Minggu, 13 April 2014

FANFIC : 4 Minutes in Memory [6]



TITLE               : 4 Minutes in Memory [6]
Alternative title   : 기다리고 있었어요! 봐지? (Kidarigo Isseosseoyo! Bwaji?)
GENRE             : Action-Romance, AU (Alternate Universe)
RATING            : NC-21
CAST                : Lee Dong Hae [ 이동해 ]
                           Youra Leavanna [ 요우라 리판나 ]
                            Kim Kyung Dae [ 김경대 ]
                            Park Chae Rin [ 박채린 ]
Author                : @Aoirin_Sora



NOTE:

Engga tau ada angin apa, tiba-tiba pas ngetik chapter ini, playlist aku stuck di lagu 여우비 (Acoustic Ver.) - 이선희, salah satu OST. My Girlfriend is a Gumiho. Dan bawaannya pengen galau semaleman (;w;) Entah kenapa jadi ngebayangin seluruh adegan ini dalam bentuk drama *ngaco* So, bagi yang punya lagu itu di folder laptop/hp, selamat mendengarkan~ huhehuhehuheuheu *nangis Bombay*
Dan untuk scene terakhir, aku muterin lagunya G-Dragon - Breathe dan Namie Amuro - Come. Gak tau ini berlaku buat kalian atau enggak, tapi yang jelas bagi aku dua lagu itu 'cocok' sama situasinya. huehehehehehe (////q////) *ketawa yadong*uhuk*
oke, selamat membaca~

With Love,
Aoirin_Sora




 WARNING
Chapter ini mengandung unsur NC-21.
 


Chapter 6



Aku ingin dunia tahu,
    Bahwa aku menantimu,
   Nafasmu, hangatmu
   dan sentuhanmu..


Sakit sekali.
Rasanya benar-benar seperti menusuk jiwa, membakar setiap sudut relung yang mampu dijangkau ingatan. Youra menekan dadanya dalam-dalam, mencoba menghalau pilu di hatinya, meskipun kedua pipinya basah oleh airmata. Dia merutuki dunia, merutuki mentari yang masih saja bersinar hangat, dan merutuki hatinya sendiri. Mengapa dia bisa terpesona oleh pria itu, Lee Donghae yang sempurna?
Bayangan akan wajah Donghae yang berkerut marah berkelebat di kepalanya dan Youra menggigit bibir dengan lebih kuat. Baru saja beberapa jam yang lalu, Youra merasa pagi ini semuanya terlihat indah dan sekarang hatinya bagaikan dirajam sembilu. Terluka dengan torehan kenyataan yang harus diterimanya.
Sia-sia saja, sekuat apapun Youra menahan emosi, tetap saja isakan tangis berhasil lolos dari sela-sela bibirnya yang tertutup rapat. Lalu tanpa merasa perlu menahannya lagi, Youra menangis keras. Benaknya masih dipenuhi pria dengan wajah yang paling ingin dilihatnya..
Youra bangkit, mencoba merebahkan tubuhnya diatas kursi keras di belakangnya. Ditatapnya kilauan sinar matahari yang menyala-nyala—kuning yang membutakan penglihatan—lalu kedua matanya menutup dan kembali terekam percakapan antara dirinya dan Park Chae Rin beberapa saat yang lalu..


