TITLE : 4 Minutes in Memory [3]
Alternative title :
기다리고 있었어요! 봐지? (Kidarigo Isseosseoyo! Bwaji?)
GENRE :
Action-Romance, AU (Alternate Universe)
RATING :
NC-21/PG-17
CAST :
Lee Dong Hae [ 이동해 ]
Youra Leavanna [ 요우라 리판나 ]
Kim Kyung Dae [ 김경대 ]
Park
Chae Rin [ 박채린 ]
Author :@Aoirin_Sora
Chapter 3
Youra terbelalak menatap
layar komputer kerjanya. Dia tidak percaya ini. Ada delapan puluh enam kali
percobaan pembobolan situs K-Fashion dalam satu malam. Server-server perusahaan
telah digerogoti dengan begitu parah dan meskipun tidak berhasil menembus
barikade pengaman yang kuat, tetap saja servernya akan hancur jika didobrak beberapa kali lagi.
Buru-buru Youra membuat
laporan dan menganalisis setiap pembobolan itu untuk mendapatkan polanya. Dia melihat
ada ratusan folder baru yang berisi nama-nama aneh dan segera saja Youra menghapus
seluruh folder yang tidak berkaitan dengan program server. Tampaknya sang hacker bertujuan melemahkan sistem
server dengan cara membanjirinya dengan ratusan folder dan kemungkinan besar
beberapa diantaranya berisi virus. Ini gawat. Sebab komputer server sama sekali
tidak boleh tersentuh hacker, atau
bocah lima tahun dengan sebuah gadget yang
terkoneksi dengan internet sekalipun akan bisa mengobrak-abrik seluruh file
yang ada didalam server K-Fashion.
“Sunbae-nim, Ini aneh,” keluh Youra ketika dia menyerahkan laporan
kepada Park Jung Yoon yang baru saja memasuki ruangan.
Pria itu mengambil kertas
ditangan Youra dan dalam sekejap wajahnya berubah syok. Jung Yoon memandangi Youra
dengan tatapan tidak percaya. “W–wae nal bwayo?—Kenapa melihatku begitu?”
tanya Youra cemas.
“Maldo andwae!” Kata Jung Yoon gusar. “Belum pernah sekalipun
terjadi percobaan pembobolan sebanyak ini dalam satu malam. Delapan puluh enam!
Kita benar-benar tamat kalau server berhasil diterobos.” Jung Yoon melepas
simpul dasi di lehernya dan memanggil beberapa orang dari mejanya.
Ketika pria itu
menjelaskan kepada rekan-rekannya, semua mata mengarah pada Youra yang sekali
lagi menjadi heran, mengapa mereka memberikan tatapan yang sama seperti yang
dilakukan Jung Yoon tadi. “Waeyo?”
tanya Youra berupa bisikan.
“Neon aneun ke amugeotdo eobguna?—Kau benar-benar tidak tahu apapun,
bukan?” Park Jung Yoon balik bertanya kepada Youra.
“Moleukasseoyo! Je amugeotdo an haesseoyo!—Aku tidak tahu! Aku
benar-benar tidak melakukan apapun!” jawabnya tersinggung. Kedua pipinya
menghangat mendengar tuduhan seperti itu.
Park Jung Yoon tersenyum
menenangkan dan menjawab pelan, “Arasseo.”
Kemudian dia menambahkan kepada beberapa orang—yang masih saja menatap
Youra dengan pandangan menyelidik—dengan suara keras. “Ya! Mwo haneun geoya? Ireoji malayo, jinjja! Katni dasinineun keoyeyo.
Keuromnikka, uri seoro mijyeo, eoh?—Apa yang kalian lakukan? Jangan seperti
itu! Kalian ini bekerja bersama-sama. Jadi, mari saling percaya satu sama lain,
oke?”
Terdengar beberapa gumaman
“Arasseo,” sebagai jawaban dan mereka
segera kembali ke meja masing-masing tanpa melihat ke arah Youra lagi. Meskipun
begitu, tetap saja Youra merasa kesal dan bingung. Namun, sebelum dia beranjak
satu langkah pun, Park Jung Yoon telah berkata lagi.
“Mianhae—Maaf.” Ucapnya tulus. “Kejadian seperti ini baru pertama
kali terjadi dan kau berada dalam posisi yang sulit. Kau karyawan baru dan
seorang programmer yang hebat. Jadi, maaf jika beberapa orang menaruh curiga
padamu.”
Youra mengangguk tidak
kentara. Dia masih merasa kesal atas tuduhan yang tidak berdasar tadi. Dan
setelah membungkuk satu kali pada Jung Yoon, Youra kembali ke mejanya, menganalisis
ulang laporan pembobolan itu.
Dua jam kemudian Park Jung
Yoon mendatangi Youra yang tengah berkutat dengan sebuah software yang dia gunakan untuk mendapatkan jejak—trace—dari para hacker tersebut. “Ada hal baru?” tanyanya ingin tahu.
“Kau tidak akan percaya
ini.” Jawab Youra sambil menggeleng. “Dari delapan puluh enam kali percobaan, 40%
berasal dari IP yang sama. Sementara selebihnya tidak bisa dilacak. Ini
benar-benar aneh.”
“40%? Kau sudah menemukan dimana
persisnya?” tanya Jung Yoon lagi.
Pertanyaan Jung Yoon
membuat Youra membeku seketika. Dia tidak berani mengucapkan kebenaran atas apa
yang telah diketahuinya. Youra menarik nafas panjang sebelum akhirnya menjawab
dengan hati-hati. “Aku.. sudah berulang kali melakukan pelacakan tetapi
semuanya mengarah pada satu tempat. Pembobolan itu.. dari K-Fashion..” suaranya
melemah ketika mengucapkan dua suku kata terakhir.
Sejenak tampaknya Jung
Yoon tidak merespon perkataan Youra. Namun, satu detik setelahnya, sebuah
teriakan membuat telinga Youra berdenging hebat. “MWO—APA?!” lengking Jung Yoon frustasi. Dan dalam waktu sekejap, Jung
Yoon sudah berada di mejanya lagi, mulai berkonsentrasi penuh pada monitor
dihadapannya.
