Senin, 03 Maret 2014

FANFIC : 4 Minutes In Memory [3]


TITLE                        : 4 Minutes in Memory [3]
Alternative title            : 기다리고 있었어요! 봐지? (Kidarigo Isseosseoyo! Bwaji?)
GENRE                      : Action-Romance, AU (Alternate Universe)
RATING                     : NC-21/PG-17
CAST                         : Lee Dong Hae [ 이동해 ]
                                    Youra Leavanna [ 요우라 리판나 ]
                                    Kim Kyung Dae [ 김경대 ]
                                    Park Chae Rin [ 박채린 ]
Author                       :@Aoirin_Sora



Chapter 3


Youra terbelalak menatap layar komputer kerjanya. Dia tidak percaya ini. Ada delapan puluh enam kali percobaan pembobolan situs K-Fashion dalam satu malam. Server-server perusahaan telah digerogoti dengan begitu parah dan meskipun tidak berhasil menembus barikade pengaman yang kuat, tetap saja servernya akan hancur jika didobrak beberapa kali lagi.

Buru-buru Youra membuat laporan dan menganalisis setiap pembobolan itu untuk mendapatkan polanya. Dia melihat ada ratusan folder baru yang berisi nama-nama aneh dan segera saja Youra menghapus seluruh folder yang tidak berkaitan dengan program server. Tampaknya sang hacker bertujuan melemahkan sistem server dengan cara membanjirinya dengan ratusan folder dan kemungkinan besar beberapa diantaranya berisi virus. Ini gawat. Sebab komputer server sama sekali tidak boleh tersentuh hacker, atau bocah lima tahun dengan sebuah gadget yang terkoneksi dengan internet sekalipun akan bisa mengobrak-abrik seluruh file yang ada didalam server K-Fashion.
Sunbae-nim, Ini aneh,” keluh Youra ketika dia menyerahkan laporan kepada Park Jung Yoon yang baru saja memasuki ruangan.
Pria itu mengambil kertas ditangan Youra dan dalam sekejap wajahnya berubah syok. Jung Yoon memandangi Youra dengan tatapan tidak percaya. “Wwae nal bwayo?—Kenapa melihatku begitu?” tanya Youra cemas.
Maldo andwae!” Kata Jung Yoon gusar. “Belum pernah sekalipun terjadi percobaan pembobolan sebanyak ini dalam satu malam. Delapan puluh enam! Kita benar-benar tamat kalau server berhasil diterobos.” Jung Yoon melepas simpul dasi di lehernya dan memanggil beberapa orang dari mejanya.
Ketika pria itu menjelaskan kepada rekan-rekannya, semua mata mengarah pada Youra yang sekali lagi menjadi heran, mengapa mereka memberikan tatapan yang sama seperti yang dilakukan Jung Yoon tadi. “Waeyo?” tanya Youra berupa bisikan.
Neon aneun ke amugeotdo eobguna?—Kau benar-benar tidak tahu apapun, bukan?” Park Jung Yoon balik bertanya kepada Youra.
Moleukasseoyo! Je amugeotdo an haesseoyo!—Aku tidak tahu! Aku benar-benar tidak melakukan apapun!” jawabnya tersinggung. Kedua pipinya menghangat mendengar tuduhan seperti itu.
Park Jung Yoon tersenyum menenangkan dan menjawab pelan, “Arasseo.” Kemudian dia menambahkan kepada beberapa orang—yang masih saja menatap Youra dengan pandangan menyelidik—dengan suara keras. “Ya! Mwo haneun geoya? Ireoji malayo, jinjja! Katni dasinineun keoyeyo. Keuromnikka, uri seoro mijyeo, eoh?—Apa yang kalian lakukan? Jangan seperti itu! Kalian ini bekerja bersama-sama. Jadi, mari saling percaya satu sama lain, oke?”
Terdengar beberapa gumaman “Arasseo,” sebagai jawaban dan mereka segera kembali ke meja masing-masing tanpa melihat ke arah Youra lagi. Meskipun begitu, tetap saja Youra merasa kesal dan bingung. Namun, sebelum dia beranjak satu langkah pun, Park Jung Yoon telah berkata lagi.
Mianhae—Maaf.” Ucapnya tulus. “Kejadian seperti ini baru pertama kali terjadi dan kau berada dalam posisi yang sulit. Kau karyawan baru dan seorang programmer yang hebat. Jadi, maaf jika beberapa orang menaruh curiga padamu.”
Youra mengangguk tidak kentara. Dia masih merasa kesal atas tuduhan yang tidak berdasar tadi. Dan setelah membungkuk satu kali pada Jung Yoon, Youra kembali ke mejanya, menganalisis ulang laporan pembobolan itu.

Dua jam kemudian Park Jung Yoon mendatangi Youra yang tengah berkutat dengan sebuah software yang dia gunakan untuk mendapatkan jejak—trace—dari para hacker tersebut. “Ada hal baru?” tanyanya ingin tahu.
“Kau tidak akan percaya ini.” Jawab Youra sambil menggeleng. “Dari delapan puluh enam kali percobaan, 40% berasal dari IP yang sama. Sementara selebihnya tidak bisa dilacak. Ini benar-benar aneh.”
“40%? Kau sudah menemukan dimana persisnya?” tanya Jung Yoon lagi.
Pertanyaan Jung Yoon membuat Youra membeku seketika. Dia tidak berani mengucapkan kebenaran atas apa yang telah diketahuinya. Youra menarik nafas panjang sebelum akhirnya menjawab dengan hati-hati. “Aku.. sudah berulang kali melakukan pelacakan tetapi semuanya mengarah pada satu tempat. Pembobolan itu.. dari K-Fashion..” suaranya melemah ketika mengucapkan dua suku kata terakhir.
Sejenak tampaknya Jung Yoon tidak merespon perkataan Youra. Namun, satu detik setelahnya, sebuah teriakan membuat telinga Youra berdenging hebat. “MWO—APA?!” lengking Jung Yoon frustasi. Dan dalam waktu sekejap, Jung Yoon sudah berada di mejanya lagi, mulai berkonsentrasi penuh pada monitor dihadapannya.
Youra benar-benar merasa cemas sekarang, karena dengan adanya bukti bahwa alamat IP yang mencoba meretas sistem K-Fashion ternyata berasal dari perusahaan ini, otomatis menambah kecurigaan orang-orang terhadap dirinya. Meskipun dalam hati dia ingin sekali berteriak bahwa meretas server perusahaan tidak akan memberikan keuntungan apapun padanya, tetapi nyatanya Youra memilih bungkam seharian. Mengacuhkan setiap bisik-bisik dan bertekad untuk mencari tahu siapa pelaku pembobolan sebenarnya..
***

