TITLE :
4 Minutes in Memory [6]
Alternative title :
기다리고 있었어요! 봐지? (Kidarigo Isseosseoyo! Bwaji?)
GENRE :
Action-Romance, AU (Alternate Universe)
RATING :
NC-21
CAST :
Lee Dong Hae [ 이동해 ]
Youra Leavanna [ 요우라 리판나 ]
Kim Kyung Dae [ 김경대 ]
Park Chae Rin [ 박채린 ]
Author :
@Aoirin_Sora
NOTE:
Engga tau ada angin apa, tiba-tiba pas
ngetik chapter ini, playlist aku stuck di lagu 여우비 (Acoustic Ver.) - 이선희, salah
satu OST. My Girlfriend is a Gumiho. Dan bawaannya pengen galau semaleman (;w;)
Entah kenapa jadi ngebayangin seluruh adegan ini dalam bentuk drama *ngaco* So,
bagi yang punya lagu itu di folder laptop/hp, selamat mendengarkan~ huhehuhehuheuheu
*nangis Bombay*
Dan untuk scene terakhir, aku muterin lagunya G-Dragon - Breathe dan Namie Amuro - Come. Gak tau ini berlaku buat kalian atau enggak, tapi yang jelas bagi aku dua lagu itu 'cocok' sama situasinya. huehehehehehe (////q////) *ketawa yadong*uhuk*
oke, selamat membaca~
With Love,
Aoirin_Sora
WARNING
Chapter ini mengandung unsur NC-21.
Chapter 6
『Aku
ingin dunia tahu,
Bahwa
aku menantimu,
Nafasmu, hangatmu
dan sentuhanmu..』
Sakit sekali.
Rasanya benar-benar
seperti menusuk jiwa, membakar setiap sudut relung yang mampu dijangkau ingatan.
Youra menekan dadanya dalam-dalam, mencoba menghalau pilu di hatinya, meskipun
kedua pipinya basah oleh airmata. Dia merutuki dunia, merutuki mentari yang
masih saja bersinar hangat, dan merutuki hatinya sendiri. Mengapa dia bisa
terpesona oleh pria itu, Lee Donghae yang sempurna?
Bayangan akan wajah
Donghae yang berkerut marah berkelebat di kepalanya dan Youra menggigit bibir dengan
lebih kuat. Baru saja beberapa jam yang lalu, Youra merasa pagi ini semuanya
terlihat indah dan sekarang hatinya bagaikan dirajam sembilu. Terluka dengan torehan
kenyataan yang harus diterimanya.
Sia-sia saja, sekuat
apapun Youra menahan emosi, tetap saja isakan tangis berhasil lolos dari
sela-sela bibirnya yang tertutup rapat. Lalu tanpa merasa perlu menahannya
lagi, Youra menangis keras. Benaknya masih dipenuhi pria dengan wajah yang paling ingin dilihatnya..
Youra bangkit, mencoba
merebahkan tubuhnya diatas kursi keras di belakangnya. Ditatapnya kilauan sinar
matahari yang menyala-nyala—kuning yang membutakan penglihatan—lalu kedua
matanya menutup dan kembali terekam percakapan antara dirinya dan Park Chae Rin
beberapa saat yang lalu..
“Tunggu.” Seru seseorang dibelakang, ketika dia hendak menekan tombol
pada panel lift dihadapannya. Youra berbalik dan menemukan Park Chae Rin yang sedang
menuju ke arahnya. Rambut gadis itu memantul kesana-kemari, bersamaan dengan
langkahnya yang tergesa-gesa. “Aku ingin berbicara.” Ujarnya lagi.
Youra mengikuti Park Chae Rin yang sekarang berjalan didepannya, menuju
ke tangga darurat dan mengacuhkan tatapan sekretaris Kyung Dae yang penasaran. “Ada
apa?” tanya Youra berusaha ramah. Sejujurnya
dia sedikit khawatir jika Chae Rin mengetahui apa yang terjadi antara Donghae
dan dirinya tadi malam.
Tatapan mata Park Chae Rin berubah menjadi sekeras batu. Gadis itu bersedekap
dan matanya kini menyipit curiga. “Kau adalah gadis yang semalam berada di hotel
dengan Donghae-oppa, bukan?”
Kedua mata Youra membelalak ketika apa yang ditakutkannya malah
terjadi. Dia ingin menjawab—atau
membantah, namun lidahnya seakan tak lagi bernyawa. Youra memandangi Chae Rin
yang masih bersedekap dan tiba-tiba saja gadis itu meraih ID Card yang
menggantung di lehernya—membuat Youra
terkejut dengan gerakan mendadak gadis itu.
“Jadi namamu adalah Youra Leavanna? Baiklah, sepertinya aku harus
memberitahu beberapa fakta padamu,” kata Chae Rin seakan hendak mendikte. “Aku
tidak peduli apa yang kalian lakukan di hotel tadi malam, atau sudah berapa
lama kalian berhubungan tanpa sepengetahuanku. Tapi, kau harus mengetahui bahwa
aku adalah tunangannya. Donghae-oppa adalah milikku. Dan aku tidak ingin melihatmu
berada disekitarnya, Youra-ssi.”
Youra tertegun, membiarkan lidahnya membeku lebih lama dan memberi
otaknya sedikit waktu untuk menyerapi perkataan Chae Rin sebelum akhirnya dia
tersadar. “Tidak ada yang terjadi diantara kami.” Bisiknya bohong. Jelas sekali
Chae Rin menyadari kebohongan itu sebab wajahnya malah merah padam ketika
menyangkal.
“Baguslah kalau begitu,” komentar Chae Rin sarkastis. “Karena apa pun
yang dikatakannya padamu, semuanya adalah dusta. Aku tidak bermaksud buruk
padamu, Youra-ssi, tapi kau bukan yeoja pertama yang terlibat asmara dengan
Donghae-oppa. Dan sebagai catatan, tidak pernah sekalipun wanita-wanita itu mendapatkan
apapun darinya selain penderitaan.” Chae Rin tersenyum puas ketika melihat
ekspresi syok yang terhampar di wajah Youra.
“Aku ingin kau paham, karena meski kau merasa telah mengenalnya dengan
baik, kenyataannya kau tidak mengetahui apapun tentang dirinya, bukan? Aku
tidak ingin kau berharap terlalu banyak padanya, Youra-ssi. Sebab, Donghae-oppa
adalah milikku. Dan sejak awal, hubungan diantara kalian berdua adalah kesalahan.” Tandasnya mengakhiri pembicaraan lalu
pergi.
Gadis itu bahkan tidak berbalik untuk memastikan apakah Youra masih hidup
atau tidak, dia terus berjalan melewati pintu tangga darurat, meninggalkan
Youra yang gamang.
Kesalahan.
Benar. Sejak awal semuanya merupakan kesalahan. Dan semua adalah
salahnya. Kenapa dia harus penasaran mengenai Ahjussi itu? Salahnya lah untuk
semakin dekat pada Donghae. Tetapi tetap saja dia tidak bisa menarik segala
yang telah berlalu, yang bisa dilakukan Youra hanyalah mengubahnya.
Kedua kaki Youra terasa goyah ketika memijaki koridor. Tadinya dia
berniat untuk naik ke atap dan mencoba mendapatkan ketenangan disana. Tapi
Youra mengurungkan niatnya, sebab dia takut tempat itu malah akan semakin membuatnya
terluka. Namun betapa ngerinya dia ketika Donghae malah menyambar tangannya
ketika dia hendak memasuki lift…
Youra menahan napas ketika
mengingat tatapan pria itu dibalik kelopak matanya yang menutup. Untuk sesaat,
dia merasa senang bisa menatap Donghae sesuka hatinya. Guratan-guratan di sekeliling
mata pria itu seakan membentuk sulur-sulur artistik ketika wajah itu tersenyum,
menampilkan bayangan yang bahkan lebih hebat daripada mimpinya. Dia memang
tidak bisa melihat kemiripan antara Ahjussi lusuh dan Eksekutif Muda cemerlang—meskipun
sebenarnya kedua orang itu adalah sama—tapi setidaknya dia masih mengenali sepasang
mata cokelat indah yang selalu menyita perhatiannya sejak lama.