Youra benar-benar merasa cemas
sekarang, karena dengan adanya bukti bahwa alamat IP yang mencoba meretas sistem
K-Fashion ternyata berasal dari perusahaan ini, otomatis menambah kecurigaan
orang-orang terhadap dirinya. Meskipun dalam hati dia ingin sekali berteriak bahwa
meretas server perusahaan tidak akan memberikan keuntungan apapun padanya, tetapi
nyatanya Youra memilih bungkam seharian. Mengacuhkan setiap bisik-bisik dan bertekad
untuk mencari tahu siapa pelaku pembobolan sebenarnya..
***
DONGHAE merapatkan mantel cokelat
mudanya yang sudah terlihat bulukan. Angin sore bertiup cukup segar kali ini,
membawa sedikit rasa sejuk pada benaknya yang gelisah. Entah sudah berapa kali
dalam satu jam belakangan Donghae memutar kepalanya kebelakang, ke arah pintu keluar
atap dan selalu saja dia terpaksa menelan kenyataan bahwa gadis itu tidak
datang.
Youra Leavanna.
Batinnya mencelos ketika
mengingat nama itu. Dia benar-benar merasa bersalah karena telah bersikap
kelewatan pada Youra minggu lalu, ketika gadis itu memergokinya sedang tertawa.
Donghae hanya tidak terbiasa dengan cara Youra yang selalu membuatnya nyaman, membuatnya
lupa bahwa dia tidak boleh membiarkan orang lain mengetahui keberadaannya. Atau
dia harus menghilang lagi.
Tapi sudah tiga hari Youra
tidak pernah muncul di atap gedung. Padahal sebelumnya, gadis itu tidak pernah tidak datang meskipun Donghae
mengusirnya berulang kali. Dan kini ketika dia ingin menemui gadis itu, dia
malah menghabiskan tiga hari tanpa hasil.
Apakah gadis itu
benar-benar marah padanya?
Donghae menghela nafas
panjang sambil melarikan kedua bola matanya ke arah langit malam, pada senja
yang baru saja berganti warna menjadi kelabu, membiarkan bintang-bintang
menghiasi angkasa dengan sedikit semburat kekuningan diujung kaki langit. Dia benar-benar
berharap gadis itu akan datang dengan senyum atau yang paling parah, merengut
sebal padanya. Tapi, sudah hampir tiga jam Donghae menunggu dan Youra tidak kunjung
datang. Kalau begitu semuanya menjadi jelas, gadis itu benar-benar marah
padanya.
Baru saja Donghae hendak berbalik
ketika dia melihat sebuah cahaya samar dari gedung di hadapannya—gedung Administrasi—dan
sebuah pertanyaan muncul di kepalanya, Jam kerja sudah usai berjam-jam yang
lalu, jadi siapa yang masih bersedia tinggal di kantor hingga kini?
Setelah mengambil sebuah senter
dan menyisipkannya ke dalam saku mantel, Donghae bergegas menuju gedung
administrasi. Langkahnya lebar-lebar, menunjukkan ketergesaan. Dan hampir
sepuluh menit kemudian, Donghae tiba di depan pintu ruangan IT. Dia berjalan dalam
diam dan jantungnya seakan melompat keluar ketika melihat seseorang yang duduk
dibalik meja komputer.
“Youra..?” tanyanya terkejut.
Gadis itu juga
kelihatannya terkejut, melihat bagaimana dia terlonjak ketika melihat sosok
Donghae. “A–ahjussi?!” ucapnya keras, kemudian menghela nafas dalam-dalam. “Kau
menakut-nakutiku saja.” Keluhnya masam.
“Apa yang kau lakukan
disini?” ujar Donghae sambil melemparkan pandangan ke seluruh ruangan yang
kosong.
“Kerja.” Jawabnya sederhana.
“Pada jam segini?”
“Memangnya bagimu aku
terlihat sedang apa?” tanya Youra sengit, melotot pada Donghae melalui ekor
matanya.
Donghae mengedikkan bahu
dan menjawab sekenanya. “Seperti melakukan sesuatu yang rahasia, menurutku.”
Dengan jelas Donghae
mendengar dengusan Youra yang kesal dan gerutuannya yang mustahil didengar—kalau
saja dia tidak memperhatikan bibir Youra yang membuka tanpa suara apapun. Dan
dalam beberapa menit, gadis itu sudah tenggelam kembali pada konsentrasinya
menghadapi rangkaian kalimat-kalimat yang tidak dimengerti Donghae. Dia
mengambil kesempatan itu untuk memperhatikan Youra dengan seksama.
Tidak ada yang berbeda
dari wajah gadis itu, semuanya masih sama seperti pada saat terakhir kali
Donghae melihatnya. Kedua alis matanya bertaut—menunjukkan bahwa Youra
benar-benar sedang berpikir keras. Bibirnya yang merah muda itu sesekali mengatup
tetapi lebih sering mendesah kesal. Dan pipinya masih saja berwarna putih gading,
hampir seperti pucat—dan tiba-tiba saja
Donghae ingin melihat kedua pipi itu merona.
“Dengar,” ujar Donghae
setelah merebahkan diri di kursi disamping Youra. “Kenapa kau tidak datang lagi
ke atap?”
Youra bahkan tidak
repot-repot memalingkan wajahnya. “Aku sibuk.” Jawabnya sarkastis.
“Bukan karena kau marah
padaku?”
“Menurutmu begitu?” Youra
balik bertanya setelah dia mengalihkan pandangannya kepada Donghae.
Ada sesuatu yang membuat
Donghae semakin ingin melihatnya tersipu. Sebab gadis ini tahu dengan baik
bagaimana dia menjaga perasaannya agar tidak terpapar jelas. “Aku tidak tahu. Tapi
karena kau menghilang selama tiga hari, aku mengasumsikannya begitu.”
Sekali lagi, Youra menarik
nafas panjang dan dia menatap nanar ke arah monitor tanpa benar-benar terfokus.
“Tadinya begitu. Karena aku benar-benar jengkel dengan sikapmu. Aku tidak
mengerti mengapa kau selalu saja berubah menjadi begitu dingin setiap kali aku mulai
berpikir kau sedikit menyenangkan. Dan sekarang kau peduli apakah aku marah
atau tidak?”