DONGHAE merapatkan mantel cokelat mudanya yang sudah terlihat bulukan. Angin sore bertiup cukup segar kali ini, membawa sedikit rasa sejuk pada benaknya yang gelisah. Entah sudah berapa kali dalam satu jam belakangan Donghae memutar kepalanya kebelakang, ke arah pintu keluar atap dan selalu saja dia terpaksa menelan kenyataan bahwa gadis itu tidak datang.
Youra Leavanna.
Batinnya mencelos ketika mengingat nama itu. Dia benar-benar merasa bersalah karena telah bersikap kelewatan pada Youra minggu lalu, ketika gadis itu memergokinya sedang tertawa. Donghae hanya tidak terbiasa dengan cara Youra yang selalu membuatnya nyaman, membuatnya lupa bahwa dia tidak boleh membiarkan orang lain mengetahui keberadaannya. Atau dia harus menghilang lagi.
Tapi sudah tiga hari Youra tidak pernah muncul di atap gedung. Padahal sebelumnya, gadis itu tidak pernah tidak datang meskipun Donghae mengusirnya berulang kali. Dan kini ketika dia ingin menemui gadis itu, dia malah menghabiskan tiga hari tanpa hasil.
Apakah gadis itu benar-benar marah padanya?

Donghae menghela nafas panjang sambil melarikan kedua bola matanya ke arah langit malam, pada senja yang baru saja berganti warna menjadi kelabu, membiarkan bintang-bintang menghiasi angkasa dengan sedikit semburat kekuningan diujung kaki langit. Dia benar-benar berharap gadis itu akan datang dengan senyum atau yang paling parah, merengut sebal padanya. Tapi, sudah hampir tiga jam Donghae menunggu dan Youra tidak kunjung datang. Kalau begitu semuanya menjadi jelas, gadis itu benar-benar marah padanya.
Baru saja Donghae hendak berbalik ketika dia melihat sebuah cahaya samar dari gedung di hadapannya—gedung Administrasi—dan sebuah pertanyaan muncul di kepalanya, Jam kerja sudah usai berjam-jam yang lalu, jadi siapa yang masih bersedia tinggal di kantor hingga kini?
Setelah mengambil sebuah senter dan menyisipkannya ke dalam saku mantel, Donghae bergegas menuju gedung administrasi. Langkahnya lebar-lebar, menunjukkan ketergesaan. Dan hampir sepuluh menit kemudian, Donghae tiba di depan pintu ruangan IT. Dia berjalan dalam diam dan jantungnya seakan melompat keluar ketika melihat seseorang yang duduk dibalik meja komputer.
“Youra..?” tanyanya terkejut.
Gadis itu juga kelihatannya terkejut, melihat bagaimana dia terlonjak ketika melihat sosok Donghae. “A–ahjussi?!” ucapnya keras, kemudian menghela nafas dalam-dalam. “Kau menakut-nakutiku saja.” Keluhnya masam.
“Apa yang kau lakukan disini?” ujar Donghae sambil melemparkan pandangan ke seluruh ruangan yang kosong.
“Kerja.” Jawabnya sederhana.
“Pada jam segini?”
“Memangnya bagimu aku terlihat sedang apa?” tanya Youra sengit, melotot pada Donghae melalui ekor matanya.
Donghae mengedikkan bahu dan menjawab sekenanya. “Seperti melakukan sesuatu yang rahasia, menurutku.”
Dengan jelas Donghae mendengar dengusan Youra yang kesal dan gerutuannya yang mustahil didengar—kalau saja dia tidak memperhatikan bibir Youra yang membuka tanpa suara apapun. Dan dalam beberapa menit, gadis itu sudah tenggelam kembali pada konsentrasinya menghadapi rangkaian kalimat-kalimat yang tidak dimengerti Donghae. Dia mengambil kesempatan itu untuk memperhatikan Youra dengan seksama.
Tidak ada yang berbeda dari wajah gadis itu, semuanya masih sama seperti pada saat terakhir kali Donghae melihatnya. Kedua alis matanya bertaut—menunjukkan bahwa Youra benar-benar sedang berpikir keras. Bibirnya yang merah muda itu sesekali mengatup tetapi lebih sering mendesah kesal. Dan pipinya masih saja berwarna putih gading, hampir seperti pucat—dan tiba-tiba saja Donghae ingin melihat kedua pipi itu merona.
“Dengar,” ujar Donghae setelah merebahkan diri di kursi disamping Youra. “Kenapa kau tidak datang lagi ke atap?”
Youra bahkan tidak repot-repot memalingkan wajahnya. “Aku sibuk.” Jawabnya sarkastis.
“Bukan karena kau marah padaku?”
“Menurutmu begitu?” Youra balik bertanya setelah dia mengalihkan pandangannya kepada Donghae.
Ada sesuatu yang membuat Donghae semakin ingin melihatnya tersipu. Sebab gadis ini tahu dengan baik bagaimana dia menjaga perasaannya agar tidak terpapar jelas. “Aku tidak tahu. Tapi karena kau menghilang selama tiga hari, aku mengasumsikannya begitu.”
Sekali lagi, Youra menarik nafas panjang dan dia menatap nanar ke arah monitor tanpa benar-benar terfokus. “Tadinya begitu. Karena aku benar-benar jengkel dengan sikapmu. Aku tidak mengerti mengapa kau selalu saja berubah menjadi begitu dingin setiap kali aku mulai berpikir kau sedikit menyenangkan. Dan sekarang kau peduli apakah aku marah atau tidak?”