“Bodoh,” ucapnya
keras-keras. “Patah hati seperti orang bodoh,” dengus Youra pada dirinya
sendiri. Dia mengerti bahwa hatinya yang menyedihkan baru saja menerima kenyataan
yang menghampirinya; Dua orang lelaki membuatnya patah hati dalam kurun waktu
beberapa hari.
‘Hebat sekali,’ batinnya mengejek,
menolak mempercayai kalau butiran air mata baru saja melesat menuruni pipinya
yang pucat..
***
Hari ini sama buruknya
dengan hari-hari sebelumnya, hingga Lee Donghae terpaksa menumpahkan seluruh
kekesalannya pada semua staf yang bertanggung jawab atas Fashion Event yang tinggal tiga hari lagi. Sejauh ini mereka sudah
mengubah tema sebanyak tiga kali dalam seminggu, membuat setiap orang di K-Fashion
seakan dihantui mimpi buruk. Tidak ada badai, sebab ini masih bulan agustus,
tapi apa yang terjadi di K-Fashion lebih mengerikan dibanding dengan badai di
tengah samudra sekalipun.
Puluhan kertas berhamburan
sepanjang koridor di gedung Fashion, sementara decakan gelisah terdengar di
penjuru ruangan. Ini adalah hari terakhir bagi mereka semua untuk menyelesaikan
seluruh detail yang di perlukan saat Fashion Event dan tenggat waktu itu akan
berakhir pukul lima sore hari ini juga.
“Aku tidak peduli, kau
harus menyelesaikan gaun itu hari ini juga!” sergah Donghae kasar. Ditatapnya pemilik
wajah yang kelihatan sangat ketakutan itu dan matanya menyipit galak. “Pergi
selesaikan atau kau akan ku black list dari pesta malam ini.” ucapnya sungguh-sungguh.
Pria yang bekerja di
bagian tim desain itu memandang Donghae dengan keterkejutan dan tanpa
mengatakan apapun lagi, dia pergi setelah lebih dulu membungkuk hormat.
Pesta.
Benar, sebuah tradisi aneh
berlaku di K-Fashion. Jika kebanyakan perusahaan mengadakan pesta perayaan atas
keberhasilan proyek mereka, K-Fashion malah mengadakan pesta atas kerja keras
semua orang. Tidak peduli apakah Event itu nantinya akan sukses atau tidak, yang
paling utama adalah membayar semua tetesan keringat menjelang hari H. Untuk itulah
mereka harus menyelesaikan seluruh detail tiga hari sebelum acara Fashion Event
nanti.
Tidak heran para karyawan K-Fashion
terlihat tiga kali lebih sibuk hari ini, sebab pesta perayaan itu adalah salah
satu yang paling di nantikan oleh mereka. Selain karena mereka tidak dikenakan
biaya apapun, pesta itu juga memungkinkan semua orang untuk minum sepuas hati, tanpa takut mereka
tidak bisa bangun esok hari, sebab mereka diizinkan mengambil libur untuk satu
hari penuh.
Donghae memutar kursinya
menghadap jendela yang menghadap kearah gedung Bisnis, memperhatikan sebuah
titik yang belakangan selalu di tatapnya beberapa kali dalam sehari. Jarak
antara kedua gedung memang tidak memungkinkannya untuk melihat dengan jelas
siapa saja orang-orang yang berada disana, namun Donghae telah hafal bagaimana
siluet gadis itu karena dia menghabiskan harinya untuk mengetahui apa saja yang
dikerjakannya.
Lagi-lagi Youra berdekatan
dengan Park Jung Yoon. Dan Donghae tidak menyukai kenyataan itu.
Dia sendiri tidak
mengenali sensasi aneh yang membuatnya uring-uringan seharian ini. Tetapi
melihat bagaimana Youra tersenyum ketika bersama Park Jung Yoon, kening Donghae
berkerut janggal dan nafasnya menjadi berat. Ini bukan perasaan cemburu, semua kemarahan
ini dikarenakan sifat gadis itu yang terlalu mudah berpindah kepada siapapun
yang bersikap baik padanya. Donghae hanya…merasa kesal karena ternyata gadis
itu benar-benar tidak menganggapnya ada.
Hampir setiap hari mereka
berpapasan di sekitar gedung dan terkadang Donghae melihat gadis itu melintasi ruangan
Kyung Dae dengan tergesa-gesa. Tapi tak pernah sekalipun Youra menunjukkan tanda-tanda
kalau dia menyadari kehadiran Donghae. Wajah gadis itu begitu datar, mengacuhkan
dirinya yang mengamati Youra dengan begitu jelas. Dan itulah yang paling
membuatnya marah. Bagaimana mungkin gadis itu bersikap sangat keras kepala? Semua
wanita akan melihat kearahnya dua kali sementara Youra malah mengabaikan dirinya.
Apakah Youra benar-benar telah
melupakannya?
Donghae melirik jam diatas
meja dan kembali berpaling ke arah jendela. Namun kali ini matanya terpusat
pada area parkiran yang berada di sebelah selatan gedung. Sudah empat hari
penuh—Donghae menghitung dengan cermat—Youra selalu pulang dengan Park Jung
Yoon. Tersenyum ketika pria sialan itu membukakan pintu untuk Youra dan membiarkan
Jung Yoon memasangkan seatbelt padanya—‘apa gadis itu bahkan tidak tahu bagaimana
cara memasang seatbelt? Yang benar saja!’
Tanpa disadari, tangan
Donghae telah mengepal erat. Buku-buku jarinya memutih, tidak mempedulikan kukunya
yang menghujam telapak tangan. Mobil yang di tumpangi Youra sudah meninggalkan parkiran
dan bergabung dengan bermacam-macam kendaraan di jalan raya. Tapi belum
sedetikpun Donghae melepaskan pandangannya dari sebuah titik yang semakin lama
semakin mengabur itu.
‘Jadi itu yang kau inginkan, Youra?’ desisnya emosi. Donghae meraih
ponselnya yang tergeletak diatas meja dan menghubungi sebuah nomor. Hanya butuh
lima detik sebelum pemiliknya menjawab panggilan Donghae. “Ini aku,” ujarnya membuka
percakapan, kendati kedua matanya masih menatap ke titik dimana mobil Park Jung
Yoon menghilang dengan penuh amarah.
“Jam berapa kau selesai
fitting busana, Chae Rin-ah?”
***
‘Celaka,’ desah Youra lirih.
Dia menatap tumpukan
pakaiannya yang kelewat sederhana; beberapa potong jeans hitam dan biru gelap,
serta atasan kemeja dan kaus lengan panjang yang biasanya dipadukan dengan cardigan
berwarna monokrom. Tidak ada satupun dari semua pakaian ini yang masuk dalam
kategori Fashionable, sementara dress code yang tertera di papan
pengumuman di kantor mengharuskan seluruh karyawan—khususnya wanita—untuk
berpakaian secara Fashionable.
Youra menelan ludah dengan
panik. Pesta akan dimulai dalam setengah jam dan dia masih terjebak di depan
lemari bajunya. Dia yakin dia akan kelihatan bodoh jika mengenakan pakaian
kerja yang formal pada pesta malam ini. Tapi setelah nyaris menghancurkan
kamarnya yang mungil, Youra akhirnya menyerah. Dia tidak punya pilihan lain
selain sepotong skinny jeans yang belakangan menjadi lebih longgar dan kaus lengan
pendek berwarna gading. Untuk hasil akhir, Youra menutupi tubuhnya dengan cardigan
cokelat muda.
Tepat ketika Youra ingin menutup
lemari, ponselnya berdering dan dia mendapat sebuah pesan singkat dari Ah
Gyeong;
Kenapa kau lama sekali? Pestanya sudah dimulai! Cepat kemari Youra-ya
atau kau akan ketinggalan melihat betapa seksinya Haenoki-ssi hari ini!
