Senin, 10 Maret 2014

FANFIC : 4 Minutes in Memory [4]


TITLE               : 4 Minutes in Memory [4]
Alternative title   : 기다리고 있었어요! 봐지? (Kidarigo Isseosseoyo! Bwaji?)
GENRE             : Action-Romance, AU (Alternate Universe)
RATING            : NC-21
CAST                : Lee Dong Hae [ 이동해 ]
                           Youra Leavanna [ 요우라 리판나 ]
                            Kim Kyung Dae [ 김경대 ]
                            Park Chae Rin [ 박채린 ]
Author                : @Aoirin_Sora



NOTE:
This chapter is specially made for Youva Cardia who finally recovered from her illness. All this i'll give you, dear..
And for my beloved readers, this chapter may be so cheesy but please Enjoy it!
ありがとうね!

With Love,

Aoirin_Sora 


WARNING!
Chapter kali ini menjurus ke arah NC-21 MESKIPUN tidak akan ada adegan sex.
So, be careful for anybody who's under 21st.



Chapter 4


Don’t lie,
   Even for once.
   Because I believe in you more than anyone..



Alarm pagi membangunkan Youra yang sebenarnya tidak bisa tertidur pulas. Dia nyaris terjaga semalaman, bergelung dalam selimut sambil mencoba menutup matanya yang terasa berat namun gagal. Otaknya tidak pernah bisa berhenti bertanya ‘kenapa?’ sementara hatinya terus saja berdebar. Ini hal yang bodoh. Sebab dia baru saja dicampakkan oleh tunangannya sendiri tetapi dia malah berdebar-debar sekarang.
Youra merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Semalaman terjaga ternyata sangat melelahkan, ditambah dengan pekerjaannya yang belum selesai, Youra yakin dia tidak akan bisa melewati hari ini dengan nyaman. Dia memeriksa e-mailnya sebelum memulai aktivitas pagi, karena dia yakin akan ada sangat banyak ‘pesan’ untuknya berkaitan dengan mantan tunangannya itu. Dan benar saja, 204 pesan baru serta 13 panggilan melalui gmail semuanya terjadi dalam waktu semalam. Kekuatan internet benar-benar mengerikan.
Dia tidak punya waktu untuk membacanya satu persatu, namun ketika matanya menemukan sebuah nama yang berada diantara pesan-pesan baru itu, Youra membukanya dengan perasaan tak menentu.
Sender: My Love
Subject: I’m sorry
Youra baby, how are you dear?
I’m sorry, this would be hard to say and I know I’ll break your heart so badly. But I have to admit that I cant wait you anylonger because I already decided to marry someone. I hope you will forgive me. I am sorry and thank you for all the memories you gave me. Wish you luck in Korea. Be happy and stay healthy.
I love you.

“Hemph.” Dengusnya tak percaya. Inikah kata-kata terakhir seseorang yang hendak memutuskanya? I love you? Yang benar saja. Tapi jika dia boleh jujur, di sudut hatinya dia merasakan kelegaan bahwa bukan dia yang harus mengakhiri semuanya. Dia juga harus mengakui bahwa hubungan mereka memang sudah mulai dingin setahun belakangan. Pertunangan hanyalah sebuah persyaratan untuknya jika dia benar-benar ingin bekerja di Korea dan meninggalkan pria itu. Tapi siapa sangka kalau ternyata laki-laki yang pernah dicintainya itu sekarang menyerah? Padahal tidak pernah sekalipun Youra berniat ingin mengkhianatinya.
Sebuah helaan nafas panjang meredakan keinginan Youra untuk menangis. Rasanya tidak sesakit kemarin, ketika dia mendengar penjelasan Oppanya. Tapi tetap saja, cinta yang sudah dijalaninya selama bertahun-tahun kini harus kandas. Dan Youra bukan gadis rapuh yang akan bermuram durja dan menangisi hari-hari dengan kekasihnya yang telah berlalu, dia malah membuka folder foto di laptopnya dan segera menghapus semuanya tanpa rasa sesal sedikitpun.
Hidupnya masih akan terus berlanjut dengan atau tanpa pria itu.

***

Pagi ini suasana kantor masih tampak lenggang, hanya tampak beberapa orang yang berlalu-lalang di koridor yang didominasi anggota tim desain. Beberapa minggu lagi akan diadakan pergelaran busana tahunan di K-Fashion, yang mengikut sertakan beberapa brand ternama seperti Channel, Gucci serta Alexander McQueen. Mau tak mau Youra juga tidak sabar menanti acara itu, sebab ini adalah kali pertama baginya untuk melihat secara langsung brand-brand ternama dengan model-model cantik yang melenggak-lenggok diatas lantai catwalk.
Tapi dia sedikit penasaran ketika dia tiba di mejanya dan mendapati secangkir kopi panas dengan asap yang masih mengepul. Youra menyapukan pandangannya ke sekeliling tapi tidak menemukan siapapun selain seniornya, Park Jung Yoon.
Sunbaenim,” panggilnya dan tersenyum pada Jung Yoon. “Gomawopta.” Sambungnya lagi.
Jung Yoon hanya balas tersenyum lalu kemudian mengisyaratkan Youra untuk mendatanginya. “Selamat atas pencapaianmu. Kau memang hebat.” Ujarnya membuat Youra tersipu. “Kita harus merayakannya. Bagaimana kalau dinner besok malam?” tawar Jung Yoon dengan senyum menghiasi wajah.
Gomawo, sunbaenim. Baiklah, aku akan tanya yang lain apakah mereka bisa ikut besok malam.”
“Sebenarnya aku hanya mendapatkan dua kupon makan malam di restoran dan aku tidak bisa membawa orang lain, Youra-ya.”
Youra mengangguk kecil dengan bingung dan hanya menjawab, “Arasseo,” lalu kembali ke mejanya. Dia tidak menyangka sunbaenya mengajaknya dinner di restoran. Yah, walaupun dengan kupon gratis..
Baru saja dia menyeruput kopinya ketika mendengar sebuah teriakan penuh semangat. Cuma Ah Gyeong yang bisa melakukan itu.
“YA! YOURA-YA! CHUKHAE!!!” teriaknya mengguncang dunia. “Aku dengar kau telah resmi menjadi karyawan K-Fashion! Benarkah? Benarkah?”
Semua orang di ruangan itu memutar kepala mereka ke arah Youra dan menanti jawabannya. “Ya, itu benar.” Jawab Youra dengan pipi menghangat dan seketika itu juga, dia dihujani ucapan selamat.
Tak henti-hentinya dia menjabat tangan-tangan rekan kantornya dan mendengar pujian yang membuatnya melambung. Benarkah dia sempat merasa sedih pagi tadi?