“Maafkan aku.” Ucap Donghae berupa bisikan. Youra memalingkan wajahnya dengan cepat dan kedua bola matanya menunjukkan kekagetan. “Aku tahu aku telah bersikap kelewatan terhadapmu. Tapi percayalah, aku benar-benar tidak berniat begitu. Aku hanya tidak terbiasa dengan hubungan pertemanan atau apapun. Aku terlalu takut.. jika ternyata kalian akan meninggalkanku..”
Dia bisa melihat wajah Youra yang tertegun dan menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. “Kau memaafkanku, kalau begitu?” sambung Donghae lagi.
“Berhentilah, Ahjussi. Aku tahu kau akan membentakku lagi jika aku lengah. Aku sudah memaafkanmu, bahkan jika permintaan maafmu hanyalah gurauan.”
“Aku tidak bergurau, Youra. Kau harus tahu, belum pernah ada yang benar-benar berbicara padaku dengan penampilanku yang seperti ini. Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak dekat-dekat denganku. Tapi, jika kau benar-benar ingin mengetahuinya, aku tidak menjaga jarak dengan semua orang karena anak dan isteriku meninggal. Aku bahkan belum pernah menikah. Dan satu lagi, hampir semua dari desas-desus yang kau dengar itu melenceng begitu jauh. Jadi sekarang, aku memberimu kesempatan untuk memilih, Kau bisa berhenti menggangguku serta berhenti mengunjungi atap gedung dan hidup dalam seribu cerita tak berdasar tentang diriku atau kita bisa mulai lagi semuanya dari awal, berkenalan dan saling membuka diri. Persis seperti yang kau inginkan..” tandas Donghae dengan senyum terkembang.
Dia harus memberi selamat pada dirinya sendiri atas kata-kata yang diucapkannya pada Youra. Semuanya sempurna. Tidak memaksa dan penuh intrik. Dia amat sangat yakin Youra sedang bergelut dengan hatinya untuk menerima tawaran Donghae yang menggiurkan. Lihat saja alisnya yang meninggi, tergambar dengan jelas bagaimana gadis itu tertarik dengan usulan kedua Donghae.
 “Apakah dengan menerima usulanmu yang kedua, kau tidak akan membentakku lagi?”
Ganti Donghae yang menaikkan alisnya. “Pertanyaan yang bagus.” Komentarnya tersenyum. “Benar. Aku tidak akan membentakmu atau bersikap kasar lagi selama kau menanyakan sesuatu yang wajar.”
“Baiklah. Kita mulai semuanya dari awal.” Ujar Youra tegas.
“Aku sudah memperingatkanmu, tapi kalau itu yang kau mau, kalau begitu.. kita mulai semuanya dari awal.” Dan Donghae mengulurkan tangannya tepat kearah Youra. “Perkenalkan, aku Lee Donghae. Dan namamu adalah..?”
Selama beberapa detik Youra menatapnya dalam keheningan sebelum akhirnya menjawab datar. “Youra. Namaku Youra Leavanna.”
“Nama yang bagus sekali.” Komentar Donghae sambil mengangguk kecil. “Dan apa yang sedang kau lakukan disini, Youra-ssi? Kerja pada jam segini?”
Gadis disampingnya mendengus dan memutar bola matanya lambat-lambat. “Dasar curang.” Gerutunya sebal tetapi tetap menjawab pertanyaan Donghae. “Aku sedang menyelidiki seorang hacker yang terus-menerus berusaha meretas server perusahaan. Aku menemukan bahwa sang hacker mulai berusaha mendobrak server perusahaan pada jam-jam segini. Jadi aku harus menangkap pelaku itu sebelum orang-orang menuduhku secara terang-terangan.”
“Apa maksudmu dengan hacker yang berusaha meretas server perusahaan?”
Youra menunjuk sebuah diagram di monitor dan sebuah ilustrasi diagram lingkaran yang juga membentuk beberapa lingkaran yang semakin kecil didalamnya. “Lihat? Ini adalah tahapan dalam sebuah logika hacking. Sang pelaku sudah melewati tahap scanning, decrypt dan cracking. Tetapi dia tidak melakukan apapun di bagian connect. Inilah bagian yang paling aneh karena dia hanya meninggalkan beratus-ratus folder misterius tanpa mengambil apapun. Sebab kalau dia benar-benar berniat buruk, dia pasti bisa mendapatkan seluruh data-data mengenai keuangan, akun perusahaan, dan banyak hal lain yang begitu penting. Tetapi dia melewatkan itu semua dan memilih untuk keluar. Bukankah itu aneh?”
Alis Donghae berkerut semakin dalam mendengar penjelasan Youra. Dia sama sekali tidak mengerti IT terlebih lagi dunia hacking. Tetapi kenapa dia tidak mendengar apapun mengenai percobaan peretasan ini? Apakah tim IT masih menyembunyikannya?
Namun belum sempat Donghae berpikir lebih jauh, Youra telah lebih dulu menyelanya dengan teriakan kecil. “Dia muncul!!” sambil menunjuk ke arah monitor dengan penuh antisipasi dan dengan cepat mengetikkan beberapa baris perintah pemrograman.