Tiba-tiba saja matanya
berpaling ke sudut ruangan, tempat dimana Youra menyimpan kopernya dan sekejap
tubuhnya mengejang kaku. Dia ingat didalam sana ada sebuah gaun merah lembayung
yang sengaja disimpannya sejak kejadian malam itu—ketika Donghae menciumnya..
Youra menggeleng
keras-keras, berusaha mengenyahkan pikiran sekecil apapun tentang pria yang
sudah memiliki tunangan itu. Tapi bahkan jantungnya sendiri menghianatinya. Bayang-bayang
Donghae kembali menguap ke permukaan, menguasai pikirannya, meskipun setiap
hari dia berusaha menganggap pria itu tidak nyata. Lucu sekali mengetahui bahwa
tubuhnya masih tetap tidak bisa bereaksi wajar jika kedua mata cokelat Donghae
yang teduh meliriknya. Pori-porinya seakan membesar sepuluh kali, membuat partikel-partikel
air berhasil lolos melewati seluruh lubang di tubuhnya, bergabung membentuk keringat
dingin yang untungnya tak bisa dilihat siapapun.
Dengan gelisah Youra
memikirkan kemungkinan untuk tidak hadir ke pesta itu dan mencoba mengarang alasan
ketidakhadiran dirinya terhadap pesta yang paling ditunggu-tunggu seluruh karyawan
K-Fashion. Tapi meskipun dia berpikir beberapa macam alasan tak masuk akal, jauh
di lubuk hatinya Youra sebenarnya ingin
pergi. Atau lebih tepatnya ingin bertemu pria itu.
‘Astaga, Youra. Bisakah kau tidak bersikap begitu menyedihkan?’ batinnya
hampir menangis ketika merutuki dirinya sendiri. Kalau karena bukan baru
mendapat kenaikan gaji, Youra pasti tidak berpikir dua kali untuk segera resign dari K-Fashion. Tidak peduli
perusahaan itu adalah gambaran nyata dari mimpinya atau tidak. Mana mungkin dia
sanggup berada disana sementara Lee Donghae terus menerus mondar-mandir di
hadapannya.
Ponsel Youra kembali
berdering dan kali ini ternyata Park Jung Yoon yang menelpon. Dengan bimbang Youra
memutuskan untuk menjawab panggilan itu meski sebenarnya dia tidak tahan dengan
kebaikan Jung Yoon yang sedikit berlebihan.
“Youra-ya, kau ada dimana?”
tanyanya dengan suara keras. Youra bisa mendengar dentuman musik yang luar
biasa kencang dibelakang Jung Yoon.
“Aku sedang di…” Youra menelan
ludah dan menjawab hal yang terlintas di kepalanya. “—Jalan. Aku akan tiba
sebentar lagi.”
“Kau yakin aku tidak perlu
menjeputmu? Aku bisa tiba disana dalam waktu lima menit dengan mobilku,
Youra-ya.” Kata Jung Yoon lagi.
Perut Youra mendadak mulas
dan dia meringgis memikirkan Jung Yoon yang muncul di depan pintu rumahnya. “Tidak
usah, terima kasih. Aku akan tiba disana dalam beberapa menit. Sungguh.” Youra
menambahkan kalimat terakhirnya agar terlihat meyakinkan.
Tiga puluh menit juga masih dihitung “beberapa”, bukan?
Diujung sambungan, Jung
Yoon tampaknya sedang menimbang-nimbang penolakan Youra. Dan akhirnya sunbaenya
itu setuju lalu mengatakan Youra harus tiba dalam waktu sepuluh menit atau dia
akan datang menjemputnya, dimanapun Youra berada.
‘Baiklah. Apa yang terjadi, terjadilah.’ Bisiknya menguatkan diri.
‘Aku tak peduli apakah Lee Donghae ada disana atau tidak, sebab Aku, Youra
Leavanna, tidak akan pernah jatuh pada pesona Lee Donghae lagi. Tidak akan pernah.’
Dengan langkah percaya diri, Youra membuka pintu rumahnya dan berjalan
menyongsong malam yang pekat, ditemani bulan yang mengintip di antara ribuan bintang-bintang.
Setengah jam kemudian Youra
berhasil tiba di depan Club Answer
dengan berkali-kali panggilan dari Jung Yoon serta entah berapa ratus pesan
singkat Ah Gyeong yang memenuhi kotak masuknya. Dia berasumsi Ah Gyeong sudah
mabuk, jika melihat pesan-pesan yang dikirim untuknya yang semakin lama semakin
aneh.
Youra menyebrangi jalanan
ketika melihat lampu hijau menyala diatas kepalanya. Tetapi dalam dua langkah, tubuhnya
membeku. Sebuah mobil mewah baru saja berhenti didepan pintu masuk Club Answer
yang dijaga dua pria bertampang horror.
Dan matanya kini tidak bisa melarikan diri dari pemilik mobil itu.
Park Chae Rin turun dari sedan
mewah begitu dua orang penjaga itu membukakan pintu untuknya. Gadis itu
terlihat sangat—sangat anggun dan
seksi. Knit Dress hitam yang membalut tubuhnya yang sempurna itu seakan memang diciptakan
untuknya. Begitu serasi dengan kulitnya yang putih bersinar. Dari jauh Youra
melihat kilauan perhiasan yang dikenakan gadis itu di sekujur tubuhnya dan mendadak
dia ingin kabur ke Pluto. Park Chae Rin bukan tandingannya dalam hal apapun.
Salah satu penjaga
kemudian mengemudikan mobil Chae Rin ke area parkir sementara gadis itu
memasuki Club dengan wajah penuh senyum. Youra menunggu hingga Chae Rin telah
lenyap dari pandangannya dan dia memperhatikan sekelilingnya dengan gelisah. Dia
benar-benar ingin pulang sekarang. Tetapi penjaga itu menyadari kedatangan
Youra lebih dulu. Kedua matanya yang menyipit galak menatap Youra dengan
pandangan merendahkan. Dan entah mengapa, keberaniannya tiba-tiba saja timbul.
“Tidak boleh masuk.” Ujar
salah satu penjaga itu memperingatkan.
“K-kenapa?” tanya Youra
sengit, mencoba menyamarkan ketakutan yang mengguncang kedua kakinya.
Penjaga itu tidak
menjawab, hanya memperhatikan Youra dari atas kepala hingga ke ujung kaki. Youra
memberengutkan wajahnya dan berkata dengan sedikit kesal. “Aku salah satu
pegawai K-Fashion!”
“Buktinya?” tanya penjaga yang
tadi memarkirkan mobil Chae Rin.
Youra mengambil ID Card
miliknya dari dalam tas dan membiarkan kedua penjaga itu membaca semua
keterangan yang tertera di kartu itu. Mereka berpandangan selama beberapa detik
dan akhirnya mengangguk. “Silahkan masuk.” Ujar mereka dengan wajah masam.
Dia sengaja mendesis kesal
ketika melewati penjaga menyebalkan itu dan melangkah masuk ke balik pintu yang
ternyata merupakan sebuah lorong atau koridor panjang dibelakangnya. Samar-samar
dentuman musik yang mengguncang bangunan ini mulai terdengar. Ingar bingar yang
semakin lama semakin besar menandakan bahwa diujung koridor ini sedang terjadi keributan
yang dia yakin akan membuat kepalanya pusing. Tetapi Youra juga merasakan semangatnya
sedikit meluap karena ini kali pertama dalam hidupnya dia memasuki sebuah Club.
Pencahayaan koridor yang
sedikit gelap membuat tengkuknya meremang, dan Youra mempercepat langkahnya ketika
dia bisa melihat beberapa orang yang di kenalnya di ujung koridor. Dia bisa
mendengar lagu yang sedang dimainkan oleh DJ dan menangkap bayangan sinar laser
yang menghujani ruangan.