“Maafkan aku.” Ucap
Donghae berupa bisikan. Youra memalingkan wajahnya dengan cepat dan kedua bola
matanya menunjukkan kekagetan. “Aku tahu aku telah bersikap kelewatan
terhadapmu. Tapi percayalah, aku benar-benar tidak berniat begitu. Aku hanya
tidak terbiasa dengan hubungan pertemanan atau apapun. Aku terlalu takut.. jika
ternyata kalian akan meninggalkanku..”
Dia bisa melihat wajah
Youra yang tertegun dan menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. “Kau
memaafkanku, kalau begitu?” sambung Donghae lagi.
“Berhentilah, Ahjussi. Aku
tahu kau akan membentakku lagi jika aku lengah. Aku sudah memaafkanmu, bahkan
jika permintaan maafmu hanyalah gurauan.”
“Aku tidak bergurau,
Youra. Kau harus tahu, belum pernah ada yang benar-benar berbicara padaku dengan penampilanku yang seperti ini. Aku sudah
memperingatkanmu untuk tidak dekat-dekat denganku. Tapi, jika kau benar-benar ingin
mengetahuinya, aku tidak menjaga jarak dengan semua orang karena anak dan
isteriku meninggal. Aku bahkan belum pernah menikah. Dan satu lagi, hampir
semua dari desas-desus yang kau dengar itu melenceng begitu jauh. Jadi sekarang,
aku memberimu kesempatan untuk memilih, Kau bisa berhenti menggangguku serta berhenti
mengunjungi atap gedung dan hidup dalam seribu cerita tak berdasar tentang
diriku atau kita bisa mulai lagi
semuanya dari awal, berkenalan dan saling membuka diri. Persis seperti yang kau
inginkan..” tandas Donghae dengan senyum terkembang.
Dia harus memberi selamat
pada dirinya sendiri atas kata-kata yang diucapkannya pada Youra. Semuanya sempurna.
Tidak memaksa dan penuh intrik. Dia amat sangat yakin Youra sedang bergelut
dengan hatinya untuk menerima tawaran Donghae yang menggiurkan. Lihat saja alisnya
yang meninggi, tergambar dengan jelas bagaimana gadis itu tertarik dengan
usulan kedua Donghae.
“Apakah dengan menerima usulanmu yang kedua,
kau tidak akan membentakku lagi?”
Ganti Donghae yang
menaikkan alisnya. “Pertanyaan yang bagus.” Komentarnya tersenyum. “Benar. Aku
tidak akan membentakmu atau bersikap kasar lagi selama kau menanyakan sesuatu
yang wajar.”
“Baiklah. Kita mulai
semuanya dari awal.” Ujar Youra tegas.
“Aku sudah memperingatkanmu,
tapi kalau itu yang kau mau, kalau begitu.. kita mulai semuanya dari awal.” Dan Donghae mengulurkan
tangannya tepat kearah Youra. “Perkenalkan, aku Lee Donghae. Dan namamu
adalah..?”
Selama beberapa detik Youra
menatapnya dalam keheningan sebelum akhirnya menjawab datar. “Youra. Namaku
Youra Leavanna.”
“Nama yang bagus sekali.” Komentar
Donghae sambil mengangguk kecil. “Dan apa yang sedang kau lakukan disini,
Youra-ssi? Kerja pada jam segini?”
Gadis disampingnya
mendengus dan memutar bola matanya lambat-lambat. “Dasar curang.” Gerutunya sebal
tetapi tetap menjawab pertanyaan Donghae. “Aku sedang menyelidiki seorang
hacker yang terus-menerus berusaha meretas server perusahaan. Aku menemukan
bahwa sang hacker mulai berusaha mendobrak server perusahaan pada jam-jam
segini. Jadi aku harus menangkap pelaku itu sebelum orang-orang menuduhku
secara terang-terangan.”
“Apa maksudmu dengan hacker yang berusaha meretas server
perusahaan?”
Youra menunjuk sebuah diagram
di monitor dan sebuah ilustrasi diagram lingkaran yang juga membentuk beberapa
lingkaran yang semakin kecil didalamnya. “Lihat? Ini adalah tahapan dalam sebuah
logika hacking. Sang pelaku sudah
melewati tahap scanning, decrypt dan cracking. Tetapi dia tidak melakukan
apapun di bagian connect. Inilah
bagian yang paling aneh karena dia hanya meninggalkan beratus-ratus folder misterius
tanpa mengambil apapun. Sebab kalau dia benar-benar berniat buruk, dia pasti
bisa mendapatkan seluruh data-data mengenai keuangan, akun perusahaan, dan
banyak hal lain yang begitu penting. Tetapi dia melewatkan itu semua dan memilih
untuk keluar. Bukankah itu aneh?”
Alis Donghae berkerut
semakin dalam mendengar penjelasan Youra. Dia sama sekali tidak mengerti IT
terlebih lagi dunia hacking. Tetapi
kenapa dia tidak mendengar apapun mengenai percobaan peretasan ini? Apakah tim
IT masih menyembunyikannya?
Namun belum sempat Donghae
berpikir lebih jauh, Youra telah lebih dulu menyelanya dengan teriakan kecil. “Dia
muncul!!” sambil menunjuk ke arah monitor dengan penuh antisipasi dan dengan
cepat mengetikkan beberapa baris perintah pemrograman.
Falcon_33.
Hacker itu menggunakan
nama dari jenis burung elang yang digunakan untuk berburu. Tapi.. apa yang
sedang diburunya?
“Apa yang kau lakukan?”
tanya Donghae waspada, karena sudah beberapa menit Youra menutup mulutnya
rapat-rapat tanpa mengucapkan sepatah katapun.
“Aku sedang menambah penjagaan
baru di setiap titik utama server dan sejauh ini dia belum merespon apapun
selain—Oh tidak! Dia berhasil kabur!” pekik Youra tiba-tiba. “Tapi kenapa dia
hanya meninggalkan sebuah folder?”