Tapi bahkan ada yang lebih menghebohkan lagi dari pada semua itu.

Tepat pada pukul setengah satu siang, dimana hampir seluruh rekannya pergi untuk menikmati jam makan siang, Youra menyadari bahwa seorang Hacker kembali mencoba menyusupi server mereka. Dia nyaris melempar monitornya ke luar jendela saking kesalnya karena berulang kali hacker itu masuk dan kabur ketika Youra mencoba menangkapnya.
Falcon_33 is missing.
Hacker itu bisa dikatakan jenius karena tidak pernah sekalipun meninggalkan jejak. Keberadaannya hampir seperti hantu ketimbang burung elang pemangsa, yang bisa muncul kapan saja dan menghilang tanpa diketahui.
Youra menggigit bibirnya dengan geram dan bertekad menyelesaikan sebuah program interferensi—untuk mengganggu langkah sang Hacker. Dia juga menambahkan dua port baru serta membuat kolom kosong untuk melakukan korespondensi. Kyung Dae telah menginspirasinya untuk menemukan siapa falcon_33 itu.
Dalam dua jam berikutnya, Youra masih bergelut dengan program interferensi khusus falcon_33 dan dia langsung menggunakannya saat itu juga, ketika sang hacker masih berada didalam server K-Fashion tanpa melakukan apapun.
Sesuai rencananya, Hacker itu langsung berusaha menerobos pengamanan berlapis yang baru saja Youra buat, sementara Youra langsung melacak alamat IP yang digunakan Falcon_33 saat mendobrak paksa programnya. 

Scanning IP………
25% Loading…

Itu adalah angka yang tertera pada program pelacak yang digunakan Youra, sementara falcon_33 telah berhasil meretas programnya dengan mengesankan. Dua port tambahan serta password dengan 256 karakter tidak menjadi masalah berarti baginya. Hacker itu kini telah mengirimkan sebuah pesan melalui kolom kosong dalam program Youra.
Falcon_33: You’re not fast enough bcs I’m nt easy to catch.
Yrlvn: who are you?
Falcon_33: I’m falcon.
Yrlvn: what do you want toward this company?
Falcon_33: just catch me and u’ll kno.
Yrlvn: Give me a word. Where are you?
Falcon_33 : 011000100111001001100001011110100110100101101100
Falcon_33: Time is up. See ya!

Dan sedetik kemudian proses Scanning yang sedang dilakukannya terputus. Dengan perasaan tertekan dia memandangi monitornya yang menampilkan deretan angka 011000100111001001100001011110100110100101101100. Youra tidak butuh waktu lama untuk bisa mengartikan angka-angka itu sebab dia adalah seorang programmer yang terbiasa dengan bilangan biner.
Brazil.
Benarkah falcon_33 telah menerobos semua pertahanan server K-Fashion dari Brazil? Tapi yang paling utama, mengapa seseorang dari Brazil ingin menyabotase K-Fashion? Dia harus segera melaporkannya pada Kyung Dae.

***

Dugaannya benar.
Bahkan Kyung Dae pun sama terkejutnya dengan dirinya. Dia memperhatikan bagaiamana Kyung Dae membolak-balik setiap halaman dari laporan yang diselesaikannya sore ini juga. Setelah hampir setengah jam berdiam diri tanpa mengucapkan sepatah katapun, Kyung Dae akhirnya menatap Youra dengan sorot mata yang terlihat cemas.
“Terima kasih karena telah bekerja keras. Untuk selanjutnya kau tidak perlu khawatir, aku akan menyerahkan berkas-berkas ini kepada polisi.” Ujar pria itu sambil membenarkan letak kacamatanya.
Youra mengerutkan keningnya dengan tak kentara. Menyerahkan masalah hacking pada polisi? Apakah itu bisa menghentikan falcon_33 untuk berusaha menyabotase K-Fashion?
“Dan sebagai reward atas kerja kerasmu dan tim IT, aku akan mereservasi sebuah bar untuk kalian besok malam. Kalian boleh memesan apa saja yang kalian suka karena aku yang akan membayar semua tagihan.” Kata Kyung Dae yang disambut tatapan tak percaya oleh Youra. “Pastikan semua tim IT bisa pergi.” Tambah bosnya sambil tersenyum.
Dia tidak percaya ini. Bukankah mereka bilang Kyung Dae adalah bos bertangan dingin? Mengapa tiba-tiba dia merasa pria itu menghangat?
“Terima kasih banyak, Kyung Dae-sajangnim.” Ucapnya berbinar-binar lalu segera meninggalkan ruangan Kyung Dae dengan penuh semangat.