Youra tiba di dance floor dan sedikit syok ketika aroma
alcohol becampur tembakau memenuhi ruangan. Dia hampir tidak bisa melihat dengan
jelas siapapun dari sini sebab ternyata tidak ada cahaya selain dari sinar
laser yang ditembakkan ke seluruh ruangan. Youra mendongakkan kepalanya ke atas
dan beberapa staff K-Fashion ada disana—sehingga dia menyimpulkan bahwa lantai
dua adalah meja VIP. Dia sedikit terpana menyaksikan kerumunan orang yang
berada di ruangan itu. Semuanya begitu berbeda. Ruangan itu rasanya penuh sesak
oleh keringat dan alkohol serta musik yang memekakkan telinga, berdentum hingga
membuatnya sedikit takut.
Beberapa orang menyapanya dengan
sopan dan Youra harus menyembunyikan ekspresi syoknya ketika melihat mereka. Gaun
yang mereka kenakan benar-benar sangat seksi dan memiliki potongan rendah, seakan
berusaha memanjakan mata para lelaki yang tak henti-hentinya tersenyum genit. Orang-orang
di area dance floor bahkan lebih mengerikan
lagi. Youra yakin separuh dari mereka sudah benar-benar mabuk ketika mencoba
mengikuti irama lagu yang semakin cepat, sebab gerakan mereka sangat liar dan tak
terkendali. Ada juga pasangan yang sudah saling menempelkan bibir ditengah-tengah
lautan manusia itu, tidak mempedulikan tatapan ataupun rasa sungkan. Dan
mendadak Youra menjadi tidak nyaman. Dia ingin cepat-cepat menemukan seseorang
yang di kenalnya dan tentu saja, tidak
mabuk.
Lagi, mata Youra berusaha
mencari-cari diantara hiruk pikuk didepannya. Youra tidak beranjak satu langkah
pun. Dia masih berdiri di sudut ruangan, menerka dimana dia bisa menemukan Ah
Gyeong, atau Jung Yoon, atau Lee Donghae.
Setelah hampir beberapa
menit berdiri, Youra akhirnya melihat ke arah mini bar yang berada di sudut
kanan dan mendapati sebuah wajah yang begitu di rindukannya. Jantungnya seakan
gegap gempita ketika melihat pria itu—Lee Donghae yang sedang duduk sambil
memegang sebuah gelas kecil di tangan kirinya. Kemeja pria itu digulung hingga
ke siku, seakan menyaingi tiga kancing teratas kemeja Donghae yang membuka—menampilkan
lehernya yang mulus tanpa noda. Wajah itu tersenyum dan sesaat Youra merasa dunianya
berhenti. Tapi segera disadarinya bahwa senyuman itu bukan untuknya, melainkan untuk seseorang yang
duduk persis di hadapan Donghae.
Baru saja Youra menyimpulkan
bahwa Park Chae Rin-lah yang berhak mendapatkan senyum pria itu ketika dia
harus menyaksikan hal yang paling menghancurkan hatinya;
Lee Donghae sedang
berciuman dengan Park Chae Rin.
Youra bisa merasakan seluruh
pemandangan di hadapannya mengabur, berjalan dengan irama aneh yang tidak
dimengertinya sama sekali. Dia hanya bisa menangkap kedua mata Donghae yang menatapnya
dalam, seakan tidak hanya ingin menghancurkan hatinya, tetapi juga hidupnya.
Kedua kaki Youra bergetar
hebat dan dia tidak bisa memalingkan wajahnya dari dua insan yang tengah berciuman
itu. Pria itu membiarkan Chae Rin menciumnya dengan sesuka hati sementara
sepasang mata cokelat indahnya menghujam Youra dingin, membuatnya menggigil.
Dia bisa merasakan butiran
airmata yang turun begitu saja tanpa perintah. Sejenak Youra merasa dunianya
benar-benar telah remuk, hancur berkeping-keping. Tak lagi membentuk satuan
utuh yang memungkinkannya untuk berdiri. Tubuhnya limbung dan telinganya
berdenging tidak menyenangkan. Apakah Donghae sengaja menunjukkan hal ini
kepadanya?
Dengan satu langkah cepat,
Youra meninggalkan Club itu tanpa sekalipun berbalik ke belakang, ke dunianya
yang telah tersapu badai..
***
“Cium aku, Chae Rin-ah.” Ucap
Donghae begitu melihat sosok Youra di ujung ruangan. Gadis itu celingukan
mengamati sekelilingnya dengan sedikit resah.
Chae Rin menatapnya
bingung. “Apa?”
“Cium aku. Sekarang juga.”
Ujarnya penuh penekanan, mengabaikan keterkejutan Chae Rin yang semakin jelas. “Anggap
saja aku sedang mabuk atau apapun. Tapi kumohon cium aku sekarang sebelum aku
berubah pikiran.”
‘Dan mengejar gadis itu saat ini juga’ sambung Donghae dalam hati. Dia
terus memperhatikan Youra yang masih belum mengenalinya. Apakah gadis itu masih
berusaha tidak mengacuhkannya?
Chae Rin menatapnya lagi
selama beberapa detik sebelum akhirnya meminum habis Midori di gelasnya dan meraih wajah Donghae. Bibirnya mendekat
dengan intens, sementara nafasnya yang berhembus tak beraturan mulai menyusupi
rongga penciuman Donghae. Bibir mereka bersatu dengan cepat dan tepat ketika
itulah Youra menemukannya. Wajah itu membeku, menatapnya dengan kekagetan tak
terkira.
‘Lihat aku, Youra.’ Bisiknya dalam hati, kendati kedua matanya hanya
tertuju pada gadis itu, berusaha menyampaikan ucapannya lewat tatapan penuh
arti.
Seharusnya Donghae merasa puas
ketika menyaksikan wajah Youra yang terluka, namun entah kenapa hatinya malah hancur
melihat kepedihan yang tak terperi pada ekspresi gadis itu. Tubuhnya mengejang,
bersiap ingin mengejar langkah Youra yang berlari menjauhinya. Tapi dengan
sisa-sisa kewarasan yang ada, Donghae mengalahkan egonya yang semakin
membuncah, menggeser keinginannya untuk memeluk gadis itu detik ini juga.
“Oppa, kenapa kau ingin aku
menciummu?” bisik Chae Rin di telinganya, membuat Donghae tersadar bahwa kedua
tangan Chae Rin masih merengkuh wajahnya.
“Aku mabuk.” Jawabnya
singkat.
Dia bisa mendengar Chae
Rin mendengus tak percaya dan gadis itu berbicara dengan nada skeptis yang
cukup nyata. “Segelas Martini bisa membuatmu mabuk? Sungguh hebat.”
Donghae menatap Chae Rin
kesal. Bagaimana dia bisa mengatakan bahwa semua tingkah anehnya disebabkan
oleh seorang gadis keras kepala yang nyentrik? “Aku akan mabuk.” Ulang Donghae penuh penekanan. Dia berbalik ke arahh
bartender dan segera memesan sebotol Tequila.
“Oppa! Sebenarnya apa yang
terjadi padamu?” desak Chae Rin, mencoba mengambil botol tequila yang sedang
ditenggaknya dengan rakus. Donghae berbalik dan menemukan sepasang mata Chae
Rin menatapnya galak. Dia memutuskan tidak menjawab sepatah katapun, tetapi
Chae Rin malah menyuarakan pikirannya.
“Ini semua karena gadis
itu, bukan?” tanyanya terluka. “Jawab aku, oppa.”
Lama sebelum akhirnya Donghae
membuka mulut, menjawab ketakutan Chae Rin sekaligus menyakiti gadis kecilnya
itu. “Benar.” Ucap Donghae menghela napas. “Sekarang berikan kembali minumanku
sebelum aku benar-benar gila, Chae Rin-ah.”
“Jadi karena itu kau
memintaku menciummu?” tanya Chae Rin lagi sementara Donghae mengangguk
mengiyakan. “Tidakkah kau memikirkan perasaanku, Oppa? Apakah kau tidak
berpikir bahwa ciuman itu menghancurkan hatiku?”