“Tunggu dulu. Coba periksa
apa isi folder itu.” ujar Donghae ketika dia melihat jari Youra hendak menekan
tombol delete. Gadis itu tidak
langsung menuruti perintah Donghae melainkan menatapnya selama beberapa saat.
“Kau.. yakin? Bagaimana
jika ini adalah virus?” tanya Youra cemas.
“Kemungkinannya adalah 50%
untuk setiap pilihan. Sebuah angka yang cukup layak untuk di pertaruhkan. Jadi,
bukalah.”
Youra menekan tombol enter dan membuka sebuah file dengan nama falcon_33.dat dengan gelisah.
Nafasnya tertahan ketika melihat layar monitor yang berubah hitam dan
menunjukkan beberapa baris kalimat yang fatal:
Your server is
already hacked.
The system will be down in 5
seconds.
(terjemahan)
Server anda telah diretas.
Sistem akan lumpuh dalam 5 detik.
Pada saat hitungan mencapai angka nol, monitor
mendadak menjadi putih dan kembali memunculkan beberapa deret kalimat:
Thank
you for playing with me!
Don’t
worry,
I will not sabotage your server today.
But
I will do it properly ‘someday’.
If
you are being curious why I just left a memo,
Just
catch me out by yourself.
You
will definitely find what the real reason is.
Can
you?
Regard,
Falcon_33
(terjemahan)
Terima
kasih sudah bermain denganku!
Jangan khawatir,
Jangan khawatir,
Aku
tidak akan menyabotase servermu hari ini.
Tapi
aku akan melakukannya lain kali.
Jika
kau penasaran mengapa aku hanya meninggalkan sebuah memo,
coba
tangkap aku.
Kau
akan menemukan alasan sebenarnya.
Kau
mampu?
Salam,
Falcon_33
Youra hanya terbelalak
menatap layar komputer dengan keringat sebesar biji jagung menetes dari
dahinya. “Sial!” umpatnya penuh emosi. Dan Donghae tidak berani mengganggu
gadis itu lagi sebab kini bibirnya mengatup membentuk garis tipis—yang selalu
merupakan pertanda bahwa Youra sedang kesal.
Alih-alih bertanya, Donghae
hanya mendengarkan dengan seksama setiap desisan penuh amarah yang terlontar dari
bibir gadis itu. Tapi semakin lama desisan itu semakin terdengar jelas dan satu
setengah jam kemudian, Youra menyerah. Dia mengurut pelipisnya dengan tidak
sabaran sembari memejamkan matanya sejenak.
“Aku gagal.” Desahnya
lirih.
“Kau tidak gagal. Kau
hanya belum berhasil. Itu dua kalimat
yang berbeda.” Ujar Donghae bijaksana.
Youra menatapnya skeptis namun
akhirnya dia mengangguk setuju. “Kau benar. Aku akan mencobanya lagi nanti.”
“Sekarang pulanglah. Kau
harus beristirahat.” Ujar Donghae lalu bangkit, diikuti Youra yang masih
memasang tampang lesu di wajahnya.
Perjalanan pulang mereka
habiskan dengan kebisuan. Hanya terdengar desahan nafas panjang Youra yang kentara
sekali masih menyiratkan kekecewaan. Donghae tadinya berencana singgah di suatu
tempat di Namdaemun, tapi begitu melihat Youra yang terus-terusan murung, akhirnya
dia memutuskan untuk mengantarnya hingga kerumah.
“Bolehkah aku bertanya
sesuatu?” tanya Youra memecah keheningan. Dan sebagai jawaban, Donghae hanya
mengangguk. “Apakah aku harus memanggilmu Ahjussi
atau Donghae-ssi?”
“Yang manapun tidak
masalah bagiku.” Jawab Donghae mengangkat bahu.
“Baiklah, kalau begitu aku
akan memanggilmu Donghae-ssi. Tidak apa-apa, kan?”
“Terserah padamu. Asal kau
tidak berteriak memanggilku didepan orang banyak, aku tidak akan
mempermasalahkannya.”
“Hemph.” Dengus Youra
sambil memutar bola matanya. “Aku akan berbisik jika ingin memanggil namamu,
kalau begitu.”
Donghae tersenyum dan baru
akan menjawab gurauan gadis itu ketika ponselnya bergetar. Buru-buru dia
membukanya dan melihat pop-up sebuah
sms penting.
Sender: hyungnim
Dinner at 7 pm in Cheongdamdong
tomorrow.
“Sebuah pesan penting?” Tanya
Youra sedikit penasaran.
“Tidak juga. Hanya sebuah
janji makan malam.” Jawab Donghae datar. Makan malam bersama sudah menjadi
agenda wajib yang harus dijalaninya setiap bulan. Bukan hal yang sangat
menyenangkan tetapi juga bukan sesuatu yang dibencinya.
Youra memilih ber-“oohh..”
dalam bisikan dan setelahnya, mereka terus-terusan berdiam diri, mengunci
setiap keingintahuan mereka didalam kepala masing-masing..
***
KIM KYUNG DAE menatap lekat-lekat
wajah pria tampan dihadapannya. Pria itu memang
tampan seandainya tidak ditutupi rambut-rambut halus yang tumbuh di sepanjang
wajah serta rambut yang kelihatannya tidak terawat. Tetapi meskipun penampilannya
tidak lebih dari seorang Ahjussi
pengangguran yang hidup dengan selembar kardus di terowongan-terowongan subway, Kyung Dae tetap bisa melihat betapa
tatapan Lee Donghae begitu dalam, memancarkan kehangatan dibalik kesan dingin
yang selalu diperlihatkannya.
“Tidak bisakah kau
merapikan dirimu sebelum kemari?” komentarnya ketika melihat sosok Donghae didepan
pintu utama.
Donghae merebahkan dirinya
di sofa setelah melempar mantel usangnya ke sembarang tempat. “Aniyo, Hyung. Aku harus mengawasi gerak-gerik
beberapa orang besok. Aku harus tetap seperti ini jika tidak ingin ketahuan.
Omong-omong, dimana Park Chae Rin?”