Seluruh orang di ruangan IT memasang wajah semringah padanya. Yap, pada Youra. Dia tidak lagi menerima tatapan penuh intimidasi ataupun harus menelan kata-kata sengit seperti beberapa hari yang lalu. Kini semua orang menyelamatinya, memujinya dengan senyuman dan tak henti-hentinya memanggil namanya dengan suara manis.
Dan entah dari mana asalnya, tiba-tiba saja semua orang memanggilnya “Youralicious”; singkatan dari “You are Delicious”, karena ternyata Kyung Dae telah mereservasi sebuah restoran mewah dengan makanan terlezat di kawasan Itaewon. Berulang kali dia meminta mereka berhenti memanggilnya seperti itu tetapi tampaknya tidak ada yang mendengarkan protesnya. Sebab dia kini telah menjadi magnae yang paling di elu-elukan di ruangan IT.
“Dengan begini semua orang bisa ikut perayaan, bukan?” ucapnya pada Jung Yoon yang sedang duduk disebelahnya.
Pria itu hanya tersenyum dan mengangguk kecil. “Sebentar lagi jam kerja selesai. Bagaimana kalau kita pulang bersama? Kebetulan aku membawa mobil,” tawar Jung Yoon padanya.
Youra menatap sunbaenya dengan tersenyum lebar. Dia tidak menyangka bahwa Jung Yoon benar-benar sangat baik hati. “Terima kasih, sunbaenim, tapi aku tidak bisa..” tolaknya halus. “Ada yang harus ku kerjakan sebelum pulang. Dan lagi aku akan mampir ke suatu tempat. Mianhae.”
“Begitu? Sayang sekali, tapi kalau kau berubah pikiran, aku akan menunggumu.” Ujar Jung Yoon sebelum bangkit dan meninggalkan Youra yang merasa tidak enak atas kebaikan sunbaenya itu.


Setengah jam kemudian, jarum jam menuju ke angka 5 tepat dan semua orang telah bergegas keluar ruangan, seakan enggan untuk duduk di kursi kerja satu menit lebih lama. Tetapi lain halnya dengan Youra yang masih saja terpaku didepan monitornya. Dia harus menyelesaikan laporan untuk besok karena Kyung Dae memintanya untuk menyerahkan laporan itu pagi-pagi. Dia juga sedang berusaha menghindari Ah Gyeong yang terus-terusan meminta untuk menemaninya berbelanja di Dongdaemun sore ini.
Ketika semua orang sudah meninggalkan kantor, Youra beranjak dari meja kerjanya dan menyambangi jendela yang menghadap ke arah gedung Fashion. Samar-samar dia melihat siluet seseorang di atap gedung dan tiba-tiba saja jantungnya berdetak tidak terkendali. Perlahan-lahan kedua pipinya menghangat dan dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari siluet itu.
Lee Donghae kemarin memeluknya.
Dan bukan itu yang membuatnya salah tingkah saat ini. Tetapi lebih pada kenyataan bahwa dia merasa bahwa pelukan pria itu menenangkan. Youra menekan dadanya dalam-dalam, berusaha menghentikan euforia yang tengah merekah dalam relung hatinya. Dia merasa bodoh karena memiliki pikiran seperti itu. Padahal pria itu memeluknya karena simpati.
“Tenangkan dirimu, Youra. Dia itu Ahjussi galak. Kejam dan berhati dingin.” Ulangnya dalam hati sebagai sugesti diri. Dan setelah merasa yakin bahwa dia sudah bisa mengatasi perasaannya, Youra bergegas menuju gedung Fashion.

***

Pemandangan yang terlihat dari atap gedung K-Fashion memang benar-benar menakjubkan. Tetapi bahkan Youra tidak bisa mengalihkan pandangannya dari punggung pria itu, yang kini sedang membelakanginya. Lee Donghae sendiri tidak perlu berbalik untuk melihat siapa yang datang sebab pria itu langsung menyapanya.
“Kenapa lama sekali?” ujar Donghae dengan nada bosan.
Youra tersenyum dan menghampiri Donghae. “Kenapa sekarang kau menanti-nantikan kedatanganku? Bukankah dulu kau selalu bertanya kenapa aku datang lagi?” komentarnya tertawa.
“Benar juga. Aku juga ingin tahu kenapa,” jawabnya tersenyum. “Sudah merasa lebih baik?” tanya Donghae lagi.
“Tidak pernah sebaik ini.” Youra mengedikkan bahunya dan langsung merebahkan tubuh ke atas kursi dibelakang mereka.
“Aku sempat heran apakah kau memang bebal atau hanya berpura-pura tidak tahu bahwa senior-seniormu menaruh hati padamu. Ternyata kau bukannya tidak tahu, tapi kau hanya tidak bisa melihat mereka, bukan?”
“Apa maksudmu?” tanya Youra tidak mengerti.
“Kau tidak bisa melihat mereka semua karena sudah memiliki seseorang dihatimu. Bukankah begitu?” Donghae kini menatapnya lurus-lurus.
“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?”
“Maksudku, bukalah matamu, Youra-ya. Semua perhatian yang kau dapatkan itu karena mereka menyukaimu.” Jawab Donghae dengan penekanan.
Youra terhenyak mendengar pernyataan Donghae yang diluar dugaannya. “Bagaimana kau bisa berkata seperti itu? Mereka adalah sunbae­ku, bukankah wajar jika mereka berbaik hati padaku?” sanggahnya dengan alis bertaut.
Dia merasakan tatapan Donghae menembus raganya, menusuk begitu dalam hingga membuatnya sulit bernapas. Bola mata cokelat yang indah, yang telah berulang kali menyesatkan pikirannya. “Berhati-hatilah Youra, sebab mereka bisa salah paham dengan sikapmu. Dan perhatikan baik-baik, Youra-ya. Mata orang yang sedang jatuh cinta itu berbeda..” ujarnya penuh peringatan.