“Maafkan aku, Chae
Rin-ah..” ujar Donghae menyesal. Hanya itu yang bisa dikatakannya, sebab dari
awal Donghae sudah mengetahui semua resiko yang akan dia dapatkan jika dia
ingin balas dendam pada gadis itu, Youra
Leavanna. Dan sekarang dia merasa sangat marah pada dirinya sendiri. Bagaimana
mungkin setelah menyakiti dua orang gadis, dia tidak mendapatkan apa yang
diinginkannya? Entahlah, dua pasang mata yang menatapnya terluka malah
membuatnya gelisah.
“Kau kejam sekali, oppa.” Desis
Chae Rin kecewa. Donghae bisa melihat airmata yang menggenang di pelupuk mata gadis
itu dan barulah dia menyadari bahwa perbuatannya tidak memberikan apapun selain
penyesalan.
Donghae menatap kepergian Chae
Rin dengan nelangsa, sementara beberapa orang pria mencoba mendekati gadis itu
lalu kembali menjauh ketika Chae Rin meggertakkan giginya penuh emosi. Donghae
meraih botol Tequila yang sudah
hampir habis dan menuangkan seluruh isinya kedalam gelas. Dia tidak suka mabuk,
tapi kalau satu-satunya pilihan adalah terjaga sepanjang malam dengan
pikiran-pikiran sintingnya atau tak sadarkan diri karena alkohol, tentu saja
Donghae lebih memilih opsi kedua. Setidaknya dia bisa membebaskan diri dari bayang-bayang
gadis itu untuk sementara..
‘You’ve got new messages.’
Berulang kali ponselnya berdering
tanpa jeda, diiringi sebuah suara wanita yang memberitahukan adanya pesan masuk
baru. Samar-samar suara wanita itu menyusup ke mimpi Donghae, membuatnya terjaga
dengan kepala berputar-putar.
Donghae meraba-raba sudut lemari
kecil disamping tempat tidurnya tanpa sanggup membuka mata sedikitpun. Kepalanya
berdenyut-denyut menyakitkan dan dia merasa seperti di neraka. Tenggorokannya
bahkan terasa kering kerontang, nyaris terbakar, dan lidahnya terasa sangat
pahit. Sekujur tubuhnya nyeri, dan Donghae yakin dia pasti terantuk sesuatu
semalam, sebab dia bisa mendeteksi beberapa bagian tubuhnya yang memar.
Memerintahkan tangannya
untuk tetap mencoba menjangkau ponselnya adalah satu hal yang sulit ketika dia
sedang mengalami hangover. Terlebih
jika ponsel itu terus menerus berdering, mengganggu konsentrasinya dan membuat
Donghae harus menghabiskan lima menit penuh menggapai tanpa hasil sebelum
akhirnya mendapatkan benda itu dengan satu umpatan kekesalan.
Sender: Gong Il Sun
Aku berhasil mendapatkan kabar mengenai LAD yang dipasok Mikio Ono. Semua
obat-obatan itu berasal dari Benua Amerika dan kali ini El-Chapo sama sekali
tidak terlibat. Sepertinya Mikio Ono telah bekerja sama dengan gembong narkoba
dari Benua Amerika dan telah merencanakan invasi LAD dalam waktu dekat. Tetapi sejauh
ini aku masih belum memperoleh kepastian mengenai mafia yang bertanggung jawab atas
pembuatan LAD secara illegal itu. Mereka merahasiakan pemiliknya dengan sangat
ketat. Akan kuhubungi jika aku mendapatkan informasi lain.
Nyaris saja Donghae menjatuhkan
ponselnya ke lantai ketika akhirnya dia berhasil mengendalikan keterkejutannya.
Dia sama sekali tidak menyangka bahwa El-Chapo bukanlah dalang dari semua LAD
yang kini beredar di kawasan Asia. Itu berarti ada seseorang yang bergerak
dengan hati-hati, berusaha menguasai jalur perdagangan obat bius tanpa ingin diketahui
oleh siapapun. Jelas sekali ada yang tidak beres..
Donghae melupakan hangover-nya sejenak dan buru-buru
bangkit, namun baru saja dia mencoba duduk, tubuhnya kembali limbung. Sensasi
yang selalu didapatkannya setelah puas mabuk-mabukan semalaman adalah salah
satu hal yang paling dibenci Donghae. Dia berharap rasa sakit ini akan segera
berlalu tanpa perlu bantuan obat atau apapun. Jadi dengan perasaan cemas
bercampur kesal, Donghae kembali merebahkan dirinya dengan pasrah.
Pikiran akan LAD, Mikio
Ono serta El-Chapo berkelebat di kepalanya, namun entah kenapa guratan wajah Youra
yang menatapnya penuh airmata menyelinap begitu saja, membuat Donghae mendecak
marah dan berusaha menyadarkan dirinya bahwa dia telah menghabiskan satu malam
penuh dengan berbotol-botol Tequila—yang sepertinya tidak memberikan efek
apapun selain pusing yang berlebih.
Tadinya dia ingin menunjukkan pada gadis itu bahwa Lee
Donghae bukanlah seorang Ahjussi kesepian yang pernah ditunjukkannya pada Youra.
Dia adalah eksekutif muda sukses, dengan wanita cantik sekelas Chae Rin yang
tergila-gila padanya. Dan Youra seharusnya
merasa menyesal karena telah menganggap apa yang terjadi diantara mereka adalah
kesalahan. Benar, Donghae kini merasa
marah atas sikap yeoja itu yang justru menolak menganggapnya ada. Terlebih
disaat dia ingin membuka diri pada gadis itu, kenapa Youra malah
menginjak-injak harga dirinya?
Kedua mata Donghae
terpejam dan perlahan-lahan kesadarannya membaik, membuatnya sampai pada
kesimpulan yang cukup krusial; apa pedulinya jika Youra menolak dirinya hanya
demi seorang pria biasa seperti Park Jung Yoon? Itu adalah kesalahan gadis itu. Dan mulai saat ini, dia bertekad
untuk tidak akan pernah lagi peduli pada Youra Leavanna—gadis biasa.
***
Sayangnya, lima puluh dua
jam penuh ternyata tidak cukup bagi Lee Donghae untuk mengeraskan tekadnya. Dia
masih saja mengejang kaku ketika melihat wajah gadis itu, yang tersenyum pada
semua orang diruangan ini. Bibirnya mengatup erat ketika menyaksikan Youra Leavanna
memasuki hall gedung Fashion—yang
telah di sulap menjadi ruangan megah untuk acara Fashion Event kali ini—dengan menggandeng
seorang pria.
Park Jung Yoon bahkan
berani menggamit pinggang gadis itu seakan Youra adalah kekasihnya—membuat Donghae
harus berusaha keras agar dia tidak memecahkan gelas di tangannya. Dia
memperhatikan bagaimana Park Jung Yoon tidak peduli akan tatapan orang-orang
atas kedatangan mereka yang mesra, pria itu hanya tersenyum dan terus berjalan
tanpa melepaskan Youra—jelas sekali gadis itu tidak memprotes tindakan
overprotektifnya.
Ketika jarak mereka sudah semakin dekat,
barulah Donghae menyadari bahwa Youra mengenakan gaun yang diberikannya di Hotel
waktu itu. Gaun koktail merah lembayung dengan seutas tali dibagian leher itu terlihat
sangat cocok untuk Youra. Gadis itu membiarkan rambutnya tertata rapi pada sisi
kiri kepalanya—mengekspos jelas lehernya yang jenjang.
Donghae terus menerus
menatap gadis itu dengan tajam, tetapi sepertinya baik Park Jung Yoon atau Youra
tidak menyadari wajahnya yang mungkin sudah membiru akibat menahan emosi. Mereka
berhenti di tengah kerumunan pegawai K-Fashion lalu menyapa dengan hormat, membiarkan
Jung Yoon memperkenalkan Youra dengan mata penuh pemujaan, membuat orang-orang
itu semakin menggoda Youra yang sudah merah padam.