Kyung Dae tidak langsung
menjawab pertanyaan Donghae, dia malah berjalan menuju meja makan yang sudah
penuh hidangan dan menunggu hingga Donghae duduk di hadapannya. “Dia bilang
akan datang terlambat. Sepertinya sesi pemotretan kali ini lebih lama dari
biasanya. Kenapa kau bertanya padaku? Bukankah kau lebih mengetahui jadwal
sehari-hari Chae Rin?”
“Memang benar.” Aku
Donghae jujur. Seorang pelayan menuangkan segelas penuh air mineral dan Donghae
langsung menghabiskannya dalam dua detik. “Tapi Chae Rin bisa muncul kapan
saja. Dan aku tidak ingin dia memberondongku dengan berbagai macam pertanyaan jika
melihat penampilanku seperti ini.”
“Aku tidak menyangkalnya. Gadis
itu bahkan sudah terbang ke Jepang dua kali ketika kubilang kau sedang berada
disana. Tahukah kau bagaimana dia mengamuk saat tahu hotelmu kosong? Ku harap
aku bisa menyamar juga, sebab berurusan dengan Chae Rin lebih mengerikan
daripada dengan para dewan komisaris.” Jawab Kyung Dae yang segera disambut
gelak tawa dari Donghae.
“Ah, bicara tentang dewan
komisaris, sepertinya mereka sudah kehabisan akal untuk menyudutkanmu. Apakah
mereka telah menyatakan penolakan tentang investasi pelabuhan Busan?” tanya Donghae
lagi, tidak peduli dengan mulutnya yang penuh daging steak.
Kyung Dae menghela nafas
dan berhenti memotong steak yang masih hangat itu untuk sejenak. “Belum. Tapi
mereka pasti akan menolaknya. Apa
sebaiknya kita hentikan saja proyek ini, Donghae-ah?”
“Tidak. Aku tidak mau
kalau proyek ini sampai gagal. Hyung, bukankah kau tahu bahwa pelabuhan adalah
cara satu-satunya bagi kita untuk memantau penyelundupan obat-obatan ke Korea
Selatan?”
“Tapi, apakah kau yakin
semuanya akan berjalan seperti rencanamu? Donghae-ah, ini terlalu mencolok. Kita
harus bersabar dan menunggu sedikit lagi—”
“Aku sudah menunggu selama
lima belas tahun dan aku tidak bisa menunggu lebih lama, hyung.” Kedua bola
mata Donghae menunjukkan tekadnya yang sudah bulat, hingga Kyung Dae menghela
nafas dalam-dalam.
“Baiklah. Semuanya akan aku
utarakan pada rapat bulanan dewan eksekutif nanti.” Jawabnya pasrah. “Donghae-ah,
seandainya proyek ini berhasil dan kau sudah menemukan apa yang kau cari, kupikir..
aku sebaiknya berhenti menjadi CEO.”
Terdengar denting pisau
dan garpu yang membentur sisi piring dengan nyaring. “Hyung!” geram Donghae kesal. “Aku sudah mengatakan kau satu-satunya
yang bisa menjadi CEO! K-Fashion bisa hancur kalau kau meninggalkan perusahaan!”
“Tenanglah, Donghae-ah. Aku
mengatakan berhenti menjadi CEO, bukannya pergi
dari K-Fashion.”
Dengan kerutan alis yang menunjukkan
kekesalan, Donghae menatap Kyung Dae yang masih saja tidak terpengaruh emosinya.
“Aku tidak ingin membahas masalah itu sekarang, hyung. Aku harus berkonsentrasi
pada pencarianku dulu. Lagipula, sudah lima belas tahun kau menjadi orang
terpenting di K-Fashion, dan perusahaan itu membutuhkanmu lebih dari apapun.”
“Entahlah. Ide untuk
mundur dari jabatan CEO sepertinya cukup menyenangkan. Terlebih lagi beberapa
minggu belakangan ini, entah kenapa masalah sepertinya belum juga habis.”
“Hyung, apakah kau sudah
mendapatkan laporan dari tim IT?” tanya Donghae tiba-tiba, menolak untuk
mengomentari perkataan Kyung Dae sebelumnya.
“Sepertinya belum. Memangnya
ada apa?” Tanya Kyung Dae sedikit bingung. Donghae biasanya jarang sekali ikut
campur dalam masalah IT sebab dia tidak terlalu suka berkunjung ke gedung itu.
Donghae sempat terlihat
ragu, tetapi dia akhirnya menceritakan apa yang terjadi pada malam ketika dia
dan Youra dijebak oleh sebuah pesan dari seorang Hacker bernama Falcon_33. Perlahan-lahan
raut wajah Kyung Dae berubah pucat, pelipisnya berkerut gelisah dan sebentar-sebentar
dia menyeka keringat di dahinya. Namun karena Donghae tidak terlalu
memperhatikan perubahan air muka Kyung Dae, dia sama sekali tidak menyadari
bahwa Kyung Dae sedang menutupi sesuatu..
“Gadis itu.. Dia Youra
Leavanna, karyawan asing yang baru bekerja selama tiga bulan belakangan, bukan?”
tanya Kyung Dae dengan wajah datar, sebisa mungkin menyembunyikan kecemasannya
yang sudah membuncah.
“Ne, majayo—Ya, benar. Dia benar-benar sudah berusaha keras untuk menemukan
siapa falcon_33 itu. Hyung, kupikir kau harus memberinya selamat atau apapun
padanya.”
“Tentu, tentu. Aku akan
mengingatnya,” ucap Kyung Dae sambil berpikir keras, menyusun sebuah rencana
baru.
Dia harus cepat menyingkirkan gadis itu sebelum semuanya berantakan.
Mereka melanjutkan makan
malam tanpa membicarakan masalah bisnis atau K-Fashion lagi. Kebanyakan dari percakapan
mereka setelahnya hanyalah mengenai beberapa hal remeh seperti mobil Kyung Dae
yang sudah layak diganti atau tempat tinggal Donghae yang kelewat kumuh. Sama
sekali menghilangkan kesempatan bagi salah satu diantara mereka untuk
menunjukkan kecemasan. Terlebih pada Kyung Dae, yang sudah tidak sabar untuk duduk
di depan meja kerjanya dan memikirkan cara bagaimana dia bisa menyelesaikan semuanya tanpa tercium oleh Donghae.
