dia tidak ingin hal itu terjadi. Terlebih jika pria itu
mengetahui sesuatu yang disembunyikan Kyung Dae rapat-rapat selama ini, sebab dia
yakin, kata-kata Isaías akan terbukti.
Satu dosis kebenaran akan
cukup membuat Donghae memvonis mati dirinya.
Kyung Dae mendesah. Beribu-ribu
ingatan berjejalan di otaknya, tidak memberinya jeda untuk bernapas tenang. Wajahnya
semakin merana saat pikirannya membawanya ke lima belas tahun yang lalu, ketika
hidupnya nyaris berupa bayang-bayang gelap di lorong-lorong got. Tak sedetikpun
sepanjang hidupnya Kyung Dae menerima kedamaian. Malah kata-kata itu sepertinya
tidak berlaku baginya. Kyung Dae memang
ditakdirkan untuk menderita. Jalan hidupnya tidak lebih mudah ketika dia
menapaki Negara Korea, sebab selalu saja malam-malamnya diwarnai kecemasan. Seperti
saat ini.
Satu setengah jam
kemudian, Kyung Dae kembali menerima pesan masuk di ponselnya. Namun kali ini
dia mendapatkan pesan dari Chae Rin yang mengatakan bahwa Donghae sudah kembali
ke Korea. Dia tersenyum melihat ketidaktahuan gadis itu mengenai penyamaran
Donghae selama bertahun-tahun sebagai petugas kebersihan di K-Fashion. Park
Chae Rin memang mudah dimanipulasi, sebab gadis itu terlalu mempercayainya,
meskipun separuh dari kata-katanya adalah kebohongan.
Tiba-tiba pikirannya
membawa sebuah nama baru yang belakangan ini sedikit menyita perhatian Kyung
Dae. Youra Leavanna, seorang programmer cerdas yang berusaha menangkap Falcon_33, hacker yang
berusaha menerobos paksa sistem K-Fashion. Sebelumnya dia sama sekali tidak
memperhatikan bagian IT dengan terlalu serius sebab menurutnya pemograman bukanlah
suatu hal yang bisa mendatangkan uang. Namun yang terjadi malah kebalikannya, pemograman
malah mendatangkan petaka untuknya. Kyung Dae bersyukur dia bisa menyingkirkan Youra
dari ruangan IT malam ini, sebab dia bertaruh gadis itu pasti akan berusaha
menangkap Falcon dan jika Youra berhasil menemukan Falcon_33, semuanya akan
berakhir.
Game Over.
***
Ada yang berbeda pagi ini.
Entahlah.
Sepertinya semuanya memang
berbeda sejak dia merasakan bibir
pria itu melekat pada bibirnya sendiri. Youra menyentuh permukaan bibirnya yang
membuka dengan refleks. Berharap dengan begitu dia bisa merasakan bahwa
kejadian semalam bukanlah Cuma mimpi. Perasaan gembira yang berlebihan
bercampur dengan antisipasi telah menjadikannya manusia paling kikuk hari ini. Berulang kali Youra tersandung selama
perjalanannya menuju K-Fashion dan telah menabrak —atau ditabrak— beberapa
orang di jalanan. Namun pikirannya memang tidak lagi bekerja setelah seluruh pusat
gravitasinya berpindah pada sebuah wajah yang terpatri di kedua matanya;
Lee Donghae.
Memikirkan nama itu saja
sudah membuatnya gugup. Dadanya berdebar-debar keras, seakan hendak menembus rongga
dalamnya. Dia bahkan tidak menyadari bahwa semua wanita di K-Fashion tengah
meributkan sesuatu. Apa pedulinya? Lee Donghae bahkan menyebabkan otaknya berantakan, dan mendengarkan gossip yang
beredar di K-Fashion bukanlah suatu hal yang bisa dibandingkan dengan ingatannya
akan pria itu.
Pintu lift terbuka dan
sekali lagi dia mendapati para karyawan wanita yang sedang bergosip penuh
semangat tentang sesuatu yang tidak terlalu dimengertinya. Youra memutuskan
untuk mengacuhkan gossip yang mereka bicarakan dan berkonsentrasi pada laporan
yang harus di serahkannya pagi ini untuk Kyung Dae.
Dia tiba di ruangan IT—yang
delapan puluh lima persennya terdiri dari laki-laki—dan merasa sedikit tenang
karena tidak harus mendengarkan desas-desus yang membuatnya terganggu. Tapi
tetap saja Youra tidak bisa mengenyahkan wanita itu, meskipun ekspresinya
jelas-jelas menunjukkan kalau dia tidak sedang ingin diganggu.
“Kenapa kau lama sekali,
Youra-ya!” keluh Ah Gyeong sambil menekan lipstick berwarna merah menyala ke
atas bibirnya berulang kali, membuat bibir itu kelihatan bengkak—bukannya
menarik. “Ayo, cepatlah! Aku tidak ingin ketinggalan melihatnya!” desaknya
tidak menghiraukan pandangan sebal Youra.
“Pergilah, aku akan
mengambil laporan dulu. Aku harus menyerahkannya pada Kyung Dae Sajangnim
sekarang.” Ujar Youra berusaha terlihat santai, walaupun dalam hati dia
mengutuki wanita itu.
“Benarkah? Kalau begitu
aku akan menunggumu. Karena dia selalu bersama Kyung Dae Sajangnim, jadi jika
aku menemanimu, aku bisa melihatnya dari dekat, bukan?”
Youra tidak mendengar
ocehan-ocehan Ah Gyeong lebih lanjut karena matanya tanpa sengaja tertuju pada
gedung K-Fashion di hadapannya. Dan mendadak jantungnya menggelepar, sementar igatannya
menerobos paksa, membuat Youra harus mencoba menyingkirkan bayangan pria itu
lebih kuat.
“…Kau mendengarku, Youra?”
tanya Ah Gyeong ketika mereka didalam lift. Youra tersentak kaget dan mengerjapkan
matanya dengan bingung.