Falcon_33.
Hacker itu menggunakan nama dari jenis burung elang yang digunakan untuk berburu. Tapi.. apa yang sedang diburunya?
“Apa yang kau lakukan?” tanya Donghae waspada, karena sudah beberapa menit Youra menutup mulutnya rapat-rapat tanpa mengucapkan sepatah katapun.
“Aku sedang menambah penjagaan baru di setiap titik utama server dan sejauh ini dia belum merespon apapun selain—Oh tidak! Dia berhasil kabur!” pekik Youra tiba-tiba. “Tapi kenapa dia hanya meninggalkan sebuah folder?”
“Tunggu dulu. Coba periksa apa isi folder itu.” ujar Donghae ketika dia melihat jari Youra hendak menekan tombol delete. Gadis itu tidak langsung menuruti perintah Donghae melainkan menatapnya selama beberapa saat.
“Kau.. yakin? Bagaimana jika ini adalah virus?” tanya Youra cemas.
“Kemungkinannya adalah 50% untuk setiap pilihan. Sebuah angka yang cukup layak untuk di pertaruhkan. Jadi, bukalah.”
Youra menekan tombol enter dan membuka sebuah file dengan nama falcon_33.dat dengan gelisah. Nafasnya tertahan ketika melihat layar monitor yang berubah hitam dan menunjukkan beberapa baris kalimat yang fatal:
Your server is already hacked.
The system will be down in 5 seconds.

(terjemahan)

Server anda telah diretas.
Sistem akan lumpuh dalam 5 detik.

Pada saat hitungan mencapai angka nol, monitor mendadak menjadi putih dan kembali memunculkan beberapa deret kalimat:
Thank you for playing with me!
Don’t worry,
 I will not sabotage your server today.
But I will do it properly ‘someday’.
If you are being curious why I just left a memo,
Just catch me out by yourself.
You will definitely find what the real reason is.
Can you?

Regard,
Falcon_33

(terjemahan)
Terima kasih sudah bermain denganku!
Jangan khawatir,
Aku tidak akan menyabotase servermu hari ini.
Tapi aku akan melakukannya lain kali.
Jika kau penasaran mengapa aku hanya meninggalkan sebuah memo,
coba tangkap aku.
Kau akan menemukan alasan sebenarnya.
Kau mampu?

Salam,
Falcon_33

Youra hanya terbelalak menatap layar komputer dengan keringat sebesar biji jagung menetes dari dahinya. “Sial!” umpatnya penuh emosi. Dan Donghae tidak berani mengganggu gadis itu lagi sebab kini bibirnya mengatup membentuk garis tipis—yang selalu merupakan pertanda bahwa Youra sedang kesal.
Alih-alih bertanya, Donghae hanya mendengarkan dengan seksama setiap desisan penuh amarah yang terlontar dari bibir gadis itu. Tapi semakin lama desisan itu semakin terdengar jelas dan satu setengah jam kemudian, Youra menyerah. Dia mengurut pelipisnya dengan tidak sabaran sembari memejamkan matanya sejenak.
“Aku gagal.” Desahnya lirih.
“Kau tidak gagal. Kau hanya belum berhasil. Itu dua kalimat yang berbeda.” Ujar Donghae bijaksana.
Youra menatapnya skeptis namun akhirnya dia mengangguk setuju. “Kau benar. Aku akan mencobanya lagi nanti.”
“Sekarang pulanglah. Kau harus beristirahat.” Ujar Donghae lalu bangkit, diikuti Youra yang masih memasang tampang lesu di wajahnya.

Perjalanan pulang mereka habiskan dengan kebisuan. Hanya terdengar desahan nafas panjang Youra yang kentara sekali masih menyiratkan kekecewaan. Donghae tadinya berencana singgah di suatu tempat di Namdaemun, tapi begitu melihat Youra yang terus-terusan murung, akhirnya dia memutuskan untuk mengantarnya hingga kerumah.
“Bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Youra memecah keheningan. Dan sebagai jawaban, Donghae hanya mengangguk. “Apakah aku harus memanggilmu Ahjussi atau Donghae-ssi?”
“Yang manapun tidak masalah bagiku.” Jawab Donghae mengangkat bahu.
“Baiklah, kalau begitu aku akan memanggilmu Donghae-ssi. Tidak apa-apa, kan?”
“Terserah padamu. Asal kau tidak berteriak memanggilku didepan orang banyak, aku tidak akan mempermasalahkannya.”
“Hemph.” Dengus Youra sambil memutar bola matanya. “Aku akan berbisik jika ingin memanggil namamu, kalau begitu.”
Donghae tersenyum dan baru akan menjawab gurauan gadis itu ketika ponselnya bergetar. Buru-buru dia membukanya dan melihat pop-up sebuah sms penting.
Sender: hyungnim

Dinner at 7 pm in Cheongdamdong tomorrow.

“Sebuah pesan penting?” Tanya Youra sedikit penasaran.
“Tidak juga. Hanya sebuah janji makan malam.” Jawab Donghae datar. Makan malam bersama sudah menjadi agenda wajib yang harus dijalaninya setiap bulan. Bukan hal yang sangat menyenangkan tetapi juga bukan sesuatu yang dibencinya.
Youra memilih ber-“oohh..” dalam bisikan dan setelahnya, mereka terus-terusan berdiam diri, mengunci setiap keingintahuan mereka didalam kepala masing-masing..