“Konbanwa, Haenoki-san. Watashi wa Bali kara no Cavida desu. Yoroshiku
onegaishimasu.— Selamat malam, Haenoki. Saya Cavida dari Bali. Salam kenal.”
Dengan enggan Donghae
memalingkan wajahnya pada sebuah paras cantik yang ada dihadapannya saat ini. Tangan
Cavida terulur, dan demi menunjukkan kesan baik, Donghae menjabat tangan wanita
itu. “Yoroshiku — Salam kenal.” Jawabnya
berdeham satu kali lalu cepat-cepat menoleh kearah Youra dan Park Jung Yoon
yang tengah tertawa.
“Kono Fashion aibento wa hontouni sugoii desu ne. K-Fashion no saiko
desu. Ah, tokorode K-Fashion fan no gurupu nai no ka naa.. Watashi — Fashion Event ini benar-benar
keren sekali. K-Fashion memang hebat. Ah, ngomong-ngomong, aku penasaran apakah
K-Fashion tidak punya grup penggemar, karena—” kata-kata Cavida langsung
terhenti ketika dia mendapati wajah Donghae yang mengeras. “Sumimasen—maaf.” Ujar wanita itu dan buru-buru kabur dari sisi Donghae.
Donghae menggeram marah
dan melupakan kenyataan bahwa wanita yang bernama Cavida itu masih berada di
sebelahnya ketika dia mengawasi jari-jari Park Jung Yoon yang menyapu bibir
bawah Youra dengan perlahan, seakan ingin berlama-lama menyentuh bibir gadis
itu. dia bersyukur Cavida akhirnya pergi meninggalkannya sebab Donghae cukup
yakin dia bisa saja menerbangkan apapun yang berada dalam jangkauannya kearah pria
tidak tahu diri itu.
“Para hadirin sekalian, acara Fashion Event akan dimulai dalam lima
menit. Silahkan mengisi tempat duduk yang tersedia sebab lampu akan segera
dipadamkan.”
Pemberitahuan itu
memberikan Donghae sebuah ide gila—cukup gila hingga dia tidak lagi
memperhitungkan konsekuensi atas tindakan yang akan dilakukannya. Tapi satu hal
yang berhasil disadari Donghae; Youra Leavanna tidak hanya merebut perhatiannya,
bahkan juga kewarasannya.
***
“Ayo masuk,” ujar Jung
Yoon disebelahnya dan mendadak Youra merasa mulas. Dia tidak percaya diri. Sama
sekali tidak. Bukan karena apa yang dikenakannya saat ini, melainkan karena dia
sadar penampilannya ini benar-benar terlihat menyedihkan—bahwa dia mengharapkan
perhatian dari seseorang yang telah menghancurkan hatinya tiga hari yang lalu.
“Kau cantik, Youra-ya.” Imbuh
Jung Yoon dan Youra hanya meringis.
Akhirnya setelah berdiri didepan
gedung Fashion selama hampir lima menit, Youra memutuskan untuk masuk. Sunbaenya
itu langsung tersenyum semringah dan tanpa ragu melingkarkan sebelah tangannya
ke pinggang Youra. Dia baru akan memprotes namun Youra mengurungkan niatnya
ketika melihat sosok Donghae yang berdiri ditengah ruangan dengan penampilan
yang meluluh-lantakkan hatinya.
Rambut pria itu di blow
keatas, menampakkan dahinya yang memesona, menjadi pemandangan paling indah
dengan mata cokelat sempurna dan hidung mancung serta bibir tipis yang
menggoda. Untuk sesaat seluruh oksigen tampaknya lolos dari paru-parunya, sebab
wajah Lee Donghae ternyata menggantikan oksigennya.
Pakaian pria itu tampak
formal dengan setelan tuksedo hitam mengilat dengan sebuah dasi kupu-kupu
melingkari kerah kemejanya. Donghae memegang sebuah gelas sampanye dan Youra
melihat bahwa kedua tangannya menggunakan sarung tangan putih dengan desain unik
yang serasi dengan warna kemejanya.
Pria itu tersenyum ketika
bersalaman dengan seseorang dan Youra benar-benar bersyukur Jung Yoon
meletakkan tangannya di pinggang Youra, sebab dia yakin tubuhnya tidak punya
tenaga lagi untuk sekedar berjalan. Namun tiba-tiba kepanikan melandanya. Bagaimana
jika Donghae melihat gaun ini dan menyadari bahwa Youra sebenarnya masih tidak
bisa melupakan pria itu? Bahkan setelah pria itu memporak-porandakan hidupnya?
Bayangan akan Park Chae
Rin dan Donghae yang sedang berciuman kembali menghantui pikirannya dan Youra memandang
sunbaenya setengah putuh asa. Dia sangat ingin pulang sekarang. “Jangan
khawatir, Youra-ya. Aku akan selalu bersamamu.” Bisik Jung Yoon tersenyum,
mengirimkan ketenangan ke sekujur tubuhnya. Youra menarik napas panjang dan memberanikan
diri memasuki hall gedung K-Fashion.
“Wah, kau cantik sekali, Youra-ssi!” seru salah
seorang dan tiba-tiba saja mereka dikelilingi orang-orang yang sangat ingin
tahu.
“Apakah kalian berdua
berkencan?” tanya Ae Jung, resepsionis gedung Administrasi, sementara yang lain
menunggu jawaban sambil menahan nafas.
Youra hendak mengatakan “tidak”
ketika dia mendengar Jung Yoon menjawab santai, “benar,” dan sekeliling mereka
menjadi riuh. Youra bisa mendengar beberapa pria mendengus jengkel dan bergumam
“Sial!” dengan jelas. Namun pertanyaan-pertanyaan berikutnya semakin mendetail
hingga Jung Yoon harus berkata dengan tegas bahwa Youra butuh minuman agar bisa
meloloskan diri dari mereka.
Jung Yoon menariknya
menuju meja penuh makanan dan memberikan sebuah piring kecil padanya. Dalam
hitungan detik, piring itu sudah terisi dengan berbagai macam kue—membuat
cacing kecil diperutnya berteriak bahagia—dan Jung Yoon memaksanya untuk menghabiskan
kue-kue itu sebelum dia jatuh pingsan.
“Jujur saja, aku tidak
punya keyakinan untuk bisa menggendongmu sampai kerumah.” Ujar Jung Yoon dengan
cengirannya.
“Mwo?! Ya, Sunbaenim! Apa
kau pikir aku seberat itu?” tanya Youra pura-pura tersinggung.
“Uhm, maafkan aku. Mungkin
kau lebih ringan daripada Ah Gyeong,” jawab Jung Yoon sambil mengerling.
Youra tertawa mendengar jawaban
Jung Yoon dan balik menggoda sunbaenya itu. “Tunggu sampai Ah Gyeong mendengar bahwa
Jung Yoon sunbaenim mengatainya ‘berat’, aku yakin dia akan memberimu tatapan tak
bersahabat selama berminggu-minggu.” Ujar Youra dalam tawa.
Park Jung Yoon memasang
tampang memelas dan berkata membujuk, “Ku mohon, jangan katakan pada Ah Gyeong.
Aku berjanji aku akan membopongmu kemanapun yang kau mau. Eoh?”
“Setuju.” Sambar Youra
cepat dan mereka tertawa bersama.
Malam ini sepertinya tidak
begitu buruk. Entah karena suasana hatinya yang sedang bagus atau memang sunbaenya
yang sangat menyenangkan, Youra merasa
dia bisa melewati malam ini dengan perasaan bahagia. Tanpa hal-hal buruk.
“Ayo kita cari posisi yang
bagus.” Usul Jung Yoon setelah mendengar pemberitahuan. Dan tanpa menunggu jawaban
dari Youra, pria itu menarik sebelah tangannya.
Fashion Event kali ini
memang tidak dilaksanakan di aula pergelaran busana seperti biasanya. Bertepatan
dengan hari jadi K-Fashion yang ke lima belas, tim Event Organizer membuat sedikit
perubahan dengan menggelar acara di hall
gedung utama. Tema Fashion Show-nya adalah Vintage
on the street, yang memadukan atasan Vintage dan bawahan kontemporer yang saling
bertabrakan—namun mengundang decakan kagum. Beberapa koleksi terbaru Alexander
McQueen juga terlihat memberikan sentuhan eksentrik pada setiap rancangannya, membuat
para pengamat mode merasa tertarik.