“Tidak, maaf, aku sedikit
pusing, Ah Gyeongi.” Jawabnya beralasan tetapi begitu melihat ekspresi kecewa
di wajah Ah Gyeong, cepat-cepat dia menambahkan, “memangnya siapa yang sedang
kita bicarakan?”
Kekecewaan Ah Gyeong
langsung sirna begitu mendengar pertanyaan Youra dan kembali wanita itu
menjelaskan dengan berapi-api. “Karena kau orang baru, kau pasti tidak tahu
kalau K-Fashion memiliki seorang investor asing dari Jepang, Raveiden Haenoki.
Aku dengar kalau orang itu menguasai saham K-Fashion, yah, cukup banyak untuk
membuat seluruh pemegang saham merasa segan terhadapnya. Tapi, yang perlu kau
ketahui adalah, dia bukan pria biasa, Tapi seorang pria yang akan membuatmu
meleleh dalam hitungan detik! Kau tidak akan percaya kalau manusia setampan itu
ternyata ada dimuka bumi ini..”
Ah Gyeong tenggelam dalam
imajinasinya dan baru melanjutkan penjelasannya ketika Youra berdeham pelan. Mereka
sedang di terowongan menuju gedung Fashion dan orang-orang menatap mereka
dengan pandangan aneh—mengingat wajah Ah Gyeong yang terlihat seperti sedang
berada di Galaksi Andromeda.
“Tunggu sampai kau
melihatnya sendiri, Youra. Haenoki-ssi tidak hanya tampan, dia sudah menjadi
legenda di perusahaan ini. Setiap kali kunjungannya ke K-Fashion, seluruh
wanita di K-Fashion pasti akan menjadi tiga kali lebih bersemangat. Coba saja
kau lihat sekelilingmu.” Ujarnya sambil menunjuk beberapa wanita dengan
dagunya.
Youra melihat ke arah yang
ditunjukkan Ah Gyeong dan dia mendengus geli. Tidak hanya lebih bersemangat,
mereka juga memoles ulang wajah mereka dengan peralatan make up yang terselip
di dalam tas. Dalam hati dia penasaran, apakah investor Jepang itu benar-benar
setampan yang dibicarakan Ah Gyeong, sebab sungguh aneh jika seluruh wanita
menjadi tergila-gila padanya.
“Ayolah, Youra. Aku dengar
dia masih di berada di hall gedung bersama
Kyung Dae sajangnim. Jadi cepatlah!” desaknya lagi. Youra mengalah dan
membiarkan Ah Gyeong menyeret paksa lengannya.
Mereka berdua berdiri lima
meter dari eskalator utama—yang memberi kemudahan pada karyawan yang tidak
ingin menunggu antrean lift—sembari mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan.
Youra sebenarnya tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya, dia malah berusaha
membaca ulang hasil laporan yang akan diberikannya pada Kyung Dae, karena
nantinya laporan ini akan diserahkan pada pihak kepolisian. Namun mau tak mau
perhatiannya teralihkan ketika Ah Gyeong menyikut rusuknya penuh semangat—nyaris
mematahkan tulang rusuknya.
Youra melihat ke arah yang
ditunjuk Ah Gyeong dan seketika dunia yang dipijakinya rubuh. Dia menemukan
sepasang bola mata cokelat yang sempurna sedang menatapnya lekat-lekat;
Lee Donghae sedang
berjalan bersama seseorang, tapi dia tidak bisa melihat siapa orang itu. kedua
matanya hanya terpaku pada pria yang kini sedang meliriknya dengan wajah paling
tampan yang pernah dilihatnya. Dia mendengar Ah Gyeong berbisik di telinganya,
namun sama sekali tidak menangkap satu patah katapun. Indra pendengarannya
mendadak tuli dan dunia berjalan dengan gerakan lambat.
Rompi cokelat muda dan
celana berwarna senada, dipadukan dengan kemeja putih serta dasi bermotif
garis-garis, pria itu seakan meloncat dari ingatannya semalam, namun seribu
kali lebih tampan. Rambutnya begitu rapi, rahangnya tegas dan tanpa cela. Hidungnya
lancip, seakan diukir oleh pemahat terkenal. Dan bibirnya..
Youra benar-benar
kehilangan orientasi. Dia bisa merasakan bibir Donghae menciumnya dengan penuh
hasrat, desahan nafas yang menguar dari sela-sela ciuman mereka serta tangan
kekar pria itu yang menyusup diantara rambutnya. Dan tanpa bisa dicegah,
kertas-kertas laporan yang sudah susah payah dikerjakannya itu berhamburan
ketika otaknya berhenti bekerja. Seluruh pikirannya kini terpusat pada ingatan
yang tadinya seakan mimpi.
Nafasnya memburu ketika
sepasang mata yang amat sangat indah itu menatapnya penuh arti.
Youra menelan air liurnya dengan gugup, berusaha mengucapkan sesuatu pada pria
itu namun tenggorokannya tercekat. Dan ketika Lee Donghae melewati dirinya
begitu saja—tanpa menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mengenal Youra sedikitpun—Youra
terperangah tak percaya. Entah apa yang diharapkannya tapi sikap dingin Donghae
membuat hatinya berlubang-lubang menyakitkan.
Apakah kejadian semalam memang hanya ilusinya belaka?
“Omo, Youra-ya!” Pekik Ah
Gyeong di telinganya penuh semangat, membuatnya kembali terdampar ke dunia
nyata. “Aku tahu kalau Haenoki-ssi itu tampan, tapi menurutku kau tidak perlu
menjatuhkan laporanmu dan melongo seperti orang bodoh. Sadarkah kau kalau dia
menatapmu yang sedang terlihat aneh?
Ya Ampun, Youra-ya, aku bertaruh, dia pasti menganggapku aneh juga. Ah—sang
tunangan akhirnya tiba,” celotehan Ah Gyeong yang tadinya terdengar mirip
seperti kembang api itu tiba-tiba menjadi lesu.
Sekali lagi Youra
mengikuti arah pandangan Ah Gyeong dan mendapati Park Chae Rin sedang melintasi
hall dengan sedikit terburu-buru. Beberapa
orang menyipit melihat gadis itu dan selebihnya memandangi kepergiannya dengan
wajah penuh kekaguman. Bahkan mereka yang bekerja di K-Fashion masih saja tidak
bisa tidak mengagumi kecantikan Chae
Rin.