***

KIM KYUNG DAE menatap lekat-lekat wajah pria tampan dihadapannya. Pria itu memang tampan seandainya tidak ditutupi rambut-rambut halus yang tumbuh di sepanjang wajah serta rambut yang kelihatannya tidak terawat. Tetapi meskipun penampilannya tidak lebih dari seorang Ahjussi pengangguran yang hidup dengan selembar kardus di terowongan-terowongan subway, Kyung Dae tetap bisa melihat betapa tatapan Lee Donghae begitu dalam, memancarkan kehangatan dibalik kesan dingin yang selalu diperlihatkannya.
“Tidak bisakah kau merapikan dirimu sebelum kemari?” komentarnya ketika melihat sosok Donghae didepan pintu utama.
Donghae merebahkan dirinya di sofa setelah melempar mantel usangnya ke sembarang tempat. “Aniyo, Hyung. Aku harus mengawasi gerak-gerik beberapa orang besok. Aku harus tetap seperti ini jika tidak ingin ketahuan. Omong-omong, dimana Park Chae Rin?”
Kyung Dae tidak langsung menjawab pertanyaan Donghae, dia malah berjalan menuju meja makan yang sudah penuh hidangan dan menunggu hingga Donghae duduk di hadapannya. “Dia bilang akan datang terlambat. Sepertinya sesi pemotretan kali ini lebih lama dari biasanya. Kenapa kau bertanya padaku? Bukankah kau lebih mengetahui jadwal sehari-hari Chae Rin?”
“Memang benar.” Aku Donghae jujur. Seorang pelayan menuangkan segelas penuh air mineral dan Donghae langsung menghabiskannya dalam dua detik. “Tapi Chae Rin bisa muncul kapan saja. Dan aku tidak ingin dia memberondongku dengan berbagai macam pertanyaan jika melihat penampilanku seperti ini.”
“Aku tidak menyangkalnya. Gadis itu bahkan sudah terbang ke Jepang dua kali ketika kubilang kau sedang berada disana. Tahukah kau bagaimana dia mengamuk saat tahu hotelmu kosong? Ku harap aku bisa menyamar juga, sebab berurusan dengan Chae Rin lebih mengerikan daripada dengan para dewan komisaris.” Jawab Kyung Dae yang segera disambut gelak tawa dari Donghae.
“Ah, bicara tentang dewan komisaris, sepertinya mereka sudah kehabisan akal untuk menyudutkanmu. Apakah mereka telah menyatakan penolakan tentang investasi pelabuhan Busan?” tanya Donghae lagi, tidak peduli dengan mulutnya yang penuh daging steak.
Kyung Dae menghela nafas dan berhenti memotong steak yang masih hangat itu untuk sejenak. “Belum. Tapi mereka pasti akan menolaknya. Apa sebaiknya kita hentikan saja proyek ini, Donghae-ah?”
“Tidak. Aku tidak mau kalau proyek ini sampai gagal. Hyung, bukankah kau tahu bahwa pelabuhan adalah cara satu-satunya bagi kita untuk memantau penyelundupan obat-obatan ke Korea Selatan?”
“Tapi, apakah kau yakin semuanya akan berjalan seperti rencanamu? Donghae-ah, ini terlalu mencolok. Kita harus bersabar dan menunggu sedikit lagi—”
“Aku sudah menunggu selama lima belas tahun dan aku tidak bisa menunggu lebih lama, hyung.” Kedua bola mata Donghae menunjukkan tekadnya yang sudah bulat, hingga Kyung Dae menghela nafas dalam-dalam.
“Baiklah. Semuanya akan aku utarakan pada rapat bulanan dewan eksekutif nanti.” Jawabnya pasrah. “Donghae-ah, seandainya proyek ini berhasil dan kau sudah menemukan apa yang kau cari, kupikir.. aku sebaiknya berhenti menjadi CEO.”
Terdengar denting pisau dan garpu yang membentur sisi piring dengan nyaring. “Hyung!” geram Donghae kesal. “Aku sudah mengatakan kau satu-satunya yang bisa menjadi CEO! K-Fashion bisa hancur kalau kau meninggalkan perusahaan!”
“Tenanglah, Donghae-ah. Aku mengatakan berhenti menjadi CEO, bukannya pergi dari K-Fashion.
Dengan kerutan alis yang menunjukkan kekesalan, Donghae menatap Kyung Dae yang masih saja tidak terpengaruh emosinya. “Aku tidak ingin membahas masalah itu sekarang, hyung. Aku harus berkonsentrasi pada pencarianku dulu. Lagipula, sudah lima belas tahun kau menjadi orang terpenting di K-Fashion, dan perusahaan itu membutuhkanmu lebih dari apapun.”
“Entahlah. Ide untuk mundur dari jabatan CEO sepertinya cukup menyenangkan. Terlebih lagi beberapa minggu belakangan ini, entah kenapa masalah sepertinya belum juga habis.”
“Hyung, apakah kau sudah mendapatkan laporan dari tim IT?” tanya Donghae tiba-tiba, menolak untuk mengomentari perkataan Kyung Dae sebelumnya.
“Sepertinya belum. Memangnya ada apa?” Tanya Kyung Dae sedikit bingung. Donghae biasanya jarang sekali ikut campur dalam masalah IT sebab dia tidak terlalu suka berkunjung ke gedung itu.
Donghae sempat terlihat ragu, tetapi dia akhirnya menceritakan apa yang terjadi pada malam ketika dia dan Youra dijebak oleh sebuah pesan dari seorang Hacker bernama Falcon_33. Perlahan-lahan raut wajah Kyung Dae berubah pucat, pelipisnya berkerut gelisah dan sebentar-sebentar dia menyeka keringat di dahinya. Namun karena Donghae tidak terlalu memperhatikan perubahan air muka Kyung Dae, dia sama sekali tidak menyadari bahwa Kyung Dae sedang menutupi sesuatu..
“Gadis itu.. Dia Youra Leavanna, karyawan asing yang baru bekerja selama tiga bulan belakangan, bukan?” tanya Kyung Dae dengan wajah datar, sebisa mungkin menyembunyikan kecemasannya yang sudah membuncah.
Ne, majayo—Ya, benar. Dia benar-benar sudah berusaha keras untuk menemukan siapa falcon_33 itu. Hyung, kupikir kau harus memberinya selamat atau apapun padanya.”
“Tentu, tentu. Aku akan mengingatnya,” ucap Kyung Dae sambil berpikir keras, menyusun sebuah rencana baru.
Dia harus cepat menyingkirkan gadis itu sebelum semuanya berantakan.
Mereka melanjutkan makan malam tanpa membicarakan masalah bisnis atau K-Fashion lagi. Kebanyakan dari percakapan mereka setelahnya hanyalah mengenai beberapa hal remeh seperti mobil Kyung Dae yang sudah layak diganti atau tempat tinggal Donghae yang kelewat kumuh. Sama sekali menghilangkan kesempatan bagi salah satu diantara mereka untuk menunjukkan kecemasan. Terlebih pada Kyung Dae, yang sudah tidak sabar untuk duduk di depan meja kerjanya dan memikirkan cara bagaimana dia bisa menyelesaikan semuanya tanpa tercium oleh Donghae.
Dan salah satunya adalah Youra Leavanna.