Dan salah satunya adalah
Youra Leavanna.
***
“Youra Leavanna-ssi? Kau ditunggu
Kyung Dae Sajangnim (boss) di ruangannya.”
Seluruh mata membelalak
pada Youra yang terlihat kaget. Dan satu detik setelahnya, kasak-kusuk langsung
berdengung di ruangan itu, bagai kumpulan lebah yang tengah bergabung bersama
koloninya, menciptakan keributan tak terhentikan. Beberapa orang terlihat tidak
begitu peduli, dan orang-orang yang bersimpati padanya, tersenyum menyemangati.
Tapi tidak sedikit yang melayangkan tatapan ingin tahu dan antisipasi yang
berlebihan.
Dan untuk sesaat Youra
merasa isi perutnya berjumpalitan.
Laki-laki yang dipanggil Kim
Kyung Dae itu masih belum mendongakkan kepala meskipun sudah hampir lima menit
penuh Youra berdiri tepat dihadapannya. Dia terlalu takut untuk berdeham atau
menimbulkan suara apapun yang bisa merusak konsentrasi Kyung Dae dari deretan
huruf-huruf dibawah hidung pria itu.
Youra hanya berdiri
mematung, berharap setengah mati bahwa dia tidak sedang mendapat masalah atau
yang paling parah, dikeluarkan dari pekerjaannya. Beberapa hari belakangan Youra
sudah berusaha melacak sang hacker
tetapi belum satu petunjuk pun dia peroleh. Ini gawat. Sebab jika Kyung Dae
meminta penjelasannya mengenai percobaan pembobolan server utama K-Fashion, Youra
sama sekali tidak punya bukti yang meyakinkan bahwa bukan dia pelakunya.
“Youra-ssi,” panggil
sebuah suara berat dan Youra terseret kembali ke alam nyata, terbangun dari
lamunannya. “Kudengar kau lah yang sudah menemukan siapa hacker yang berusaha meretas
server K-Fashion. Benarkah begitu?”
Youra bahkan tidak sadar
bahwa mulutnya terbuka lebar mendengar pernyataan sekaligus pertanyaan Kyung
Dae barusan. Apa yang diperkirakannya ternyata berbeda 180 derajat, Kyung Dae
sepertinya tidak sedang menuduhnya. Apakah
ini pertanda bagus?
“Err.. itu.. sebenarnya
masih belum. Aku hanya menemukan sebuah nama tetapi sama sekali belum mendapatkan
identitas asli pelaku itu.” Jawabnya jujur. Youra mendesah dalam hati dan
sedikit menyesali kejujurannya sebab penjelasannya ternyata tidak terdengar
terlalu mengesankan.
“Benarkah? Kau tidak bisa
melacak posisinya? Apakah dia sudah mencuri atau merusak sesuatu yang berharga?
Maaf, aku tidak terlalu mengerti dunia IT, Jadi kuharap kau mengerti
pertanyaanku.” Ucap Kyung Dae sambil membenarkan posisi kacamatanya lalu
menatap Youra dengan wajah serius.
Youra berdeham satu kali
sebelum menjawab. Hal tersulit yang harus dilakukan orang-orang pemrograman
adalah menjelaskan bagaimana mekanisme program dan dia agak kesulitan jika
harus menerangkannya dengan sederhana. Tapi ini adalah sebuah perintah dan dia
harus berusaha keras untuk membuat Kyung Dae mengerti.
“Itu sangat sulit
dilakukan karena hacker ini selalu menghilangkan jejaknya setiap kali dia
melakukan satu pergerakan. Aku memang sudah menelusuri beberapa IP yang kelihatannya
berpotensi tetapi sama sekali belum menemukan titik terang. Yang paling menyulitkan
adalah aku tidak bisa menelusuri semua IP yang pernah digunakannya dalam
meretas server kita karena jumlahnya ada ratusan dan semuanya berasal dari Negara
yang berbeda-beda. Sebagai contoh, butuh hampir empat jam untuk menelusuri satu
alamat IP yang berasal dari Amerika sementara dia hanya menggunakannya sebagai
lompatan—bounce—untuk melakukan
peretasan. Karena itulah aku tidak bisa melacaknya.
“Tadinya aku berpikir akan
lebih efisien jika aku melindungi
server daripada berusaha melacaknya, tetapi beberapa malam yang lalu aku
menyadari bahwa hacker itu telah
berhasil masuk ke dalam server tanpa ketahuan. Kupikir dia akan mulai melakukan
kekacauan seperti membuat server utama lumpuh, atau menduplikasi semua data-data
K-Fashion. Namun ternyata dia tidak melakukan apapun selain melihat-lihat.
Dugaanku, dia sedang menunggu respon dari kita karena setelah aku berusaha
mengejarnya, hacker itu langsung kabur dan meninggalkan sebuah memo.”
“Memo?” tanya Kyung Dae
tiba-tiba dan Youra hanya mengangguk meyakinkan. “Memo apa?”
“Isinya seperti lelucon
sekaligus ancaman bahwa dia akan merusak server K-Fashion suatu saat nanti.” Jawabnya
lirih.
Kyung Dae terdiam dan pandangannya
mengabur saat menatap ukiran bingkai sebuah pigura diatas meja. “Apakah kau
punya laporan kapan tepatnya kau berkorespondensi dengan Hacker itu?”
Youra mencibir dalam hati.
Itu bahkan tidak bisa dikatakan korespondensi.
Tetapi Youra tetap menjawab pertanyaan Kyung Dae tanpa protes. “Sebenarnya
tidak. Tapi kalau Anda menginginkannya, aku akan segera membuatkannya.”
“Tapi aku ingin sebuah
laporan lengkap. Kapan persisnya peretasan itu terjadi, siapa aja yang
mengetahui hal itu, serta setiap detail yang ada dan tentu saja, tanpa salinan.
Kirimkan padaku sore ini juga. Kau bisa?”
Dengan tanpa keraguan,
Youra mengangguk, menyetujui perintah Kyung Dae. Dia sedikit bertanya-tanya dalam
hati, apakah Kyung Dae memang semenyeramkan
seperti cerita yang beredar, sebab pria yang mendapat julukan “tangan besi”
dari para karyawannya ini sedang tersenyum menatapnya.