“Dia pasti mencari
Haenoki-ssi.” Bisik Ah Gyeong dengan nada cemburu yang tak masuk akal. Tetapi
ternyata perkataannya benar, sebab mereka bisa mendengar Chae Rin bertanya
tentang keberadaan Haenoki dan Kyung Dae pada resepsionis.
“Kalau Chae Rin memang
tunangannya, kenapa media belum mengabarkan berita apapun tentang
pertunangannya? Seharusnya itu menjadi heboh, bukan?” tanya Youra sedikit
penasaran. Untuk model terkenal sekelas Chae Rin, berita apapun akan menjadi besar.
Ah Gyeong merendahkan
suaranya dan menjelaskan dengan gaya sok serius. “Itu karena pengaruh Kyung Dae
Sajangnim. Dia telah menutup semua jalur wartawan tentang hubungan Chae Rin
dengan Haenoki-ssi. Dan meskipun belum ada pengumuman resmi mengenai hal itu,
tapi seluruh orang di K-Fashion tahu persis bahwa mereka sudah sangat dekat dan
gosipnya mereka telah bertunangan. Aku sendiri belum pernah melihatnya lepas
dari sisi Haenoki-ssi. Chae Rin pasti akan ada dimanapun Haenoki-ssi berada.
Aku benar-benar iri padanya, tapi yah, mereka berdua begitu serasi, sehingga
mustahil bisa menyainginya.”
Wanita itu terlalu sibuk
dengan opini-opini tak berdasarnya dan sama sekali tidak menyadari bahwa wajah
Youra telah berubah pucat. Seakan seribu paku tak kasat mata menancap persis di
jantungnya, membuat organ dalamnya terasa berlubang dan pedih. Youra tidak tahu
mengapa dia merasa begitu terluka mendengar hubungan Donghae dan Chae Rin, tapi
dia menyadari bahwa ciuman mereka semalam merupakan kesalahan.
Tangannya mengepal erat,
berusaha menghentikan sebuah perasaan yang entah kenapa mulai tumbuh di sudut
hatinya; bahwa dia merindukan pria itu.
‘Kau sudah gila, Youra. Dia bahkan sudah bertunangan dan kau masih
mengharapkannya?’ ujarnya dalam hati, mengasihani pikirannya sendiri.
Youra memutar langkahnya
menuju antrean lift yang kini terlihat sepi. Ah Gyeong hendak mengikutinya
namun Youra beralasan bahwa dia ingin ke ruangan tim desain lebih dulu dan
meminta wanita itu untuk membiarkannya pergi sendirian. Dia merasa sedikit
bersalah karena telah berbohong, tapi Youra tidak ingin Ah Gyeong melihat
wajahnya yang harus menahan kekecewaan ketika bertemu pria itu di kantor Kyung
Dae.
Dengan langkah ragu, Youra
mendatangi sekretaris Kyung Dae yang berjaga di depan pintu dan suaranya sedikit
pecah ketika dia berkata, “Aku kesini untuk menyerahkan laporan khusus pada
Sajangnim.”
Sekretaris itu mengangguk
dan membukakan pintu untuk Youra. “Masuklah, Youra-ssi.” Ujar Kyung Dae dari
dalam. Dan tiba-tiba saja kedua tungkai kakinya terasa berat, seakan menolak
untuk melihat sosok yang sebenarnya ingin
ditemuinya.
Haruskah Youra kabur saja?
***
INGATAN akan kedua mata
Youra yang membelalak kaget tadi masih terus mengusiknya, membuatnya sulit berkonsentrasi
pada semua laporan yang tengah disampaikan oleh Manajer Eksekutif Bagian
Perancangan. Dari ekspresi gadis itu, dia yakin Youra pasti tidak menyangka
bahwa mereka akan bertemu lagi pagi ini. Bukan sebagai Lee Donghae, melainkan
sebagai Raveiden Haenoki.
Raveiden Haenoki adalah
nama yang dulu digunakannya di Jepang, ketika dia berhijrah di negeri Matahari
Terbit itu selama lima tahun. Namun nama itu kembali digunakannya ketika dia
memutuskan untuk menjadi seorang investor asing sebagai warga Negara Jepang.
Dan beberapa tahun belakangan, ketenarannya meningkat seiring dengan beberapa
keputusan controversial yang sering kali dibuatnya selama rapat dewan
eksekutif. Tentu saja Donghae jarang hadir dalam rapat itu, namun semua orang
tahu bahwa usul Raveiden Haenoki selalu membawa keajaiban bagi K-Fashion.
“Meeting at 10” perintahnya singkat dan pria dengan setelan abu-abu
pudar yang berkeringat itu terlihat bingung.
“Tapi—”
“Tapi apa?” bentak Donghae
emosi. Dia sebenarnya sedang berusaha melenyapkan bayang-bayang wajah Youra
yang menatapnya tak percaya, namun usahanya sama sekali tak berhasil. Donghae malah semakin
kehilangan minatnya untuk mendengar laporan itu. “Kau sebut itu laporan? Ekspansi ke Amerika ditunda dan ada tiga puluh
dua merk mendaftar pada Pergelaran Busana kali ini? aku menyebutnya Kegagalan. Rapat
darurat dewan Eksekutif dalam dua jam atau aku akan menghentikan kerja sama.”
Tatapan Donghae yang
seakan bisa menembus kerasnya baja, membuat sang Manajer gemetaran. Pria
berusia tiga puluh lima tahun itu hanya bisa mengangguk dengan patuh. Ini
memang bukan pertama kalinya Haenoki bersikap menakutkan, mengingat
kebiasaannya mencecar semua staff dan Direksi K-Fashion dalam setiap
kunjungannya kesini. Menjadikan kunjungannya tidak hanya diperbincangkan dengan
penuh semangat, tetapi juga diiringi decakan sebal.