***

“Youra Leavanna-ssi? Kau ditunggu Kyung Dae Sajangnim (boss) di ruangannya.”
Seluruh mata membelalak pada Youra yang terlihat kaget. Dan satu detik setelahnya, kasak-kusuk langsung berdengung di ruangan itu, bagai kumpulan lebah yang tengah bergabung bersama koloninya, menciptakan keributan tak terhentikan. Beberapa orang terlihat tidak begitu peduli, dan orang-orang yang bersimpati padanya, tersenyum menyemangati. Tapi tidak sedikit yang melayangkan tatapan ingin tahu dan antisipasi yang berlebihan.
Dan untuk sesaat Youra merasa isi perutnya berjumpalitan.
Laki-laki yang dipanggil Kim Kyung Dae itu masih belum mendongakkan kepala meskipun sudah hampir lima menit penuh Youra berdiri tepat dihadapannya. Dia terlalu takut untuk berdeham atau menimbulkan suara apapun yang bisa merusak konsentrasi Kyung Dae dari deretan huruf-huruf dibawah hidung pria itu.
Youra hanya berdiri mematung, berharap setengah mati bahwa dia tidak sedang mendapat masalah atau yang paling parah, dikeluarkan dari pekerjaannya. Beberapa hari belakangan Youra sudah berusaha melacak sang hacker tetapi belum satu petunjuk pun dia peroleh. Ini gawat. Sebab jika Kyung Dae meminta penjelasannya mengenai percobaan pembobolan server utama K-Fashion, Youra sama sekali tidak punya bukti yang meyakinkan bahwa bukan dia pelakunya.
“Youra-ssi,” panggil sebuah suara berat dan Youra terseret kembali ke alam nyata, terbangun dari lamunannya. “Kudengar kau lah yang sudah menemukan siapa hacker yang berusaha meretas server K-Fashion. Benarkah begitu?”
Youra bahkan tidak sadar bahwa mulutnya terbuka lebar mendengar pernyataan sekaligus pertanyaan Kyung Dae barusan. Apa yang diperkirakannya ternyata berbeda 180 derajat, Kyung Dae sepertinya tidak sedang menuduhnya. Apakah ini pertanda bagus?
“Err.. itu.. sebenarnya masih belum. Aku hanya menemukan sebuah nama tetapi sama sekali belum mendapatkan identitas asli pelaku itu.” Jawabnya jujur. Youra mendesah dalam hati dan sedikit menyesali kejujurannya sebab penjelasannya ternyata tidak terdengar terlalu mengesankan.
“Benarkah? Kau tidak bisa melacak posisinya? Apakah dia sudah mencuri atau merusak sesuatu yang berharga? Maaf, aku tidak terlalu mengerti dunia IT, Jadi kuharap kau mengerti pertanyaanku.” Ucap Kyung Dae sambil membenarkan posisi kacamatanya lalu menatap Youra dengan wajah serius.
Youra berdeham satu kali sebelum menjawab. Hal tersulit yang harus dilakukan orang-orang pemrograman adalah menjelaskan bagaimana mekanisme program dan dia agak kesulitan jika harus menerangkannya dengan sederhana. Tapi ini adalah sebuah perintah dan dia harus berusaha keras untuk membuat Kyung Dae mengerti.
“Itu sangat sulit dilakukan karena hacker ini selalu menghilangkan jejaknya setiap kali dia melakukan satu pergerakan. Aku memang sudah menelusuri beberapa IP yang kelihatannya berpotensi tetapi sama sekali belum menemukan titik terang. Yang paling menyulitkan adalah aku tidak bisa menelusuri semua IP yang pernah digunakannya dalam meretas server kita karena jumlahnya ada ratusan dan semuanya berasal dari Negara yang berbeda-beda. Sebagai contoh, butuh hampir empat jam untuk menelusuri satu alamat IP yang berasal dari Amerika sementara dia hanya menggunakannya sebagai lompatan—bounce—untuk melakukan peretasan. Karena itulah aku tidak bisa melacaknya.
“Tadinya aku berpikir akan lebih efisien jika aku melindungi server daripada berusaha melacaknya, tetapi beberapa malam yang lalu aku menyadari bahwa hacker itu telah berhasil masuk ke dalam server tanpa ketahuan. Kupikir dia akan mulai melakukan kekacauan seperti membuat server utama lumpuh, atau menduplikasi semua data-data K-Fashion. Namun ternyata dia tidak melakukan apapun selain melihat-lihat. Dugaanku, dia sedang menunggu respon dari kita karena setelah aku berusaha mengejarnya, hacker itu langsung kabur dan meninggalkan sebuah memo.”
“Memo?” tanya Kyung Dae tiba-tiba dan Youra hanya mengangguk meyakinkan. “Memo apa?”
“Isinya seperti lelucon sekaligus ancaman bahwa dia akan merusak server K-Fashion suatu saat nanti.” Jawabnya lirih.
Kyung Dae terdiam dan pandangannya mengabur saat menatap ukiran bingkai sebuah pigura diatas meja. “Apakah kau punya laporan kapan tepatnya kau berkorespondensi dengan Hacker itu?”
Youra mencibir dalam hati. Itu bahkan tidak bisa dikatakan korespondensi. Tetapi Youra tetap menjawab pertanyaan Kyung Dae tanpa protes. “Sebenarnya tidak. Tapi kalau Anda menginginkannya, aku akan segera membuatkannya.”
“Tapi aku ingin sebuah laporan lengkap. Kapan persisnya peretasan itu terjadi, siapa aja yang mengetahui hal itu, serta setiap detail yang ada dan tentu saja, tanpa salinan.  Kirimkan padaku sore ini juga. Kau bisa?”
Dengan tanpa keraguan, Youra mengangguk, menyetujui perintah Kyung Dae. Dia sedikit bertanya-tanya dalam hati, apakah Kyung Dae memang semenyeramkan seperti cerita yang beredar, sebab pria yang mendapat julukan “tangan besi” dari para karyawannya ini sedang tersenyum menatapnya.
“Kalau begitu selamat. Selamat karena sekarang kau telah resmi bergabung ke K-Fashion dan selamat karena telah menjadi karyawan tetap.” Ujar Kyung Dae lalu mengulurkan tangannya. “Aku harap kedepannya kinerjamu semakin bagus, Youra-ssi.”
Berulang kali Youra mengerjap-kerjapkan matanya tidak percaya. Seharusnya masa percobaanya akan berakhir kurang dari sebulan lagi, tetapi kini dia sudah resmi menjadi karyawan K-Fashion! “Sajangnim, jeongmal kamsahamnida.” Ucap Youra berulang kali sambil menjabat jemari Kyung Dae penuh haru.
“Sekarang, kembalilah bekerja.” Perintah Kyung Dae sedikit tegas dan buru-buru Youra pergi setelah membungkukkan badan.