Kata-kata Donghae kemarin berhasil terekam di kepalanya dengan baik. Batinnya terus merasa gelisah ketika senior-seniornya menyapanya pagi ini. Akhirnya dia menyadarinya. Meskipun senyum mereka masih sama, Youra kini memperhatikan bagaimana beberapa orang memperlakukannya dengan begitu baik dan manis. Dia sendiri tidak pernah merasa ada yang salah sebelumnya, tapi kini dia mengerti mengapa mereka tidak henti-hentinya mendatangi meja Youra untuk sekadar bertanya hal-hal sepele atau mengajaknya makan.
Dan kini dia harus mau menuangkan soju—sejenis alkohol—untuk para sunbaenya di restoran. Berulang kali mereka mendesaknya untuk datang dan duduk disamping mereka, membuat Youra semakin frustasi. Celakanya, pesta itu tidak berhenti ketika mereka selesai makan. Para sunbaenya yang kelewat bersemangat malah memesan sebuah karaoke room hingga pukul 12 malam. Youra mulai gelisah, karena separuh dari mereka sudah benar-benar mabuk dan dia juga tidak ingin ketinggalan bus terakhir malam ini.
“Ah Gyeongi, apakah sebaiknya kita pulang saja?” bisiknya di telinga Ah Gyeong yang kelihatannya sudah terbuai alcohol.
Andwae, Youra-ya!  Kau adalah Youralicious! Kau harus ikut berpesta~~”
Youra mencibir Ah Gyeong yang mulai meracau dan menimbang apakah dia akan dianggap tidak sopan jika meninggalkan pesta lebih dulu. Tetapi ini sudah hampir tengah malam dan besok pagi mereka harus bekerja, bukan? “Baiklah. Kalau begitu, aku pulang.” Ujarnya dalam hati.
Dia mengendap-endap menuju pintu keluar tanpa mempedulikan panggilan-panggilan seniornya yang mabuk. Orang bijak menjauhi bahaya. Itu prinsipnya saat ini.
Begitu berhasil menyelinap tanpa ketahuan, Youra langsung membawa kedua kakinya keluar dari bangunan itu secepat yang dia bisa. Namun baru saja dia menjejakkan langkahnya didepan pintu, dia melihat seseorang yang dikenalinya.
Lee Donghae yang sedang berjalan dengan langkah lebar-lebar, tidak menyadari bahwa Youra tengah memandanginya.
Youra tahu dia harus segera ke halte atau dia akan ketinggalan bus terakhir. Tapi tetap saja kedua kakinya tidak sejalan dengan niatnya barusan. Dia malah membelok ke kiri dan mengikuti Donghae dengan rasa penasaran memenuhi kepalanya. Apa yang sedang dilakukan pria itu disini? Pada jam segini?
Tapi semakin lama dia mengikuti pria itu, Youra semakin gelisah. Sebab, tempat yang mereka datangi kini jauh dari keramaian dan hanya dikelilingi bangunan terlantar. Youra baru akan berbalik dan mengurungkan niatnya untuk mengikuti Donghae ketika dia mendengar pria itu berbicara padanya.
“Kenapa kau masih mengikutiku? Ini sudah larut malam, Youra-ya.”
Youra tersentak dan dia hanya mampu menjawab, “Maaf..” tetapi kemudian Donghae menarik tangannya dengan tiba-tiba.
“Kesini!” perintahnya berbisik.
Mereka masuk ke antara tumpukan kayu yang berdiri dengan panjang hingga 5 meter. Sinar lampu jalanan tidak berhasil menyelinap diantara celah-celah kayu itu, membuat mereka nyaris berdiri dalam kegelapan. Youra mengira Donghae sedang mempermainkannya dengan berdiri disitu seperti orang bodoh, tetapi sedetik kemudian dia mendengar suara-suara yang berasal dari tempatnya tadi.
Sekitar sepuluh orang berkumpul disana, memakai setelan hitam mengilap dan membawa beberapa koper berukuran sedang. Dia bisa mendengar mereka berbicara namun sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Untuk beberapa saat percakapan mereka terdengar datar tetapi entah mengapa tiba-tiba saja semuanya berubah kacau.
Walaupun tidak mengerti apa yang mereka katakan, Youra tetap mengerti bahwa mereka sedang beradu argumen. Suara-suara yang meninggi itu kini berubah menjadi tinju-tinju yang saling menghujam wajah masing-masing. Youra berusaha menjaga suaranya tetapi ketakutannya semakin menjadi-jadi ketika perkelahian itu menuju ke tempatnya bersembunyi.
Dia menoleh ke arahh Donghae yang sepertinya juga cemas. Pria itu menatapnya sejenak sebelum akhirnya berbisik, “Diam dan Jangan bergerak.” Dan tiba-tiba saja dia merasakan bibir Donghae menekan bibirnya.
Semuanya terjadi begitu cepat. Youra bahkan tidak menyadari apa yang dilakukan tangannya yang mengepal namun begitu dia melihat Donghae jatuh terjerembab, barulah dia mengerti bahwa dia telah meninju Donghae dengan tangannya sendiri.
Celakanya, apa yang baru saja dilakukannya ternyata membuat persembunyian mereka ketahuan. Semua perkelahian itu terhenti dan sepuluh pasang mata kini menatap mereka dengan keterkejutan lalu berganti menjadi kekejaman.
“LARI!” teriak Donghae menembus kegelapan dan tanpa berpikir apapun, Youra mengerahkan seluruh kekuatannya, memaksa kedua tungkai kakinya berlari secepat yang dia bisa.
Youra masih bisa mendengar derap kaki dibelakangnya tapi dia tidak punya waktu untuk sekadar melihat seberapa jauh jarak yang memisahkan mereka. Tatapannya hanya terpaku pada punggung Donghae yang hanya beberapa langkah darinya. Mereka berdua berlari dengan nafas tersengal-sengal namun sama sekali tidak meluangkan waktu untuk menarik nafas lebih dalam. Mereka juga tetap tidak berhenti meskipun kini sekeliling mereka telah dipadati orang-orang yang memandang dengan tatapan ingin tahu.
Donghae meneruskan langkahnya menuju sebuah hotel dan Youra mengikuti pria itu tanpa sempat bertanya. Hotel itu terlihat amat sangat mewah dengan puluhan lantai yang menjulang tinggi serta ballroom yang mengesankan. Penjaganya bahkan berpakaian rapi, lengkap dengan dasi dan sarung tangan—tipe-tipe yang lebih senang membukakan pintu mobil ratusan juta won dibandingkan harus menghalangi orang sepertinya masuk.
“Maaf tuan, anda tidak boleh masuk,” ujar pelayan itu sopan meskipun tatapannya merendahkan Donghae.
“Oh ya? Kenapa aku tidak boleh masuk?” geram Donghae dengan suara meninggi.
“Maaf, tapi pakaian anda..” jawabnya terpenggal.
Pelayan itu benar. Tentu saja seseorang dengan mantel butut yang penuh tambalan disana-sini serta wajah penuh bercak-bercak tinta ditambah keringat yang menetes didahi, tidak akan diperbolehkan masuk. Youra mendesah dalam hati melihat Donghae menerobos pintu masuk dan menarik tangannya serta.
Orang-orang di lobi hotel itu terlihat syok dan berseru memanggil penjaga. Keadaan menjadi sedikit riuh ketika Donghae menyambangi meja resepsionis sebab beberapa penjaga kini mengelilinginya. “Aku mau sebuah kamar VVIP termewah dengan fasilitas terlengkap!” ujarnya keras.
“Maaf tuan, tapi anda tidak bisa—”
“APA?” teriak Donghae. “Apakah ini bisa menyelesaikan semuanya?!” sambungnya penuh emosi sambil melempar kartu-kartu berkilauan dari saku mantelnya.
“Tidak mungkin..” Bisik orang-orang yang melihat kartu itu. “Ini.. kartu platinum!” ujar salah seorang pelayan dan seluruh orang disekitar mereka menatap Donghae dengan pandangan syok bercampur kagum.