Youra hanya sempat melihat
tiga orang model yang ‘menari’ di atas
panggung peragaan sebelum seseorang berdeham dibelakang mereka—Youra dan Park
Jung Yoon.
“Maaf Park Jung Yoon-ssi,”
ujar seseorang itu dan mereka segera berbalik. “Anda ditunggu Sajangnim di hall gedung Administrasi.” Imbuhnya.
Park Jung Yoon menaikkan
alisnya dan memandangi pria yang sepertinya berprofesi sebagai penjaga itu. “Sekarang?”
tanyanya. Sebagai jawaban, pria itu
mengangguk.
Jung Yoon berpaling ke arah
Youra dan meletakkan tangan kanannya di pipi Youra yang sedikit terkejut. “Maaf,
aku harus pergi sebentar. Aku berjanji akan segera kembali.” Bisiknya enggan,
membiarkan tangannya menggelincir turun hingga ke leher Youra—membelai perlahan
dagu Youra dengan ibu jarinya.
“Tidak apa-apa.” Jawab Youra
cepat, merasa risih dengan perlakuan sunbaenya itu. “Cepatlah. Sajangnim tidak
akan suka jika menunggu lama.”
Dengan berat hati Park
Jung Yoon melepaskan tangannya lalu berbalik, sebelum menatap murung pada Youra
yang berusaha tersenyum membesarkan hati. Dia merasa sedikit ketakutan ditengah
ruangan gelap yang hanya mengandalkan penerangan dari sorotan lampu-lampu
panggung yang tak menjangkau seluruh ruangan. Youra memutuskan untuk mengambil
segelas air di meja terujung, yang memiliki lilin-lilin romantis sebagai sumber
cahaya tanpa menyadari sebuah siluet yang tengah mengikutinya dari belakang.
Belum lagi Youra tiba di
meja itu, seseorang telah menarik paksa pergelangan tangannya. Dia terlalu
terkejut untuk membuka mulut—darah di otaknya telah melesat turun dengan
kecepatan penuh, tidak mengizinkannya untuk berpikir apalagi berteriak. Youra
hanya pasrah ketika tangan itu menyeretnya dalam kegelapan, tanpa tahu siapa
dan kemana dia akan dibawa.
Namun semuanya terjawab
ketika Youra melihat sebuah cahaya di ujung koridor—tepat di depan lift yang
membuka—dan jantungnya seakan melompat keluar ketika Lee Donghae membenturkan
tubuh Youra dengan kasar, masuk ke dalam lift.
Hanya sekejap, tapi dia
bisa melihat kilatan amarah di mata pria itu sebelum Donghae memunggunginya dan
menekan tombol di dinding lift. Youra mendengar teriakan-teriakan penuh semangat
yang disela dengan tepuk tangan meriah di kejauahan sebelum pintu lift menutup—dan
kesadarannya kembali.
“Donghae-ssi! Apa yang—”
Youra bahkan tidak sempat menyelesaikan kalimatnya sebab Donghae telah menutup mulutnya
dengan sebuah ciuman.
Tepat di bibir.
Youra mengejang dan
berusaha memberontak. Tangannya mendorong tubuh Donghae yang bahkan tidak
terpengaruh sedikitpun atas usahanya yang sia-sia. Kedua tangan Donghae
memerangkap wajah Youra pada wajahnya, tidak memberikan sedikitpun celah bagi Youra
untuk bergerak—termasuk bernapas. Pria itu tidak memperhatikan kekuatan Youra
yang semakin lama semakin lemah karena berkurangnya pasokan oksigen dalam
darahnya. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa tangan-tangan Youra yang
berusaha mendorongnya tadi kini telah berhenti mencoba dan terdiam lemah.
Youra memejamkan matanya,
berusaha berkonsentrasi namun gagal. Bagaimana mungkin dia bisa tetap tersadar diantara
ciuman-ciuman Lee Donghae yang mengagumkan? Jantungnya telah berdetak seratus
kali lebih cepat, protes akan kealpaan udara sekaligus merasa gembira. Donghae
menggigit bibir bawahnya dan Youra seakan kehilangan orientasi. Pria itu
memiringkan kepala ke kanan, mencari akses untuk bisa menciumi Youra dengan
lebih leluasa.
Jantungnya berdegup liar, tak
terkendali. Namun disaat yang bersamaan Youra menyadari persediaan oksigennya
sudah mendekati batas akhir. Sehingga dia mengerahkan tenaganya lebih kuat
untuk mendorong pria itu menjauh.
Lee Donghae tersentak
kaget ketika jari-jari Youra yang ramping berhasil membuatnya menjauh setengah
meter—menginterupsi ciuman penuh kekesalannya—tetapi usaha Youra tidak cukup
untuk membuatnya berhenti. Dia kembali menerjang Youra yang hanya sempat
menarik napas tiga kali dan membungkamnya dengan ciuman memaksa.
Dengan cepat bibir Donghae
berubah kasar. Dan sekali lagi, tangannya memerangkap wajah Youra yang tak
berkutik, sementara bibirnya menggerakkan bibir Youra dengan gerakan mendesak
dan jauh lebih kuat. Membuat pikiran Youra melayang kacau diantara hasrat yang
mulai memenuhi dadanya.
Dan akhirnya tubuhnya
memberontak. Youra tak lagi bisa mengendalikan dirinya—tubuhnya mengambil alih semua
fungsi otot dan mengacuhkan otaknya yang berjuang keras untuk berpikir. Napas mereka
menggema keras di tengah lift yang masih melaju ke atas; tangan Youra mulai menggapai
kemeja Donghae dengan liar dan terengah-engah. Napas Donghae garang, nyaris
menggeram, ketika dia merasakan kedua tangan Youra yang lepas kendali meraih
wajahnya, naik ke rambutnya, dan membenamkan jemarinya disana.
Donghae menggeram senang
atas undangan Youra dalam ciumannya
yang membara. Kedua tangannya yang mengunci wajah Youra kini merosot turun ke
pinggang, menjepit punggung bawah Youra, menahan tubuhnya menjadi begitu dekat, sehingga mustahil
mereka bisa memasukkan napas ke paru-paru mereka yang mulai mengerut.
Youra merasakan dinding
lift yang dingin menyentuh punggung telanjangnya, ketika Donghae memanfaatkan
dinding itu untuk semakin merapatkan diri padanya. Membuat mereka melebur
menjadi satu. Begitu rapat hingga nyaris tak bisa disebut sebagai dua orang.
“Kau milikku. Cuma aku.” Bisik
Donghae garang, membuat tengkuknya meremang ketika helaan napas Donghae menyapu
telinga Youra.
Dia tidak bisa mengatakan
apapun sebagai tanggapan atas bisikan yang lebih terdengar sebagai perintah
itu. Donghae sepertinya juga tidak menginginkan jawaban, sebab pria itu kini
menggigit telinga Youra dan menjamah lehernya saat Youra mendesah.
“Tangan kotor itu telah
menyentuh bibirmu—” geram Donghae penuh amarah. Youra bahkan tidak sempat
membuka matanya yang terpejam—ketika pria itu kembali menempelkan bibirnya
dengan ganas, membuat hasrat Youra meledak, berhamburan memenuhi sendi-sendi di
seluruh tubuhnya. Tapi bibir Donghae
yang melumatnya ganas kini berhenti—menarik diri secepat dia memulai ciumannya—dan
pria itu menatapnya dengan seringaian penuh arti.
“Dimana lagi dia
menyentuhmu?” tanyanya dengan napas tersengal. Youra memandangnya kebingungan, tidak
mengerti apa dan siapa yang dibicarakan Donghae. Namun Donghae memberikan jawabannya.