***

“Kau kelihatannya senang sekali,” komentar Donghae saat melihat wajah Youra yang dipenuhi senyuman.
“Tentu saja! Percayakah kau, bahwa aku telah menjadi karyawan tetap K-Fashion satu bulan lebih cepat? Ini hampir mustahil, mengingat masalah-masalah yang terjadi sebelumnya. Ahh.. Aku suka Seoul.” Jawabnya dengan tangan terbuka lebar, seakan hendak merangkul alam semesta.
Chukkae—Selamat. Tidakkah ada pesta perayaan atau apapun?” Donghae melirik gadis itu dengan seulas senyuman.
“Ini, ambilah. Maaf aku Cuma bisa memberikanmu ini. Aku baru saja menyiapkan laporan untuk Kyung Dae sajangnim dan tidak sempat membeli apapun.” Youra menyerahkan sebungkus plastik dan ketika Donghae membukanya, dia mendengus sambil tersenyum.
Aish, jinjja. Cuma sekaleng kopi dan kimbab? Kau benar-benar tahu bagaimana merusak pesta.” Keluhnya berpura-pura kecewa.
Youra mengerucutkan bibirnya. “Mianhae.” Ujarnya. “Lain kali akan kutraktir sesuatu yang enak.”
Donghae hanya tersenyum dan belum sempat mengatakan apapun pada Youra sebab gadis itu sedang menatap layar ponselnya yang tengah berdering. Senyuman lebar kini menghiasi wajahnya dan satu detik kemudian Youra sudah berbicara dalam bahasa lain.
Tidak ada satupun dari ucapan Youra yang bisa dimengertinya, dia hanya bisa memperhatikan bagaimana wajah gadis itu tersenyum tiada henti ketika berbicara dengan penuh semangat—dan Donghae yakin dia sedang membicarakan masalah status baru pekerjaannya. Tetapi lama kelamaan senyuman itu memudar, berganti menjadi ekspresi kaget tak percaya, juga terluka. Donghae melihat dengan jelas saat kedua mata Youra mulai berkaca-kaca dan nadanya terdengar getir. Satu kali wajah itu mencoba tersenyum, sebelum menutup panggilan, lalu kembali nelangsa.
“Sesuatu yang gawat?” tanyanya setelah membiarkan gadis itu terdiam selama beberapa menit yang cukup lama.
Youra mendesah dan menggeleng. “Bukan, tetapi sesuatu yang mengenaskan.”
“Apakah pacarmu menyampaikan sesuatu yang buruk?”
Gadis itu menggeleng lagi, membuat rambutnya semakin berantakan karena tertiup angin. “Tadi tu Oppaku, tapi memang dia menyampaikan sesuatu yang cukup untuk merusak kebahagiaanku hari ini,” jawabnya enggan.
Donghae memutuskan untuk duduk beberapa meter dari Youra, sengaja menyisakan sedikit jarak agar gadis itu tidak merasa tertekan. “Seperti apa misalnya?” tanyanya pelan, berusaha untuk tidak mengintimidasi.
“Ini sebenarnya menggelikan, tapi aku yakin semua ini setimpal dengan apa yang akan kudapatkan.” Ujar Youra setengah melamun. Donghae membiarkan gadis itu untuk menarik nafas dalam-dalam dan menghelanya dengan berat. “Percaya atau tidak, aku baru saja dicampakkan oleh tunanganku. Sepertinya dia akan menikah dengan wanita lain. Benar-benar menyedihkan..” Kalimat terakhirnya mengabur berupa bisikan, dan Donghae sempat melihat Youra berupaya menyeka matanya yang basah.
Dia sudah pernah melihat gadis itu dalam berbagai ekspresi yang berbeda dan selalu penasaran mengapa Youra memiliki begitu banyak ekspresi. Tetapi melihatnya menangis adalah sesuatu yang tidak diharapkannya. Donghae tidak mengucapkan apapun lagi setelah itu. Dia berusaha untuk mengacuhkan Youra yang sedang menyembunyikan isakan, meskipun perdebatan tentang bagaimana dia harus menghibur Youra tengah berkecamuk dalam pikirannya.
Tetapi dengan gerakan tiba-tiba, gadis itu berdiri dan berjalan menuju pagar pembatas. Donghae sempat berpikir bahwa Youra akan terjun dari tempat itu sehingga dia buru-buru bangkit mengejarnya. Namun yang dilakukan Youra hanyalah berteriak sekuat tenaga.
“DASAR KAU LAKI-LAKI BRENGSEK!!!! SEMOGA KAU TIDAK PERNAH BAHAGIA SEUMUR HIDUPMU!!!!!” meskipun teriakan Youra hampir tidak terdengar karena tertelan kebisingan kota, tapi tetap saja dia kehabisan nafas karena telah berusaha begitu keras.
Donghae memandangi punggung yang mulai bergetar itu. Pikirannya mendadak kosong dan selanjutnya, sepasang lengan kini sedang mendekap Youra. Dan lengan itu miliknya. Entah kenapa gadis itu malah terisak hebat didalam pelukannya, menangis keras-keras sambil bergumam sesuatu yang acak. Donghae tidak berusaha mendengar semua racauan gadis itu, dia hanya membiarkan Youra menumpahkan segalanya, dengan kedua lengannya yang melingkari tubuh gadis rapuh itu..