“Maafkan kami, Donghae-ssi. Kami tidak mengenali anda dengan pakaian seperti itu. Maafkan kami. Silahkan pilih kamar apapun yang anda sukai..” ucapnya sambil berulang kali membungkuk Sembilan puluh derajat.
“Aku akan mengambil kamar 501 dan aku mau kalian mencarikanku stylist lengkap dengan pakaian pria dan wanita. Dalam 15 menit.” Kata Donghae yang kini melanjutkan langkahnya menuju lift dengan tangannya masih menggenggam jemari Youra erat-erat.
Youra tidak bisa berkedip menatap pria disebelahnya. Otaknya memasok ratusan pertanyaan baru dalam lima menit belakangan, namun tak satupun berhasil dia ucapkan. Lidahnya serasa kelu dan tidak bisa digerakkan, seakan baru saja menelan obat pahit tanpa air.
Delapan menit kemudian mereka mencapai ruangan 501 dan segera saja Donghae menggesek selot di panel pintu. Terdengar bunyi “bip” nyaring dan pintu membuka otomatis.
Jika tadi Youra tidak bisa berhenti menatap Donghae yang terus-terusan membisu, kali ini dia tidak bisa menahan perasaan takjubnya begitu melihat betapa mewah dan bagusnya ruangan itu. Hotel ini memiliki balkon yang menghadap langsung ke pusat kota, yang sekarang sedang menyajikan pemandangan malam Itaewon yang mengagumkan. Lampu di ruangan itu menyala sedikit remang, membiarkan titik-titik kecil lampu-lampu jalan yang letaknya jauh di bawah mereka membius kesadarannya dengan menyenangkan.
Dia benar-benar terhanyut dalam pemandangan balkon itu dan hampir tidak memperhatikan jika dia sedang bersama Donghae disini, di kamar hotel ini.
Terdengar bunyi air yang mengalir di dalam kamar mandi dan Youra tersadar bahwa dia punya begitu banyak pertanyaan untuk pria itu. “Donghae-ssi! Donghae-ssi! Apa yang sebenarnya terjadi?” teriaknya mengetuk pintu kamar mandi.
Donghae membuka pintu dengan wajah penuh busa dan kata-katanya hampir tidak bisa didengar Youra kalau saja suasana tidak sehening itu. “Lima menit,” ujarnya lalu kembali menutup pintu.
Dan lima menit kemudian, pintu kamar mandi membuka, menampilkan sesosok wajah asing dengan balutan gaun mandi berwarna putih cemerlang. Youra terperangah melihat wajah pria itu. Yang berdiri dihadapannya saat ini bukanlah seorang ahjussi dengan rambut berantakan dan kumis serta janggut yang memenuhi wajah, melainkan seorang pria tampan dengan potongan rambut cepak yang rapi serta wajah mulus yang indah.
Tidak ada lagi bercak-bercak tinta di wajah itu. Hanya ada bibir tipis yang melengkung, membentuk senyuman yang paling memesona yang pernah dilihatnya. “Kau.. siapa?” itulah satu-satunya kalimat yang bisa dirangkai otaknya yang buntu dan diteruskan oleh lidahnya yang mati rasa.
Wajah itu kembali tersenyum seraya berjalan mendekatinya. “Aku? Aku Lee Donghae, pewaris tunggal K-Fashion, dengan asset berharga sebanyak empat puluh lima milyar won ditambah dengan saham yang bernilai milyaran dollar. Selamat Youra-ya. Kau baru saja memenangkan jackpot.” Jawabnya mengesankan, dengan kedua tangan bersedekap di dada.
Otak Youra kini berputar keras. Pewaris tunggal K-Fashion? Kalau begitu, siapa Kyung Dae? Tapi kenapa Donghae selama ini menyamar? Kemana sosok Ahjussi tadi? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Belum sempat Youra menyuarakan pertanyaan-pertanyaannya yang mendesak, terdengar ketukan di pintu dan Donghae membukanya setelah terlebih dulu memeriksa melalui cctv. Dua orang wanita yang berpenampilan seperti pramuniaga, masuk sambil mendorong sebuah troli yang berisi bermacam-macam baju mahal. Salah satunya membawa koper kecil yang didalamnya dipenuhi perlengkapan standar untuk merias seorang artis.
Donghae menarik beberapa gantungan dari troli baju itu dan melihatnya dengan seksama sebelum akhirnya mengambil sebuah setelan lengkap dengan sepatu dan dasi untuk dirinya dan memilihkan sebuah gaun koktail yang berwarna merah lembayung, dengan seutas tali pada bagian leher untuk Youra.
“Buat dia menjadi indah.” Perintahnya pada dua orang pramuniaga itu sebelum mereka mendorong paksa Youra ke dalam kamar mandi.
Youra membiarkan kedua orang pramuniaga itu mengganti pakaiannya dengan gaun yang tadi diberikan Donghae, memasrahkan dirinya untuk di make over pada pukul dua belas tengah malam. Dia sedikit membayangkan bahwa jika Cinderella kehilangan seluruh sihir ibu peri pada pukul 12, maka di sinilah dia, sedang menanti sihir Cinderella yang akan berpindah padanya.
Para pramuniaga itu merias wajahnya dalam diam, sementara pikiran Youra berkelebat, mencoba mengaitkan fakta dengan cerita dan desas-desus yang telah didengarnya tentang Donghae. Satu kali jantungnya berdentum lebih cepat ketika mengingat betapa memesonanya senyum pria itu. Dia bahkan menggelengkan kepalanya pelan, mencoba menyingkirkan perasaan aneh yang memenuhi hatinya.
Entah berapa lama waktu yang telah dilewatinya ketika mereka selesai mendandani Youra. Dia mengucapkan terima kasih dengan sungguh-sungguh ketika melihat pantulan wajahnya melalui cermin di kamar mandi. Dia benar-benar cantik sekarang. Rambutnya digulung ke atas, membentuk sebuah sanggul anggun dan hanya membiarkan rambut di sisi kanan dan kirinya jatuh melewati bahu. Wajahnya merona, yang entah karena efek blush-on ataukah akibat rasa gugup yang dideranya saat ini. Bibirnya begitu menggoda dengan sapuan lipstik berwarna plum, serasi dengan warna pada eye-shadow dan pipinya.
Kedua pramuniaga itu membuka pintu dan keluar lebih dulu, sementaras Youra menarik napasnya dalam-dalam, mencoba menghilangkan kegugupan. Jika setengah jam yang lalu dia bertanya-tanya apa maksud Donghae melakukan semua ini, sekarang seluruh pertanyaannya itu seakan menguap, berganti menjadi antisipasi atas tanggapan pria itu terhadap dirinya. Dengan ragu-ragu, Youra melangkahkan kakinya keluar kamar mandi dan dia terkejut.
Untuk beberapa detik yang seolah terasa seperti berabad-abad lamanya, Youra lagi-lagi tidak menyadari bahwa dirinya sedang terperangah menatap sosok pria dihadapannya. Dengan kemeja berwarna putih gading, dilapisi sebuah rompi biru gelap dan celana yang berwarna senada, pria itu duduk di sofa, memandangi dirinya dengan kedua bola mata cokelat yang sempurna. Tetapi yang paling mengganggunya adalah dua kancing teratas kemeja itu dibiarkan terbuka, menunjukkan leher putih yang indah dan amat sangat membuatnya disorientasi.
 Neomu yeppo—cantik sekali,” komentar Donghae begitu melihat penampilan Youra yang berbeda, mengacuhkan ekspresi bodoh yang terpapar jelas di wajahnya.