“Kalau begitu selamat. Selamat
karena sekarang kau telah resmi bergabung ke K-Fashion dan selamat karena telah
menjadi karyawan tetap.” Ujar Kyung Dae lalu mengulurkan tangannya. “Aku harap kedepannya
kinerjamu semakin bagus, Youra-ssi.”
Berulang kali Youra
mengerjap-kerjapkan matanya tidak percaya. Seharusnya masa percobaanya akan
berakhir kurang dari sebulan lagi, tetapi kini dia sudah resmi menjadi karyawan
K-Fashion! “Sajangnim, jeongmal
kamsahamnida.” Ucap Youra berulang kali sambil menjabat jemari Kyung Dae
penuh haru.
“Sekarang, kembalilah
bekerja.” Perintah Kyung Dae sedikit tegas dan buru-buru Youra pergi setelah
membungkukkan badan.
***
“Kau kelihatannya senang
sekali,” komentar Donghae saat melihat wajah Youra yang dipenuhi senyuman.
“Tentu saja! Percayakah
kau, bahwa aku telah menjadi karyawan tetap K-Fashion satu bulan lebih cepat? Ini
hampir mustahil, mengingat masalah-masalah yang terjadi sebelumnya. Ahh.. Aku suka
Seoul.” Jawabnya dengan tangan terbuka lebar, seakan hendak merangkul alam semesta.
“Chukkae—Selamat. Tidakkah ada pesta perayaan atau apapun?” Donghae melirik
gadis itu dengan seulas senyuman.
“Ini, ambilah. Maaf aku Cuma
bisa memberikanmu ini. Aku baru saja menyiapkan laporan untuk Kyung Dae sajangnim
dan tidak sempat membeli apapun.” Youra menyerahkan sebungkus plastik dan ketika
Donghae membukanya, dia mendengus sambil tersenyum.
“Aish, jinjja. Cuma sekaleng kopi dan kimbab? Kau benar-benar tahu bagaimana
merusak pesta.” Keluhnya berpura-pura kecewa.
Youra mengerucutkan bibirnya.
“Mianhae.” Ujarnya. “Lain kali akan kutraktir
sesuatu yang enak.”
Donghae hanya tersenyum dan
belum sempat mengatakan apapun pada Youra sebab gadis itu sedang menatap layar ponselnya
yang tengah berdering. Senyuman lebar kini menghiasi wajahnya dan satu detik kemudian
Youra sudah berbicara dalam bahasa lain.
Tidak ada satupun dari ucapan
Youra yang bisa dimengertinya, dia hanya bisa memperhatikan bagaimana wajah gadis
itu tersenyum tiada henti ketika berbicara dengan penuh semangat—dan Donghae yakin
dia sedang membicarakan masalah status baru pekerjaannya. Tetapi lama kelamaan senyuman
itu memudar, berganti menjadi ekspresi kaget tak percaya, juga terluka. Donghae
melihat dengan jelas saat kedua mata Youra mulai berkaca-kaca dan nadanya terdengar
getir. Satu kali wajah itu mencoba tersenyum, sebelum menutup panggilan, lalu kembali
nelangsa.
“Sesuatu yang gawat?” tanyanya
setelah membiarkan gadis itu terdiam selama beberapa menit yang cukup lama.
Youra mendesah dan
menggeleng. “Bukan, tetapi sesuatu yang mengenaskan.”
“Apakah pacarmu
menyampaikan sesuatu yang buruk?”
Gadis itu menggeleng lagi,
membuat rambutnya semakin berantakan karena tertiup angin. “Tadi tu Oppaku, tapi memang dia menyampaikan
sesuatu yang cukup untuk merusak kebahagiaanku hari ini,” jawabnya enggan.
Donghae memutuskan untuk
duduk beberapa meter dari Youra, sengaja menyisakan sedikit jarak agar gadis
itu tidak merasa tertekan. “Seperti apa misalnya?” tanyanya pelan, berusaha
untuk tidak mengintimidasi.
“Ini sebenarnya
menggelikan, tapi aku yakin semua ini setimpal dengan apa yang akan kudapatkan.”
Ujar Youra setengah melamun. Donghae membiarkan gadis itu untuk menarik nafas
dalam-dalam dan menghelanya dengan berat. “Percaya atau tidak, aku baru saja
dicampakkan oleh tunanganku. Sepertinya dia akan menikah dengan wanita lain. Benar-benar
menyedihkan..” Kalimat terakhirnya mengabur berupa bisikan, dan Donghae sempat
melihat Youra berupaya menyeka matanya yang basah.
Dia sudah pernah melihat gadis
itu dalam berbagai ekspresi yang berbeda dan selalu penasaran mengapa Youra
memiliki begitu banyak ekspresi. Tetapi melihatnya menangis adalah sesuatu yang
tidak diharapkannya. Donghae tidak mengucapkan apapun lagi setelah itu. Dia
berusaha untuk mengacuhkan Youra yang sedang menyembunyikan isakan, meskipun
perdebatan tentang bagaimana dia harus menghibur Youra tengah berkecamuk dalam
pikirannya.
Tetapi dengan gerakan
tiba-tiba, gadis itu berdiri dan berjalan menuju pagar pembatas. Donghae sempat
berpikir bahwa Youra akan terjun dari tempat itu sehingga dia buru-buru bangkit
mengejarnya. Namun yang dilakukan Youra hanyalah berteriak sekuat tenaga.
“DASAR KAU LAKI-LAKI
BRENGSEK!!!! SEMOGA KAU TIDAK PERNAH BAHAGIA SEUMUR HIDUPMU!!!!!” meskipun teriakan
Youra hampir tidak terdengar karena tertelan kebisingan kota, tapi tetap saja
dia kehabisan nafas karena telah berusaha begitu keras.