Donghae menutup pintu
ruang rapat dengan serampangan, membiarkan emosinya tersalur pada pintu kayu
yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan seluruh ke gundahannya pagi ini. Dia
berjalan menyusuri koridor, menuju ruangan Kyung Dae sambil menyipitkan matanya,
berharap dengan begitu bayang-bayang Youra akan menghilang. Sebab kini gadis
itu seperti hantu, tak mau menyingkir dari pikirannya bahkan untuk sedetik.
Sekretaris Kyung Dae yang
terburu-buru membukakan pintu ketika melihat kedatangan Donghae, menyambutnya
dengan sebuah salam dalam bahasa Jepang—namun diacuhkannya. Donghae mendatangi
meja kerja Kyung Dae dan bersiap-siap ingin mengamuk juga, tetapi jantungnya
seakan melesat ke luar saat menemukan sebuah wajah yang beberapa jam ini berada
di pikirannya.
“Ini Raveiden Haenoki, investor
penting dari Jepang.”
Donghae bisa mendengar
suara Kyung Dae yang memperkenalkan dirinya,
namun wajahnya masih menatap gadis itu—yang juga membalas tatapannya.
“Hello,” sapa Youra
setelah terdiam beberapa detik. Mata gadis itu berkelebat, terlihat panik
sekaligus resah. “Nice to meet you.” Ucapnya lagi, seakan tidak tahu harus
berkata apa.
“Youra-ssi, Haenoki bisa
berbahas Korea.” Penjelasan Kyung Dae membuat wajah gadis itu memerah karena
malu.
“Tentu saja,” gumamnya
pada diri sendiri. “Ahem, Y-Youra imnida.
Mannaseo bangawoyo.” Ulang Youra pada Donghae, membungkuk hormat dan tanpa
menunggu tanggapan Donghae, gadis itu berbalik pada Kyung Dae.
“Sajangnim, aku permisi
dulu. Semoga laporan itu bisa membantu.” Ujar Youra terburu-buru. Langkahnya menjadi
begitu kikuk ketika bersisian dengan Donghae. Tetapi gadis itu bahkan tidak
meliriknya sama sekali—mengacuhkannya begitu saja.
Donghae merasa ada sesuatu
yang berdesakan di dadanya, membuncah bagaikan sapuan badai di tengah lautan
tenang. Dia menyadari Kyung Dae tengah mencondongkan tubuh, memperhatikan
Donghae yang sedari tadi memandang Youra tanpa berkedip.
“Hyung, apa yang
dilakukannya disini?” tanya Donghae, mencoba mengalihkan kenyataan bahwa dia baru
saja terperangah melihat kehadiran Youra.
Kyung Dae menatapnya
tajam, seakan mencoba membaca raut wajah Donghae yang berubah kaku. “Hanya
menyerahkan laporan.” Jawabnya datar.
“Laporan apa?” desak Donghae
sedikit curiga. Kenapa harus Youra yang menyerahkan laporan itu? bukankah jabatannya
di K-Fashion hanyalah karyawan biasa?
“Bukan hal yang penting. Hanya
laporan hasil evaluasi kerja.” Kali ini Kyung Dae menghindari tatapan Donghae
yang menghujamnya lurus-lurus. “Bagaimana hasil laporan yang disampaikan
Manajer Eksekutif?” Giliran Kyung Dae yang bertanya dan segera saja kening
Donghae berkerut kesal.
“Aku mau rapat ulang pukul
sepuluh. Terlalu banyak kegagalan,
Hyung. Dan aku akan mengajukan topik investasi pelabuhan Busan dalam rapat kali
ini. Hyung, aku ingin kau mendukungku.”
“Aku selalu mendukungmu,
Donghae-ah.” Desah Kyung Dae tak sabar. “Tapi usahakan agar niatmu tidak
terlalu mencolok, sebab kelihatannya fraksi oposisi ingin sekali mematahkan imej
sempurnamu.”
“Tentu,” ujarnya
mengangguk kecil. “Baiklah, aku akan.. mencari beberapa detail lebih dulu dan meninggalkan
persiapan meeting padamu, Hyung.” Donghae segera menggiring langkahnya keluar ruangan
begitu melihat Kyung Dae mengangguk setuju.
Kedua kakinya hampir
berlari menyusuri lorong menuju lift. Jantungnya berjumpalitan ketika melihat siluet
Youra yang hendak memasuki lift yang terbuka. Dengan cepat Donghae menyambar
salah satu lengan gadis itu hingga membuatnya terperanjat dan memekik kecil.
“Astaga, Donghae-ssi, apa
yang kau lakukan?” desisnya sambil mendelik ketakutan.
“Atap.” Ujar Donghae
sebagai jawaban. Dia berjalan mendahului gadis itu menuju tangga yang mengarah ke
atap. Beruntung lift serta koridor terlihat sepi, menjadikan perbuatannya
barusan tidak diketahui siapapun.
Dia bisa mendengar Youra
berjalan dibelakangnya dalam diam. Dan tidak sekalipun Donghae berbalik ke
belakang, melihat bagaimana ekspresi yang terhampar di wajah gadis itu,
meskipun dari tadi dia berusaha mati-matian menahan egonya yang memberontak.
Donghae mengatupkan bibir
dan menggigit lidahnya kuat-kuat. Memikirkan bahwa gadis itu hanya beberapa
meter darinya membuatnya kesulitan menahan diri. Dia mengernyit dan membuang
jauh-jauh pikiran tak masuk akal yang kini menggerogoti kesadarannya. Youra
Leavanna hanyalah gadis biasa, dan menciumi gadis itu hanya akan menimbulkan
masalah baru.
Benar. Dia tidak boleh lengah.
Angin segar langsung menyambut
kedatangan mereka di atap gedung Fashion. Sementara jutaan partikel cahaya
matahari menyirami tubuh mereka dengan hangat, seolah berusaha mencairkan
atmosfir tegang yang menggantung diantara mereka. Donghae langsung merebahkan tubuhnya
diatas kursi kayu dan melirik Youra yang memilih berdiri di dekat pagar
pembatas.
“Ada apa?” tanya Youra
pelan. Suara gadis itu teredam oleh angin yang menderu di sekeliling mereka.