Perlahan-lahan, Donghae mendekati Youra yang masih berdiri mematung dan membisu. “Sayang sekali para seniormu tidak bisa melihatmu secantik ini.” ucapnya dengan suara pelan. “Kalian boleh pergi,” sambung Donghae pada dua wanita yang berdiri di ujung ruangan.
Mereka membungkuk sopan dan menutup pintu masuk, meninggalkan Youra yang sekarang harus menggigit lidahnya kuat-kuat agar tetap berkonsentrasi, sebab Donghae kini semakin dekat dengannya.
“Apa yang kau inginkan?” bisik Youra gugup.
“Mengamatimu lebih dekat,” jawab Donghae segera, tepat pada langkah terakhirnya yang menyisakan jarak bagi mereka untuk saling bertatapan dengan lebih jelas. Kembali kedua bola mata cokelat itu membekukan tubuh Youra.
“Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Youra yang berupaya mengalihkan atmosfir di antara mereka menjadi lebih serius.
“Ceritanya panjang..” bisik Donghae dengan tatapan mengintimidasi seluruh kepercayaan dirinya.
“A—aku tidak keberatan mendengarnya.” Sergah Youra keras kepala. Entah kenapa dia merasa tidak nyaman dengan tatapan itu.
Donghae menarik nafas dalam-dalam dan menghembusnya dengan sedikit sarkastis. “Well, Aku sudah mengatakan bahwa aku adalah pewaris tunggal K-Fashion padamu, bukan? Kyung Dae hyung adalah seseorang yang menggantikanku untuk sementara, selama aku menyamar.”
“Kenapa kau menyamar?”
“Karena aku harus menyelidiki sesuatu, Youra-ya. Akan lebih mudah bagiku untuk mendapatkan informasi dari para mafia-mafia kalau penampilanku seperti gelandangan dibandingkan jika mendatangi kediaman mereka dengan mobil mewah.”
Youra mengerutkan alisnya. Dia hampir menduga semuanya adalah dusta. “Apa yang sedang kau selidiki?”
 “Cukup. Aku tidak akan berbohong padamu, jadi jangan tanya.” Ujarnya tegas. Melemparkan pandangan mengancam yang anehnya tidak menakutkan lagi.
“Lalu, apa yang kita lakukan disini? Kenapa aku harus memakai gaun ini?”
Donghae terlihat menimbang jawabannya, tetapi akhirnya dia menjelaskan dengan sedikit geli. “Tadinya aku ingin kita berganti kostum dulu, sehingga mereka tidak akan mengenali kita. Tapi setelah dipikir-pikir, mereka pasti sedang ‘memburu’ kita di seluruh kota. Jadi, berdiam disini adalah rencana terbaik.”
“Kenapa?” tanya Donghae berupa bisikan merdu. “Kau tidak ingin berada disini?”
Kedua mata mereka bertemu, dan Youra bisa merasakan seluruh oksigennya telah lenyap, berganti gelora yang membakar jantungnya dengan cepat. Dia goyah. Tidak bisa merasakan kedua kakinya yang menjejaki lantai, hingga dia merasa bahwa dirinya sedang melayang saat ini. Tidak ada suara apapun yang terdengar di telinganya selain desah nafas Donghae yang semakin dekat. Wajah mereka membisu, namun bola mata mereka menunjukkan ketidaksabaran.
“Kumohon, jangan pukul aku..” bisik Donghae lemah dan sebelum Youra sempat menjawab apapun, bibirnya telah lebih dulu menguasai bibir Youra dengan perlahan.
Semuanya terasa memusingkan. Hasrat di dadanya kini menggelembung semakin besar, membuatnya benar-benar melayang tanpa bisa dicegah. Dia tidak mengerti kenapa dia tidak bisa berpikir untuk menghentikan pria ini. Malah sebenarnya dia memang tidak ingin menghentikannya. Ciuman Lee Donghae ternyata seperti alcohol, memabukkan dan menyenangkan. Samar-samar Youra merasakan kedua tangan Donghae memeluknya, mendekap pinggangnya dengan erat dan menyusup diantara rambutnya yang telah ditata sedemikian rupa.
Dia mendengar desisan bergairah dari lidah pria itu dan tanpa dikomando, kedua tangan Youra mencengkram erat kemejanya, tidak menghiraukan tubuh Donghae yang mengejang syok. Tentu saja Youra kalah. Dia tidak bisa berbohong lebih lama lagi. Tidak hanya bibirnya, tetapi tubuhnya juga menginginkan Lee Donghae.
Youra mendesah ketika Donghae mendorong tubuhnya merapat ke dinding, membuat jarak sekecil apapun menjadi mustahil untuk memisahkan mereka. Bibir mereka kini bertaut, tidak sudi terpisah walau hanya sebentar saja. Ciuman-ciuman mereka kini semakin liar, seakan saling mencoba mengalahkan satu sama lain. Berulang kali hidung mereka beradu karena ketergesaaan, namun berulang kali juga mereka menghirup oksigen yang jelas-jelas segera mereka hembuskan lagi.
Waktu sepertinya telah berhenti berjalan, sebab Youra yakin tidak ada apapun didunia ini selain dia dan Lee Donghae.
Pria itu kini mendorongnya lebih kuat—nyaris membuatnya terhuyung-huyung—dan tanpa dia sadari, tubuhnya telah tergeletak diatas tempat tidur berukuran King Size. Dia hanya sempat merasa seprei berbahan linen itu menyentuh lengannya sebelum Donghae merebut seluruh indranya dengan ciuman memabukkan pria itu.
Ciuman kali ini lebih berbahaya. Youra bahkan bisa mendengar irama jantungnya yang berdentum-dentum memekakkan telinga. Dan ketika Donghae menghentikan ciumannya dengan nafas tersengal-sengal, seluruh sel-sel tubuhnya menjerit protes.
“Kenapa kau cantik sekali?” bisik pria itu di telinganya, membuat bulu kuduknya meremang ganjil.
Dan Donghae memagutnya lagi. Tidak hanya di bibir, tetapi dengan cepat ciuman itu merambah ke  pipi, telinga bahkan lehernya. Dia mendesah ketika pria itu menyapukan bibirnya di leher Youra namun segera melumat bibir Youra yang berusaha bernafas. Dunianya kini telah remuk, semuanya berganti menjadi kepingan-kepingan yang saling membentuk satu nama baru bagi hidupnya.
Lee Donghae.
“Ini gawat.” Ucapnya dengan nada serius. “Katakan kau ingin pulang atau aku tidak akan melepaskanmu hingga pagi.” Donghae menatapnya dengan binar mata yang menyiratkan arti ganda.
Tentu saja Youra tidak sudi terpisah darinya sekarang. Tidak setelah dia menjadi kecanduan akan ciuman pria itu. Tapi Donghae benar. Dia harus menghentikan semua ini sebelum dia menyesal. Seks bebas tidak pernah ada didalam kamus hidupnya.
Dengan perlahan, Youra menarik kedua tangannya yang daritadi melingkari tubuh Donghae. Separuh dari pikirannya masih berkelana meninggalkan raganya, hingga mustahil rasanya dia bisa melepaskan Donghae. Namun ketika dilihatnya bahwa Donghae sedang memejamkan mata dan menggigiti bibirnya sampai berganti warna menjadi pucat, Youra segera memanggil kembali akal sehatnya yang sempat berhenti bekerja, karena dia tahu, Donghae juga tidak ingin berpisah darinya.
Youra bangkit dengan jantungnya yang berdebar tak terkendali, melawan segala keinginannya untuk kembali dan mencium pria itu lagi. Langkahnya sedikit melambat ketika mendengar suara Donghae dibelakangnya.
“Pesankan sebuah taksi. Akan ada seorang gadis bernama Youra Leavanna yang akan turun kebawah.” Ucap Donghae pada resepsionis yang menjawab teleponnya. Youra tidak berbalik, sekalipun tubuhnya memberontak. Dia terus berjalan menuju pintu dan ketika pintu akan menutup, kembali dia mendengar suara Donghae yang berat dan dalam.
“Selamat malam Youra-ya.”