***

Benarkah Tuhan mendengarkanku?
Benarkah Tuhan ternyata memperhatikanku?
Sebab aku ingin Tuhan mengetahui,
Bahwa aku lelah berjalan sendiri.
Aku ingin Tuhan menyadari,
Jika aku tak ingin kau pergi.
Dan bila Tuhan tetap tak menghendaki,
Aku harap semua ini hanya mimpi,
Tanpa ada yang perlu kusesali..

Aoi Sora – 3 Maret 2014

7 komentar:

  1. awawawawaawwwwww....asoy nya kuraaaaaanngg ><

    BalasHapus
    Balasan
    1. please -_-"
      just wait for the next chpter, ok? XD

      Hapus
  2. Thor tau ngga aku langsung ke kolom comment lho sebelom baca part 3 ini soalnya aku mau ngeluarin uneg2 dulu.. Okkai aku cukup kaget begitu ngereload blog ini (blog ini aku masukin saved page di hape) terus ngga nemu Rendezvous ? I Called It Fate ! Part 1 sama part 2.. Aku udah sempet mikir apa jangn2 dihapus ato aku yg salah klik.. Tapi begitu baca postingan yg paling atas (aku baca itu dulu sebelom baca part 3 ini) baru aku tau kalo judulnya diubah.. Hehehe.. Seneng banget nih aku akhirnya ff ini diupdate meski aku juga nunggu sequelnya AGLNTMHR.. And soal poster okkailah aku pahami gpp ngga ada poster.. Tapi aku baru denger ada istilah sotoshop,, setauku soalnya photoshop.. Ato mungkin ada baksoshop..hehehe.. Terus soal wp'y author aku geli banget itu masih kosong (persis kek wp'ku)..hahaha okkai sekarang aku mau baca dulu part ini..hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. awww thank you >w<)
      Sequel KenKyu memang udah direncanain kok, plot garis besarnya memang udah aku siapin. tapi sabar yaa hehe

      sotosop itu sebenarnya photoshop kok, tp berhubung aku ga suka sama software yang satu itu, aku make plesetannya, sotosop *lagi-lagi gaje*

      WP itu memang ga mau temenan sama aku T_T tiap kali mau apdet ff disitu selalu aja laptopku stuck dan nge-lag. Jadi males buka wp lagi *sobs*

      Hapus
  3. SHOCK!!
    Ternyata Youra udah punya tunangan *walaupun akhirnya dicampakan :)* dan Donghae mulai membuka diri pada Youra? *sumpe lo* #apadeh
    Aaaaa....... Itu scane yang lagi pelukan kenapa singkat bangeettt...#ngambek

    Okk! Kita ke intinya~ #halah
    Siapa sebenarnya hacker itu? Apakah Kyung Dae?
    Lalu apa yang disembunyikan Kyung Dae dari Donghae? Kenapa dia cemas waktu Donghae cerita soal hacker yg nyoba meretas server K-Fashion?
    Dan kenapa harus sampe menyingkirkan Youra?
    Terus, kenapa tiba2 malah Youra diangkat jadi karyawan tetap sebelum masa trainingnya selele? #pusing

    Sebenarnya masih ada begitu banyak pertanyaan yang ingin saya tanyakan di part ini. Tapi setelah saya pikir2 lagi, ide untuk menunggu chapter selanjutnya sepertinya lebih baik :D


    Hacker dan programer. Sepertinya setelah saya baca ff ini, level kepintaran saya sedikit bertambah tentang dunia pemrograman :D soalnya penjelasan tentang dunia IT bener2 dijelaskan secara gamblang. Walaupun sedikit bingung :D #plakk

    Yang jelas saya cuma minta saatttuuu aja. Kalo ngepost ff jangan lama-lama yaa chingu #tampang melas
    Tau gag? *engga* setiap 1minggu sekali, saya pasti cek blog ini. Cuma buat mastiin udah ada postingan baru ato belum. Kkk~#lebey

    Udahan dehh, kyaknya udah terlalu panjang komen saya, takut diprotes :D buat kamu, terus semangat buat menghasilkan karya2 selanjutnya yhaa ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. scene pelukan sengaja aku singkat karena lanjutannya ada di chapter sebelah *uhuk*

      tadinya ff ini mau aku bikin sebatas 5-6 chapter aja, tapi setelah di review ulang, aku takut jangan-jangan malah lebih panjang dari KenKyu's story. Karena ceritanya berbau drama, aku jadi terpaksa menjelaskan beberapa detail termasuk hacking.

      sebenarnya penjelasan tentang dunia Hacking enggak segampang itu sih, dan aku juga bukan hacker (cuma main gamenya doang) jadi semuanya serba terbatas. Tapi yah, aku harap pembaca bisa paham dengan alur cerita yang aku buat (walau memang ribet) hehe

      Trust me, Aku kadang ga bisa tidur nyenyak karena mikirin FF yang ga pernah sempat aku ketik ;___;) kadang aku mesti rela bawa-bawa laptop kemanapun aku pergi. tapi sialnya, aku butuh konsentrasi kalo udah mulai ngetik dan biasanya ngabisin tiga hari penuh untuk nyiapin satu chapter (plus semaleman untuk ngedit ulang). Jadi, walaupun niat untuk ngepost ff AMAT SANGAT besar, tetap aja gagal kalo aku ga punya waktu luang yang memadai.. (T___T)
      *jadi curcol deh*

      Hapus
  4. Et dahh.. Kyungdae ini sbnrnya siapa coba? Beresin apa? Rahasia apa? Mwo mwo mwo? Elahh pusing pala hayati '-')\ /bhakk /lebay
    Ihhhh hug scene nya singkat sekalee :3 yg lebih intim kpn ya authorr? /plakk mwehehehe
    Keren deh pke pengetahuan ttg IT"an, sya jdi berasa pintar dan berakhir ke mudeng *ehh it's just kidding eaa~ hehehe

    Oke deh, lanjut dlu ya author~ fighting~

    BalasHapus