“Tunggu.” Seru seseorang dibelakang, ketika dia hendak menekan tombol pada panel lift dihadapannya. Youra berbalik dan menemukan Park Chae Rin yang sedang menuju ke arahnya. Rambut gadis itu memantul kesana-kemari, bersamaan dengan langkahnya yang tergesa-gesa. “Aku ingin berbicara.” Ujarnya lagi.
Youra mengikuti Park Chae Rin yang sekarang berjalan didepannya, menuju ke tangga darurat dan mengacuhkan tatapan sekretaris Kyung Dae yang penasaran. “Ada apa?” tanya Youra berusaha ramah. Sejujurnya dia sedikit khawatir jika Chae Rin mengetahui apa yang terjadi antara Donghae dan dirinya tadi malam.
Tatapan mata Park Chae Rin berubah menjadi sekeras batu. Gadis itu bersedekap dan matanya kini menyipit curiga. “Kau adalah gadis yang semalam berada di hotel dengan Donghae-oppa, bukan?”
Kedua mata Youra membelalak ketika apa yang ditakutkannya malah terjadi. Dia ingin menjawabatau membantah, namun lidahnya seakan tak lagi bernyawa. Youra memandangi Chae Rin yang masih bersedekap dan tiba-tiba saja gadis itu meraih ID Card yang menggantung di lehernyamembuat Youra terkejut dengan gerakan mendadak gadis itu.
“Jadi namamu adalah Youra Leavanna? Baiklah, sepertinya aku harus memberitahu beberapa fakta padamu,” kata Chae Rin seakan hendak mendikte. “Aku tidak peduli apa yang kalian lakukan di hotel tadi malam, atau sudah berapa lama kalian berhubungan tanpa sepengetahuanku. Tapi, kau harus mengetahui bahwa aku adalah tunangannya. Donghae-oppa adalah milikku. Dan aku tidak ingin melihatmu berada disekitarnya, Youra-ssi.”
Youra tertegun, membiarkan lidahnya membeku lebih lama dan memberi otaknya sedikit waktu untuk menyerapi perkataan Chae Rin sebelum akhirnya dia tersadar. “Tidak ada yang terjadi diantara kami.” Bisiknya bohong. Jelas sekali Chae Rin menyadari kebohongan itu sebab wajahnya malah merah padam ketika menyangkal.
“Baguslah kalau begitu,” komentar Chae Rin sarkastis. “Karena apa pun yang dikatakannya padamu, semuanya adalah dusta. Aku tidak bermaksud buruk padamu, Youra-ssi, tapi kau bukan yeoja pertama yang terlibat asmara dengan Donghae-oppa. Dan sebagai catatan, tidak pernah sekalipun wanita-wanita itu mendapatkan apapun darinya selain penderitaan.” Chae Rin tersenyum puas ketika melihat ekspresi syok yang terhampar di wajah Youra.
“Aku ingin kau paham, karena meski kau merasa telah mengenalnya dengan baik, kenyataannya kau tidak mengetahui apapun tentang dirinya, bukan? Aku tidak ingin kau berharap terlalu banyak padanya, Youra-ssi. Sebab, Donghae-oppa adalah milikku. Dan sejak awal, hubungan diantara kalian berdua adalah kesalahan.” Tandasnya mengakhiri pembicaraan lalu pergi.
Gadis itu bahkan tidak berbalik untuk memastikan apakah Youra masih hidup atau tidak, dia terus berjalan melewati pintu tangga darurat, meninggalkan Youra yang gamang.
Kesalahan.
Benar. Sejak awal semuanya merupakan kesalahan. Dan semua adalah salahnya. Kenapa dia harus penasaran mengenai Ahjussi itu? Salahnya lah untuk semakin dekat pada Donghae. Tetapi tetap saja dia tidak bisa menarik segala yang telah berlalu, yang bisa dilakukan Youra hanyalah mengubahnya.
Kedua kaki Youra terasa goyah ketika memijaki koridor. Tadinya dia berniat untuk naik ke atap dan mencoba mendapatkan ketenangan disana. Tapi Youra mengurungkan niatnya, sebab dia takut tempat itu malah akan semakin membuatnya terluka. Namun betapa ngerinya dia ketika Donghae malah menyambar tangannya ketika dia hendak memasuki lift…

Youra menahan napas ketika mengingat tatapan pria itu dibalik kelopak matanya yang menutup. Untuk sesaat, dia merasa senang bisa menatap Donghae sesuka hatinya. Guratan-guratan di sekeliling mata pria itu seakan membentuk sulur-sulur artistik ketika wajah itu tersenyum, menampilkan bayangan yang bahkan lebih hebat daripada mimpinya. Dia memang tidak bisa melihat kemiripan antara Ahjussi lusuh dan Eksekutif Muda cemerlang—meskipun sebenarnya kedua orang itu adalah sama—tapi setidaknya dia masih mengenali sepasang mata cokelat indah yang selalu menyita perhatiannya sejak lama.
“Bodoh,” ucapnya keras-keras. “Patah hati seperti orang bodoh,” dengus Youra pada dirinya sendiri. Dia mengerti bahwa hatinya yang menyedihkan baru saja menerima kenyataan yang menghampirinya; Dua orang lelaki membuatnya patah hati dalam kurun waktu beberapa hari.
‘Hebat sekali,’ batinnya mengejek, menolak mempercayai kalau butiran air mata baru saja melesat menuruni pipinya yang pucat..