Donghae menatap punggung
gadis itu setengah putus asa. Dia sendiri tidak mengerti apa yang membuatnya
sampai menyeret paksa Youra kesini, ditempat yang jauh dari jangkauan siapapun,
tempat yang aman bahkan jika dia ingin berbuat sesuatu pada gadis ini…
‘Sial.’ Decak Donghae jengkel. Kenapa pikirannya mudah sekali
goyah?
“Laporan apa yang kau
serahkan pada Kyung Dae Hyung?” tanya Donghae begitu dia sudah menemukan sebuah
pertanyaan logis.
“Kenapa kau ingin tahu?”
tanya gadis itu—masih tidak memandangnya.
“Karena ini perusahaanku
juga, Youra-ya.” Desah Donghae enggan.
“Benar,” ucap Youra
menyetujui ucapannya barusan. “Bagaimana mungkin aku bisa lupa bahwa Lee
Donghae adalah seorang eksekutif muda yang sukses?” ujarnya sarkastis.
“Dengar, bisakah kau tidak
memanggilku dengan nama Lee Donghae untuk saat ini? Aku sedang menyamar dan itu
sebuah rahasia, ingat? Jadi, panggil aku Haenoki.”
Youra berbalik dan menatap
lurus-lurus ke arah Donghae. Wajahnya terlihat datar, tanpa senyum atau ekspesi
apapun. Tetapi sedetik kemudian, ekspresi itu begitu kontras dengan kalimat
yang diucapkannya. “Jangan khawatir. Mungkin ini terakhir kalinya aku
memanggilmu dengan nama Donghae sebab akan kupastikan kita tidak akan bertemu
dalam kesempatan apapun.” Tandasnya dingin.
“Aku akan berpura-pura
tidak mengenalmu bahkan jika kita berpapasan suatu saat nanti.” Tambah gadis
itu lagi, seakan tidak puas melihat keterkejutan yang tergambar di wajah
Donghae.
“Tunggu dulu, Youra, sepertinya
kau tidak mengerti. Aku hanya memintamu untuk memanggilku dengan Haenoki, bukan
menyuruhmu untuk berpura-pura tidak mengenalku—”
“Aku memang seharusnya tidak boleh mengenalmu,
bukan? Jangan khawatir, Donghae-ssi, aku akan melupakan apa yang pernah kau katakan
padaku. Apa yang terjadi diantara kita berdua… itu adalah kesalahan. Aku akan
berusaha menghapusnya. Dan menganggapnya tidak
pernah ada.”
Perkataan Youra barusan
terdengar seperti salam perpisahan di telinganya. Dan entah mengapa, Donghae
membenci hal itu. Dengan satu langkah cepat, Donghae sudah berdiri persis di
hadapan Youra, membuatnya leluasa menatap gadis itu dari jarak dekat. Dia
melihat kedua pipi Youra bersemu dan beberapa helai rambutnya berterbangan
tertiup angin, menggodanya untuk menyingkirkan rambut itu..
“Mengapa kau berpikir
seperti itu? Bukankah kau telah setuju kalau kita akan mengulang semuanya dari
awal?” tanya Donghae berang. “Jawab aku, Youra Leavanna.” Desaknya tak sabar
ketika Youra tak kunjung memberikan jawaban.
“Karena aku mengerti bahwa
kau hanya main-main. Aku bisa memahami kalau mempermainkan gadis bodoh
sepertiku memang menyenangkan bagimu. Jadi, kumohon berhentilah bersikap
seperti ini. Sebab kalau saja kau
memberitahuku dari awal bahwa kau sudah mempunyai tunangan, tentu saja kejadian
seperti tadi malam tidak akan pernah ada.” Jelasnya penuh emosi. Ada airmata
yang menggenangi pelupuk matanya dan Donghae merasa terganggu dengan hal itu.
“Siapa yang mengatakan hal
itu?” tanya Donghae menghela napas panjang. Dia tidak habis pikir mengapa Youra
mempercayai omong kosong mengenai pertunangannya.
“Aku bisa melihatnya, Donghae-ssi. Tidak perlu
menunggu seseorang untuk mengatakannya padaku.” Jawab gadis itu tak meyakinkan.
“Siapa yang mengatakan
bahwa aku hanya main-main?” geram Donghae berbahaya. Kesabarannya sudah hampir
habis menghadapi betapa keras kepalanya gadis ini. “Apakah kau pikir aku
menciummu hanya karena aku menginginkannya?”
“Ya.” Jawab Youra cepat,
dan Donghae terperangah. Sejujurnya, benaknya sendiri bahkan mengakui hal itu. Dia
memang menginginkannya, tapi sama sekali tidak bermaksud mempermainkan gadis
itu. “Memangnya ada yang lain? Kenapa kau harus—harus mencium seseorang yang
tidak sebanding dengan tunanganmu? Park Chae Rin sudah memiliki segalanya. Jadi,
tidak ada alasan lain untuk menciumku kalau bukan karena kau Cuma main-main,
bukan?”
“Youra Leavanna, kau
benar-benar keras kepala.” Ujar Donghae ketus. “Baiklah, kalau itu maumu, aku
tidak peduli. Silahkan berpikir bahwa semua itu memang hanya main-main. Dan satu lagi, terima kasih kau sudah membalas ciumanku.”
Donghae menutup pintu
dibelakangnya dengan kesal. Dia bisa mendengar gadis itu terisak ketika hendak
membuka pintu atap, namun dia meneguhkan pendiriannya agar tidak berbalik dan memohon
agar gadis itu mengerti—sebuah pikiran sinting. Cepat-cepat Donghae membawa kedua
kakinya menuruni anak tangga, menjauh dari atap sebelum dia benar-benar akan
melakukan pikiran sinting itu. Namun Donghae sedikit kaget ketika menemukan seseorang
menatapnya dengan kening berkerut.
“Oppa!” jerit Chae Rin
dari ujung anak tangga. Napasnya tertatih, seakan baru saja berlari
terburu-buru. “Sedang apa kau disini? Rapat hampir dimulai.”
Donghae tidak menjawab
pertanyaan Chae Rin dan terus melangkahi anak tangga dengan gusar. Pikirannya
masih berkelebat kepada Youra yang sedang diatas, menangisi pembicaraan mereka.