“Leher.” Geram Donghae lalu
segera membenamkan wajahnya ke leher Youra. Samar-samar dia mengetahui siapa yang dimaksud Donghae, namun jalur
menuju otaknya seakan sudah terputus. Terkotak-kotak dalam kebutaan dan kesunyian.
Dia merasakan bibir Donghae
menjelajahi lehernya dengan tidak sabar. Sebelah tangan Donghae menjepit tubuh Youra
kedalam pelukannya, sementara yang satunya menahan kepala Youra agar tetap menengadah—membiarkan
Donghae mengakses lehernya tanpa gangguan. Youra menggigit bibirnya, menahan suara
apapun yang mencoba lolos dari kendalinya saat ini.
Keringat mulai menetes dari
pelipis Youra meskipun dia berpakaian tipis. Youra mencoba berbisik, sebab dia yakin
pita suaranya telah lenyap. “Donghae-ssi,” panggilnya lirih. Namun Donghae seakan
tak mendengarnya. Pria itu terus menjamah lehernya hingga mencapai tengkuk.
Youra menyapukan jari-jarinya
ke rambut Donghae dengan tidak sabar. Dia mendengar erangan dan dengan satu gerakan
mudah, Donghae merobek tali gaun yang melingkari lehernya. Youra menatapnya terkejut,
sementara ekspresi wajah Donghae tak terbaca.
Lima detik seakan melambat
menjadi bertahun-tahun. Ketika kedua mata mereka berpandangan selama lima detik
yang lama, semuanya terasa jelas.
Pintu lift membuka dibelakang
mereka, dan tanpa mengatakan apapun, Donghae kembali menarik Youra dengan tergesa-gesa.
Pikiran waras Youra yang menghilang ke negeri antah berantah sepertinya dipastikan
tidak akan kembali lagi. Dia sama sekali menolak segala macam teori di otaknya,
memasrahkan diri pada cengkraman Donghae yang semakin erat.
Dia mengenali koridor ini,
sebab dia selalu melewatinya jika ingin menuju ruangan terujung—ke ruangan Kyung
Dae. Ingatan Youra tiba-tiba tertuju pada Jung Yoon yang pasti sedang mencarinya
sekarang, namun semuanya buyar ketika Donghae menutup pintu bertuliskan CEO dengan
bunyi berdebum.
Youra masih bingung. Dia berjuang
mengembalikan orientasinya tetapi kemudian dia melihat Donghae membuka tuksedonya
lalu mencampakkan benda itu ke sembarang tempat—membuatnya mengerti mengapa kini
bibir Donghae telah berada di bibirnya lagi.
Ciuman mereka di penuhi napas
yang berlomba-lomba untuk keluar masuk. Menggema di seluruh ruangan yang hampir
didominasi kegelapan. Youra merasakan telapak tangan Donghae menelusuri punggungnya,
sementara kedua tangannya meraih leher Donghae lebih kuat.
Tetapi suara-suara langkah
kaki yang semakin lama semakin dekat membuat mereka terkesiap, menghentikan ciuman
mereka dengan sekejap. Donghae meletakkan telunjuknya di bibir, mengisyaratkan agar
Youra tetap diam. Mereka melangkah mendekati pintu—memastikan apakah langkah kaki
itu menuju ke ruangan ini atau tidak.
“Beritahu manajer Kim aku akan
turun sepuluh menit lagi.” Suara Kyung Dae menggema ke seluruh koridor, membuat
mereka berdua terlonjak. Sudah pasti Kyung Dae akan masuk kesini, sebab ini adalah ruangannya.
Donghae menarik tangan Youra
secepat kilat. Menuntunnya pada sebuah lemari kecil—dengan celah-celah ventilasi
yang memungkinkan mereka untuk bernapas sekaligus mengintip—di ujung ruang kerja
itu. Mereka berhimpitan di antara beberapa pasang setelan jas dan kemeja Kyung Dae
yang digantung rapi. Tepat ketika Donghae menutup pintu lemari itu, saat itu pula
Kyung Dae masuk diikuti seseorang dibelakangnya.
“Siapkan perlengkapan perjalanan
ke Brazil besok malam.” Ujar Kyung Dae setelah menyandarkan tubuhnya ke kursi berlengan
yang nyaman. Pria yang berdiri di seberangnya mengangguk patuh.
“Berapa lama anda akan berada
disana?” tanyanya sopan.
Kyung Dae memejamkan mata,
mengurutkan pelipisnya yang kelihatan tegang lalu menjawab muram. “Aku tidak tahu.
Bisa saja aku tidak akan pernah kembali lagi.”
Pria di hadapannya terlihat
terkejut lalu terdiam, seolah berusaha menemukan perkataan yang tepat—yang tidak
menyinggung hati bosnya. “Apakah… maksud anda, ada seseorang yang menginginkan nyawa
anda?” tanyanya takut-takut.
Kedua mata elang Kyung Dae
menatap pria itu tajam. “Tidak. Aku kesana bukan untuk dibunuh. Aku yang akan membunuh.” Tandasnya dingin. Menggemakan
kegarangan diantara kalimat-kalimatnya.
Youra menghela napas terkejut
lalu melirik Donghae yang telah berubah pucat. Pria itu tidak menunjukkan ekspresi
apapun selain kedua alis yang bertaut, membuatnya terlihat seperti pahatan batu
yang kurang sempurna—meski tetap tampan.
Dia menyadari kedua tangan
Donghae yang terkepal marah dan batinnya mencelos. Mungkinkah mereka telah mendengar
sesuatu yang tidak seharusnya mereka dengar?
Namun semuanya telah terjadi. Youra bahkan tidak bisa mengenyahkan bayang-bayang
Kyung Dae dari dalam pikirannya.
Tidak jika Kyung Dae ternyata
adalah pembunuh.
***
Ini
keliru.
Tak
mungkin nyata.
Namun
mengapa bisa kurasakan
Sentuhanmu
yang terasa panas?
Membakarku
egoku,
Menghanguskan
sisa-sisa akal sehat,
Dan
meninggalkan abu duka.
Aku
bernapas.
Menghirup
semua racunmu.
Tapi
aku tetap tak ingin berhenti.
Selama
kau menjadi udaraku,
Aku
tak peduli,
Jika
akhirnya aku akan mati disini.
Selama
kau bersedia
Menjadi
alasanku untuk bernapas,
Aku
tak peduli..
『Breathe – 12 April 2014』
Aish, kenapa Donghae malah milih ruang kerja Kyung Dae, kenapa bukan ruangannya sendiri. Jadi nanggung kan kalo begini, mana udah buka-bukaan lagi :D *ketawa yadong*
BalasHapusAku agak risih sama perlakuan Joon Yung (bener gag sii itu namanya) yang terlalu berlebihan. Dan memperlakukan Youra seolah-olah dia itu kekasihnya.
Aku gag bisa komen tentang keseluruhan ceritanya karena pas lagi baca ini, di asramaku penuh sama suara desahan masa o:) *lah, akunya malah curhat* jadi yang nyantol diotak cuma scane terakhir doang :D
Yesungdahlah, nanti kalau otak warasku udah kembali sepertinya aku harus baca ulang part ini :)
Ehh... suara desahan..? =w=;;) *lirik kanan kiri*
Hapusas what i have said, aku ga bakal bikin adegan Making Sex karena menurutku itu NC26 (~ *w*)~ hohoho~
bytheway, maybe (once again, maybe) this is the last chapter for Donghae and Youra, both feel so yadong(?) karena mungkin next chapt bakal di dominasi sama action atau i'll reveal the truth :3
Eonniiiiiiiieeeeeee kenapa epep ini ngga diapdet apdet sihh ??? Aku udah jamuran nunggunya..
BalasHapusMaaap huhuhu ;w;)
HapusIni sedikit.. Panas? Tidak ini panas sekali -3- hahaha xD et dahh.. Donghae kya uda orang kesetanan :v bhakkk
BalasHapusSya tdk tau mau comment apa lgi :v ini bagus nya ulalala banget~
Lanjut dlu eaa~ fighting~