Donghae memandangi punggung
yang mulai bergetar itu. Pikirannya mendadak kosong dan selanjutnya, sepasang
lengan kini sedang mendekap Youra. Dan lengan itu miliknya. Entah kenapa gadis itu malah terisak hebat didalam
pelukannya, menangis keras-keras sambil bergumam sesuatu yang acak. Donghae
tidak berusaha mendengar semua racauan gadis itu, dia hanya membiarkan Youra
menumpahkan segalanya, dengan kedua lengannya yang melingkari tubuh gadis rapuh
itu..
***
Benarkah
Tuhan mendengarkanku?
Benarkah
Tuhan ternyata memperhatikanku?
Sebab
aku ingin Tuhan mengetahui,
Bahwa
aku lelah berjalan sendiri.
Aku
ingin Tuhan menyadari,
Jika
aku tak ingin kau pergi.
Dan
bila Tuhan tetap tak menghendaki,
Aku
harap semua ini hanya mimpi,
Tanpa
ada yang perlu kusesali..
『Aoi Sora – 3 Maret 2014』
awawawawaawwwwww....asoy nya kuraaaaaanngg ><
BalasHapusplease -_-"
Hapusjust wait for the next chpter, ok? XD
Thor tau ngga aku langsung ke kolom comment lho sebelom baca part 3 ini soalnya aku mau ngeluarin uneg2 dulu.. Okkai aku cukup kaget begitu ngereload blog ini (blog ini aku masukin saved page di hape) terus ngga nemu Rendezvous ? I Called It Fate ! Part 1 sama part 2.. Aku udah sempet mikir apa jangn2 dihapus ato aku yg salah klik.. Tapi begitu baca postingan yg paling atas (aku baca itu dulu sebelom baca part 3 ini) baru aku tau kalo judulnya diubah.. Hehehe.. Seneng banget nih aku akhirnya ff ini diupdate meski aku juga nunggu sequelnya AGLNTMHR.. And soal poster okkailah aku pahami gpp ngga ada poster.. Tapi aku baru denger ada istilah sotoshop,, setauku soalnya photoshop.. Ato mungkin ada baksoshop..hehehe.. Terus soal wp'y author aku geli banget itu masih kosong (persis kek wp'ku)..hahaha okkai sekarang aku mau baca dulu part ini..hehehe
BalasHapusawww thank you >w<)
HapusSequel KenKyu memang udah direncanain kok, plot garis besarnya memang udah aku siapin. tapi sabar yaa hehe
sotosop itu sebenarnya photoshop kok, tp berhubung aku ga suka sama software yang satu itu, aku make plesetannya, sotosop *lagi-lagi gaje*
WP itu memang ga mau temenan sama aku T_T tiap kali mau apdet ff disitu selalu aja laptopku stuck dan nge-lag. Jadi males buka wp lagi *sobs*
SHOCK!!
BalasHapusTernyata Youra udah punya tunangan *walaupun akhirnya dicampakan :)* dan Donghae mulai membuka diri pada Youra? *sumpe lo* #apadeh
Aaaaa....... Itu scane yang lagi pelukan kenapa singkat bangeettt...#ngambek
Okk! Kita ke intinya~ #halah
Siapa sebenarnya hacker itu? Apakah Kyung Dae?
Lalu apa yang disembunyikan Kyung Dae dari Donghae? Kenapa dia cemas waktu Donghae cerita soal hacker yg nyoba meretas server K-Fashion?
Dan kenapa harus sampe menyingkirkan Youra?
Terus, kenapa tiba2 malah Youra diangkat jadi karyawan tetap sebelum masa trainingnya selele? #pusing
Sebenarnya masih ada begitu banyak pertanyaan yang ingin saya tanyakan di part ini. Tapi setelah saya pikir2 lagi, ide untuk menunggu chapter selanjutnya sepertinya lebih baik :D
Hacker dan programer. Sepertinya setelah saya baca ff ini, level kepintaran saya sedikit bertambah tentang dunia pemrograman :D soalnya penjelasan tentang dunia IT bener2 dijelaskan secara gamblang. Walaupun sedikit bingung :D #plakk
Yang jelas saya cuma minta saatttuuu aja. Kalo ngepost ff jangan lama-lama yaa chingu #tampang melas
Tau gag? *engga* setiap 1minggu sekali, saya pasti cek blog ini. Cuma buat mastiin udah ada postingan baru ato belum. Kkk~#lebey
Udahan dehh, kyaknya udah terlalu panjang komen saya, takut diprotes :D buat kamu, terus semangat buat menghasilkan karya2 selanjutnya yhaa ;)
scene pelukan sengaja aku singkat karena lanjutannya ada di chapter sebelah *uhuk*
Hapustadinya ff ini mau aku bikin sebatas 5-6 chapter aja, tapi setelah di review ulang, aku takut jangan-jangan malah lebih panjang dari KenKyu's story. Karena ceritanya berbau drama, aku jadi terpaksa menjelaskan beberapa detail termasuk hacking.
sebenarnya penjelasan tentang dunia Hacking enggak segampang itu sih, dan aku juga bukan hacker (cuma main gamenya doang) jadi semuanya serba terbatas. Tapi yah, aku harap pembaca bisa paham dengan alur cerita yang aku buat (walau memang ribet) hehe
Trust me, Aku kadang ga bisa tidur nyenyak karena mikirin FF yang ga pernah sempat aku ketik ;___;) kadang aku mesti rela bawa-bawa laptop kemanapun aku pergi. tapi sialnya, aku butuh konsentrasi kalo udah mulai ngetik dan biasanya ngabisin tiga hari penuh untuk nyiapin satu chapter (plus semaleman untuk ngedit ulang). Jadi, walaupun niat untuk ngepost ff AMAT SANGAT besar, tetap aja gagal kalo aku ga punya waktu luang yang memadai.. (T___T)
*jadi curcol deh*
Et dahh.. Kyungdae ini sbnrnya siapa coba? Beresin apa? Rahasia apa? Mwo mwo mwo? Elahh pusing pala hayati '-')\ /bhakk /lebay
BalasHapusIhhhh hug scene nya singkat sekalee :3 yg lebih intim kpn ya authorr? /plakk mwehehehe
Keren deh pke pengetahuan ttg IT"an, sya jdi berasa pintar dan berakhir ke mudeng *ehh it's just kidding eaa~ hehehe
Oke deh, lanjut dlu ya author~ fighting~