“Oppa, kenapa kau ada di
atas? Apakah kau menemui seseorang disana?” tanya Chae Rin sambil berusaha
mengimbangi langkah Donghae yang semakin cepat.
“Dia gadis yang semalam
berada di hotel yang sama denganmu, kan?” tanya Chae Rin lagi, ketika Donghae
tak juga memberikan respon atas pertanyaannya. Tetapi kali ini Donghae berhenti
dan berpaling kepada Chae Rin.
“Kau—”
“Aku melihatnya keluar
dari lift dan manajer hotel memberitahuku bahwa kau datang bersama gadis itu.”
Donghae mengernyit tak
suka. Pikirannya malah mengasumsikan apa yang akan terjadi seandainya Youra
tidak meninggalkannya semalam dan Chae Rin mendapati mereka berdua sedang
bermesraan di kamar hotel. Untuk beberapa alasan, Donghae merasa lega bahwa hal
itu tidak sampai terjadi, sebab dia tahu Chae Rin pasti tidak akan membiarkan gadis
manapun mendekatinya.
“Itu hanya kebetulan,”
sanggah Donghae datar.
Chae Rin terlihat tidak percaya
dan melanjutkan pertanyaannya. “Kalau begitu apa yang kalian bicarakan diatas?”
“Tidak ada yang istimewa. Aku
hanya bertanya padanya, laporan apa yang dia berikan untuk Kyung Dae Hyung.”
“Benarkah?” tanya Chae Rin
ragu. Sebagai jawaban, Donghae hanya mengangguk tanpa minat. “Oppa, kau tahu
bukan, kalau aku tidak suka jika ada perempuan yang mendekatimu?”
“Jangan khawatir, kau
tidak akan pernah melihatnya ada didekatku lagi.” Jawab Donghae cepat, berusaha
meyakinkan dirinya sendiri bahwa perkataannya adalah fakta.
Mereka berjalan menuju
ruang konferensi dalam diam. Keduanya sama-sama terlalu enggan untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran mereka dengan gamblang dan memilih untuk
menyimpannya dalam hati. Donghae meraih gagang pintu yang berwarna keperakan dan
mendorongnya hingga terbuka. Seluruh orang di ruangan itu berdiri dan
membungkuk padanya. Beberapa memasang wajah masam meskipun tidak kentara. Moodnya
sedang amat sangat buruk dan dia akan senang jika bisa melampiaskannya pada
seseorang. Atau semua orang.
“Ayo kita mulai,” ucapnya tersenyum
penuh arti, membuat sebagian orang bergidik ketakutan, menyadari bahwa rapat
kali ini akan lebih sulit daripada yang sebelumnya..
***
KIM KYUNG DAE melirik
Donghae yang daritadi memasang wajah cemberut. Keningnya tidak berhenti
berkerut dan pandangan matanya menunjukkan amarah yang tersulut didalam
hatinya. Sudah setengah jam rapat dimulai dan Donghae masih mendengarkan dengan
seksama. Kyung Dae berasumsi, setidaknya pria itu selalu menunggu hingga presentasi
selesai.
Lima belas menit kemudian,
tangan Donghae terangkat di udara, membuat sekelilingnya menatap jengah. Tampaknya
kali ini dia tidak ingin menunggu terlalu lama, sebab presentasi baru berjalan separuhnya.
“Bisakah kau menjelaskan
mengapa ekspansi ke Amerika harus ditunda?”
Terdengar suara riuh
rendah dari seluruh orang dan Donghae sepertinya tidak mempedulikan mereka. “Manajer
Eksekutif Bagian Perancangan mengatakan bahwa penundaan itu terjadi karena
tidak adanya kesiapan dana. Benarkah?”
“Hal itu masih menjadi
bahan pertimbangan seluruh dewan karena seperti yang kita ketahui, memasuki
pasar Amerika membutuhkan lebih daripada kesiapan dana.” Jawab Manajer itu
sedikit takut.
Donghae memejamkan matanya
selama beberapa detik. “Jadi kau mau mengatakan bahwa K-Fashion tidak cukup ‘pantas’
untuk segera memasuki Amerika?”
“Tidak, maksudku bukan—”
“Lalu mengapa ada tiga
puluh dua brand yang ingin ikut serta dalam Fashion Show kali ini?” sela
Donghae dengan pertanyaan yang tampaknya tidak menginginkan jawaban. “Kekurangan
dana, katamu? Seharusnya itu tidak menjadi masalah berarti. Yang perlu kita
lakukan adalah mengurangi keikutsertaan brand-brand itu menjadi empat. Lalu minta
mereka memberikan harga lebih tinggi karena brand mereka diizinkan bergabung. Menerima
empat brand paling berpengaruh akan membuat nama K-Fashion semakin disegani,
sebab bekerja sama dengan banyak brand mungkin akan terlihat mengesankan tetapi
akan menunjukkan bahwa K-Fashion itu murahan. Kita tidak sedang mengadakan EXPO
untuk masyarakat umum. Yang akan kita gelar adalah sebuah Fashion Show ekslusif
dan terbatas, sehingga siapapun akan berlomba-lomba untuk bergabung dan berusaha
mencari cara agar bisa membeli tiket masuk. Kau tahu apa yang paling dibenci
orang-orang kaya?” tanya Donghae di penhujung kalimatnya. Ketika tidak
seorangpun memutuskan untuk menjawab, pria itu menaikkan sudut bibirnya,
membentuk sebuah senyuman miring.
“Itu gampang, mereka
membenci kekalahan. Jadi, semakin
mahal kita memberikan harga, semakin banyak pula jutawan yang ingin memenangkan
prestige itu.” Jawabannya membuat
beberapa orang mengangguk membenarkan. Kini seluruh orang sibuk membuat catatan
kecil diatas laporan-laporan yang sudah di sediakan diatas meja, sehingga
mereka tidak menyadari bahwa Donghae telah berdiri, berjalan ke depan layar in focus dan berdeham beberapa kali, berusaha menarik
perhatian sekelilingnya.