Langkahnya terasa berat, beriringan dengan sakit yang menusuk-nusuk hatinya. Kepalanya masih dipenuhi wajah Lee Donghae, kendati pria itu sekarang sudah seratus meter jauhnya. Youra memandangi pantulan wajahnya dari pintu lift dan di sedikit kaget ketika mendapati dirinya berantakan.
Lipstiknya jelas-jelas telah habis, akibat ciuman-ciuman menakjubkan itu. Rambutnya tidak lagi menggulung ke atas, melainkan tergerai kusut melewati bahunya. Gaunnya sedikit terlipat namun yang lebih parah adalah lehernya. Dia tidak tahu bagaimana harus menyembunyikan bekas ciuman itu. Begitu jelas dan terekspos pada tempat yang paling mudah dilihat.
Pintu lift membuka dan Youra mendesah lega ketika mendapati bahwa tak seorangpun berada dalam lift itu. Cepat-cepat dia menekan angka satu dan membuka tas tangannya. Dia bersyukur bahwa dia tidak pernah lupa membawa benda-benda penting seperti sisir, bedak two way cake dan lipgloss dalam tasnya. Youra membuka jepitan yang melilit di puncak kepalanya dan menyisir rambutnya lurus ke bawah lalu mengaturnya ke depan, sehingga dia bisa menyembunyikan lehernya. Dia juga menyapukan bedak ke wajah beberapa kali dan memolesi bibirnya dengan lipgloss merah muda. Tapi tetap saja tidak ada yang bisa dilakukannya untuk menghilangkan lipatan-lipatan janggal pada gaun itu.
Pintu lift membuka dan Youra mendatangi meja resepsionis. Setelah memberitahukan namanya, dia mengikuti seorang pelayan yang tersenyum ramah—sama sekali berbeda pada saat kedatangannya tadi. Beberapa pasang mata meliriknya dengan ingin tahu dan Youra berusaha mengacuhkan itu semua. Dia hanya ingin cepat-cepat masuk ke dalam taksi.
Sebuah taksi dengan pintu membuka telah menunggunya, dan tanpa berkata apapun lagi, Youra menutup pintu itu lalu menghela nafas keras-keras.
‘Apa yang sudah ku lakukan?’ pikirnya kalut, membiarkan pikirannya melesat jauh bersamaan dengan deru mobil yang semakin keras. Youra sama sekali tidak menyadari bahwa seseorang tengah memperhatikannya sejak dia keluar dari pintu lift. Dia melewati begitu saja seorang gadis cantik yang berpapasan dengannya di lobi hotel.
Park Chae Rin.