Ini dia. Hal yang dari tadi
di tunggu-tunggu Kyung Dae akhirnya tiba.
“Aku akan mengadakan rapat
tambahan mengenai investasi Pelabuhan Busan yang sempat tertunda.” Lagi,
perkataan Donghae menimbulkan dengungan di seantero ruangan. Bahkan Kyung Dae
menelan air liurnya dengan gugup. Dia harus bisa menghentikan Donghae.
“Sebelumnya aku telah
membicarakan masalah ini secara terperinci dengan CEO Kyung Dae dan mendapatkan
respon positif. Jadi, aku berniat menjadikan hal ini sebuah proyek yang akan terlaksana
dengan tanpa rintangan yang berarti.”
“Apakah kau sedang
bercanda? Investasi itu setidaknya mengharuskan triliunan won terbuang sia-sia—”
Ketua fraksi oposisi, Kang Joo Young berusaha mematahkan pidato Donghae namun pria
itu langsung menyelanya.
“Kenapa kau berpikir bahwa
investasi ini sebuah kesia-siaan?” tanya Donghae dengan wajah dingin. “Aku tidak
mengerti mengapa pikiranmu sesempit itu, Kang Joo Young-ssi. Tapi yang kulihat,
investasi ini akan membawa keuntungan berlipat ganda pada K-Fashion, mengingat rencana
ekspansi ke berbagai Benua Amerika yang akan terjadi dalam waktu dekat. Tidakkah
kau menyadari bahwa jika kita mempunyai akses khusus di Pelabuhan, masalah
ekspor-impor yang sering kali kita hadapi akan semakin mudah?”
Kang Joo Young yang tidak
ingin mengalah begitu saja, langsung membalas perkataan Donghae. “Mungkin investasi
Pelabuhan Busan akan memberikan keuntungan bagi K-Fashion, tapi, sadarkah kau
bahwa keuntungan itu tidak datang saat ini juga? Kita sedang mengalami krisis
dalam pelaksanaan ekspansi ke pasar Amerika dan membebani perusahaan dengan Investasi
baru akan memperburuk keadaan. Idemu memang bagus, Haenoki-ssi, tapi kita tidak
bisa bertindak tergesa-gesa, sebaiknya kita menunggu sampai ekspansi ke Amerika
mendatangkan keuntungan, lalu kita bisa memikirkan ulang mengenai investasi
ini.”
Kyung Dae mengangguk samar,
berusaha agar perbuatannya tidak disadari Donghae. Tapi tampaknya pria itu
terlalu sibuk memikirkan sanggahan terhadap penolakan Joo Young.
“Apa ada yang menjamin
bahwa perusahaan lain tidak akan menyadari potensi ini? Siapa yang berani
bertaruh bahwa kita masih memiliki kesempatan jika kita melewatkannya sekarang?”
Seluruh orang yang hadir di
ruangan konferensi menggeliat tak nyaman diatas kursi mereka. Masing-masing saling
membenarkan argument Donghae dan Joo Young, namun tidak berani memberikan satu
pendapat pun untuk mendukung atau menolak mereka. Maka, inilah saatnya bagi
Kyung Dae untuk menengahi—sekaligus menyelesaikan perdebatan itu sebelum mereka
akhirnya bertikai.
“Kurasa masing-masing
sudah menyampaikan poin penting. Sekarang saatnya untuk memutuskan melalui pemungutan
suara. Dimulai dari kursi paling depan, Park Chae Rin-ssi dan seterusnya, harap
memberikan jawaban kalian.” Ujar Kyung Dae lewat mikrofon.
Seperti yang selalu terjadi
dalam setiap rapat, Chae Rin langsung memberikan jawaban yang mendukung
Donghae, sehingga gadis itu tidak perlu berpikir lebih lama ketika menjawab, “Ya,”
untuk persetujuan Investasi Pelabuhan Busan.
Keadaan semakin menjadi
tidak nyaman saat jawaban “Ya” dan “Tidak” memperoleh nilai seri ketika mencapai
meja Kyung Dae. Kini seluruh keputusan berada ditangannya. Kyung Dae terdiam
sejenak sebelum memberikan jawaban apapun kepada tiga puluh pasang mata yang
mengamatinya dengan penuh harap.
Seharusnya dia menepati
janjinya untuk mendukung Donghae, dia tahu itu. Tapi kali ini dia tidak bisa
membiarkan Investasi itu sampai terjadi, sebab dia mengerti bahwa tujuan
Donghae sebenarnya adalah untuk mengawasi jalur perdagangan obat-obatan
terlarang, baik masuk maupun ke luar Korea. Dan jika Donghae berhasil menguasai
informasi tentang asal muasal obat-obatan itu, dia pasti akan mendapati bahwa Kyung
Dae ternyata memiliki hubungan dengan semuanya.
“Tidak.” Jawab Kyung Dae
setelah menghela napas dengan berat. Gumaman pro dan kontra bergaung semakin keras,
kaget atas jawaban Kyung Dae yang ternyata tidak menginginkan Investasi itu. “Baiklah,
sepertinya inilah akhir dari rapat kali ini. Sebagai pemberitahuan, besok siang
kita akan mengadakan rapat lebih lanjut mengenai pelaksanaan Fashion Show yang
akan digelar dalam dua minggu. Harap semua orang memeriksa memo sore ini.” ujar
Kyung Dae yang segera meninggalkan kursinya dan berjalan ke luar ruangan—menghindari
tatapan tak percaya yang diarahkan Donghae untuknya.
Kyung Dae tiba di
ruangannya dan mendengar suara langkah kaki yang membentur lantai dengan
hentakan keras menyusulnya di belakang. Dia tidak perlu bertanya-tanya siapa
seseorang itu sebab dia sudah
mengetahuinya.
“Hyung!” geram Donghae teredam.
Suaranya nyaris menghilang ketika mencecar Kyung Dae yang memasang wajah lelah.
“Kenapa kau tidak mendukungku?” ucapnya penuh penekanan.
“Itu karena Kang Joo Young
benar, Donghae-ah. Kita tidak seharusnya terburu-buru sebab—”
“Aku tidak ingin menunggu
lebih lama lagi, Hyung!” sambar Donghae tidak sabar.
“Tapi kita tidak bisa
mengorbankan perusahaan, Donghae-ah. Terlalu beresiko jika kita mengumbar bahwa
perusahaan akan memperoleh keuntungan dari investasi itu, sebab bisa saja investasi
itu merugi, bukan?”
Donghae kini menatapnya dengan wajah
datar, meskipun kedua bola matanya memancarkan seluruh emosi yang tersembunyi didalam hatinya. “Tapi
itu satu-satunya cara untuk memantau semua jalur lintas obat-obatan yang ada di
Korea, Hyung. Tidakkah kau mengetahui itu?”
“Aku tahu,” desah Kyung
Dae sambil mengurut pelipisnya gelisah. “Meski begitu tetap saja kita tidak boleh
gegabah. Sudahkah kau memperhitungkan bagaimana jika mafia obat-obatan itu
menyadari niat kita yang tiba-tiba ingin mengambil alih Pelabuhan?”
“Hyung, apakah kau benar-benar
mendukungku?” tanya Donghae tanpa diduga. Kyung Dae menengadah, menatap kedua
mata Donghae yang sedingin es.
“Bukankah kau tahu bahwa
aku selalu mendukungmu? Aku melakukan semua ini hanya untuk melindungimu, Hae-ah.”
“Benarkah? Tapi kenapa aku
tidak merasa seperti itu?”
Seakan ada seember air
dingin yang mengguyur wajahnya, Kyung Dae memandang Donghae dengan seksama, berusaha
mencari tahu apa yang dipikirkan pria itu. Jantungnya berpacu dengan
gelisah, sembari bertanya-tanya apakah Donghae telah mengetahui sesuatu?
Tapi sedetik kemudian, Donghae
memutar tubuhnya, berjalan menuju pintu masuk dan meninggalkan Kyung Dae yang
berusaha melontarkan jawaban. Sejenak kepedihan merasuki relung hatinya dan
diam-diam Kyung Dae menyesali kehidupannya yang berantakan. Seandainya saja dia
bisa memutar ulang waktu yang telah berlalu..
Barangkali dia tidak perlu
menyakiti siapapun..
***
Puing-puing
keserakahan itu merayapi hati,
Melenyapkan
suka cita dan
Menenggelamkan
raut bahagia.
Satu
persatu air mata hadir,
Menodai
seluruh kebohongan
Seakan
bersatu dengan gelapnya malam.
Terlalu
terlambat untuk melangkah,
Terlalu
takut untuk menoleh ke belakang.
Hanya
ada kesunyian,
Tanpa
suara,
Tanpa
cerita.
Hanya
ada duka..
『Apologize– 24 Maret 2014』
Waaaahhh~~ sudah kluar.
BalasHapusEh, komenku masuk. /syok/ td aku nyoba komen lewat laptop. Tp g susah masuk nya. Lewat hp malah lebih gampang. Hihihi
Hapushaloo thor. Seneng neh, bs baca kelanjutanny. Dan aku makin penasaran sama kisah berikutny. author, itu sebenerny apan seh yg d sembunyiin sm kyung dae, kasih bocoran dikit dunk, penasaran neh. Semoga donghae tidak mengalami waktu yg sulit
Makasih author. Ku tunggu kelanjutan kisahnya.
halooo chrisna~^^
Hapusthank you for reading and left your comment ^^
sabar yak, di chapter ke tujuh bakal aku bongkar satu persatu hehe :p
Mau dibikin full action juga gak papa yang penting postingannya jangan kelamaan. Btw, rencananya ini bakal dibikin berapa part? #kepo
BalasHapusDuh, chapter ini sesuai dengan apa yang saya harapkan :D gag sia-sia nunggu lama kalo hasilnya memuaskan sperti ini ;) makin gag sabar nunggu next chapternya :D
Kyaaa.... Donghae jatuh cinta sama Youra *goyang oplosan*
"Park Chae Rin go away. Donghae itu milikku, kenapa kau melarangnya dekat denganku?!" #error :D XD
"Kyung Dae, sebenarnya kau berpihak pada siapa? Donghae atau para mafia itu? Kenapa kau berdiri diantara keduanya. Seharusnya kau hanya memilih salah satunya saja!". *emosi*
Haah *buang napas panjang*...dipart ini gag ada actionnya (read : action dikamar hotel) #ngarep
Sebenernya profesi Donghae itu apa sii? Seorang polisi, mata-mata ato apa? Kenapa dia memata-matai para mafia pengedar narkoba? Hem, setelah kemaren pusing karena penyamaran tuu orang, sekarang saya malah pusing sama profesinya. *apa deh*
Do'a : semoga authornya punya banyak waktu luang buat ngelanjutin next chapternya. Amin~ XD
chapternya masih terserah sama Yang Maha Kuasa *eh* tapi aku udah bikin plot baru (untuk kesekian kalinya) dan sepertinya gak lebih dari 9 chapter juga :)
HapusKyung Dae juga manusia :') Biarkan dia bersikap plin plan, karena dia punya masa lalu yang menyedihkan huhuhu :"( *author kejam*
uhm, actionnya ada di part selanjutnya (///w///) *uhuk* dan FYI, ini bukan FF agen atau intel kayak FF KenKyu. meskipun jelas bakal ada adegan action, tp tindakan Donghae yang memata-matai itu bukan karena dia agen :)
AAAAAMIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNN *tereak di mesjid(?)*hoi*
Huwaaaa ini ketjehhh sekaleee~~
BalasHapusGreget deh ternyata Donghae sma Youva malah uda kisseu"an malah 'hampir' 'nyaris' ya gtu dehh :3 /plakk
Well.. Jdi memang bnr Kyungdae ada hubnya dgn peredaran narkoba itu? Tpi ada apa?
Ughhh>< ga sabarr saya lanjut dlu ya author~ fighting~
Kakak Author.. kapan selesai hiatus nya???
BalasHapusaku selalu setia menanti karya kamu yang baru
aku suka tulisan kamu kak!
keep fighting yoo ^o^