***

Takdirkah yang membawaku kesini?
Atau hanya sebuah kebetulan belaka?
Benang merah yang bertaut di jariku,
Apakah berakhir di kelingkingmu?
Hidupku,
Hidupmu,
Berkabut dalam rintikan hujan.
Aku tidak bisa melihat apapun,
Tidak juga mendengar.
Aku hanya tertuntun pada satu jalan,
Dan aku harap jalan itu akan
Membawaku padamu.
The Other Side – 9 Maret 2014

じゃ、またな。。

7 komentar:

  1. Ga bosen2 bacanya *matalopelope*

    BalasHapus
    Balasan
    1. gw aja yang bikin ga bosen bacanya, apalagi lo yang jd cast XDD

      Hapus
  2. oooohhhh yayayayayaya akhirnya donge ngaku juga... tapi sebenernya ngapain itu pake gaun bagus+didandani kalo ngga ada acara apa2... Jadi buang2 uang aja.. Tapi maklum holang kaya.. Hahahahah... aaiiiiissshhh makin sebel sama kyung dae... Dan gimana ya reaksi chaerin abis tau kalo youra sama donge.. okkai thor aku tunggu2 chap 5nya pokoknya.. Cepet di apdate ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. donge mau pamer kalo dia horang kayah XD *apadeh*
      hee? kenapa sebel sama Kyung Dae?
      Chapter 5.......masih belum tau apa kabarnya.... *hening*

      Hapus
  3. 2x baca sebelum nulis ini di kolom komentar XD

    Oh ya, sebenernya I'm under 21st *ngga ada yang nanya* T_T

    Haduh. Bungung mau komentar apaan, otakku udah terlanjur kacau gegara baca ini :P mana timingnya pas banget lagi ;) kkk~

    Jadi keinget lagunya Donghae-Eunhyuk di album Ride Me yg judulnya Let It Go *ngga nyambung*

    Haah. Pokoknya itulah. Mau benerin otak errorku dulu *ada yg liat tukang service otak keliling?* #eeh

    BalasHapus
    Balasan
    1. hee? kenapa bisa kacau? XD
      aku baru denger lagu itu untuk pertama kalinya pas ngetikin komen ini (?)
      anyway sebenernya playlistku isinya full metal n post hardcore jepang tapi khusus untuk chapter ini, aku repat lagunya Namie Amuro - Come seharian penuh :D *gatanya*
      dan basically, ff ini terinspirasi penuh sama lagunya Henry - Trap :)

      errr itu tadi kayaknya belok di simpang jalan deh, coba tar kamu tanya aja sama mas-mas yang jual bakso ya *HOI*ikutan error*

      Hapus
    2. Saya kembali lagi :) *gag nanya*

      Saya agak ganjil dengan kata 'gaun mandi' kata itu bisa diganti dengan 'handuk mandi' atau 'piyama mandi' kata gaun membuat saya berimajinasi kalo yg lagi make itu perempuan :D

      Drama. Sepertinya saya udah bisa nangkep bagian mana yang mau dibikin drama ;

      (Pertanyaan)
      Kenapa Donghae mengakui semuanya didepan Youra? Termasuk jati dirinya yg sesungguhnya?

      (Permintaan ato bisa dibilang pemaksaan ;) )
      Chapter 5 POVnya harus dari Donghae. Soalnya saya mau tau alasan Donghae :D #cerewet

      Yg terakhir, ada typo dibeberapa tempat :)

      Semangat ya nulisnya, semoga kamu punya waktu luang yg makin banyak buat nyelesein chapter 5nya :) jadi bisa cepet dipost hehe,,, fighting ;)

      Salah, yg lewat tadi bukan tukang cervice otak keliling, kata mas-mas jual bakso tadi yg lewat tukang siomai XD #makin error

      Hapus