***


Hari ini sama buruknya dengan hari-hari sebelumnya, hingga Lee Donghae terpaksa menumpahkan seluruh kekesalannya pada semua staf yang bertanggung jawab atas Fashion Event yang tinggal tiga hari lagi. Sejauh ini mereka sudah mengubah tema sebanyak tiga kali dalam seminggu, membuat setiap orang di K-Fashion seakan dihantui mimpi buruk. Tidak ada badai, sebab ini masih bulan agustus, tapi apa yang terjadi di K-Fashion lebih mengerikan dibanding dengan badai di tengah samudra sekalipun.
Puluhan kertas berhamburan sepanjang koridor di gedung Fashion, sementara decakan gelisah terdengar di penjuru ruangan. Ini adalah hari terakhir bagi mereka semua untuk menyelesaikan seluruh detail yang di perlukan saat Fashion Event dan tenggat waktu itu akan berakhir pukul lima sore hari ini juga.
“Aku tidak peduli, kau harus menyelesaikan gaun itu hari ini juga!” sergah Donghae kasar. Ditatapnya pemilik wajah yang kelihatan sangat ketakutan itu dan matanya menyipit galak. “Pergi selesaikan atau kau akan ku black list dari pesta malam ini.” ucapnya sungguh-sungguh.
Pria yang bekerja di bagian tim desain itu memandang Donghae dengan keterkejutan dan tanpa mengatakan apapun lagi, dia pergi setelah lebih dulu membungkuk hormat.
Pesta.
Benar, sebuah tradisi aneh berlaku di K-Fashion. Jika kebanyakan perusahaan mengadakan pesta perayaan atas keberhasilan proyek mereka, K-Fashion malah mengadakan pesta atas kerja keras semua orang. Tidak peduli apakah Event itu nantinya akan sukses atau tidak, yang paling utama adalah membayar semua tetesan keringat menjelang hari H. Untuk itulah mereka harus menyelesaikan seluruh detail tiga hari sebelum acara Fashion Event nanti.
Tidak heran para karyawan K-Fashion terlihat tiga kali lebih sibuk hari ini, sebab pesta perayaan itu adalah salah satu yang paling di nantikan oleh mereka. Selain karena mereka tidak dikenakan biaya apapun, pesta itu juga memungkinkan semua orang untuk minum sepuas hati, tanpa takut mereka tidak bisa bangun esok hari, sebab mereka diizinkan mengambil libur untuk satu hari penuh.
Donghae memutar kursinya menghadap jendela yang menghadap kearah gedung Bisnis, memperhatikan sebuah titik yang belakangan selalu di tatapnya beberapa kali dalam sehari. Jarak antara kedua gedung memang tidak memungkinkannya untuk melihat dengan jelas siapa saja orang-orang yang berada disana, namun Donghae telah hafal bagaimana siluet gadis itu karena dia menghabiskan harinya untuk mengetahui apa saja yang dikerjakannya.
Lagi-lagi Youra berdekatan dengan Park Jung Yoon. Dan Donghae tidak menyukai kenyataan itu.
Dia sendiri tidak mengenali sensasi aneh yang membuatnya uring-uringan seharian ini. Tetapi melihat bagaimana Youra tersenyum ketika bersama Park Jung Yoon, kening Donghae berkerut janggal dan nafasnya menjadi berat. Ini bukan perasaan cemburu, semua kemarahan ini dikarenakan sifat gadis itu yang terlalu mudah berpindah kepada siapapun yang bersikap baik padanya. Donghae hanya…merasa kesal karena ternyata gadis itu benar-benar tidak menganggapnya ada.
Hampir setiap hari mereka berpapasan di sekitar gedung dan terkadang Donghae melihat gadis itu melintasi ruangan Kyung Dae dengan tergesa-gesa. Tapi tak pernah sekalipun Youra menunjukkan tanda-tanda kalau dia menyadari kehadiran Donghae. Wajah gadis itu begitu datar, mengacuhkan dirinya yang mengamati Youra dengan begitu jelas. Dan itulah yang paling membuatnya marah. Bagaimana mungkin gadis itu bersikap sangat keras kepala? Semua wanita akan melihat kearahnya dua kali sementara Youra malah mengabaikan dirinya. Apakah Youra benar-benar telah melupakannya?
Donghae melirik jam diatas meja dan kembali berpaling ke arah jendela. Namun kali ini matanya terpusat pada area parkiran yang berada di sebelah selatan gedung. Sudah empat hari penuh—Donghae menghitung dengan cermat—Youra selalu pulang dengan Park Jung Yoon. Tersenyum ketika pria sialan itu membukakan pintu untuk Youra dan membiarkan Jung Yoon memasangkan seatbelt padanya—‘apa gadis itu bahkan tidak tahu bagaimana cara memasang seatbelt? Yang benar saja!’
Tanpa disadari, tangan Donghae telah mengepal erat. Buku-buku jarinya memutih, tidak mempedulikan kukunya yang menghujam telapak tangan. Mobil yang di tumpangi Youra sudah meninggalkan parkiran dan bergabung dengan bermacam-macam kendaraan di jalan raya. Tapi belum sedetikpun Donghae melepaskan pandangannya dari sebuah titik yang semakin lama semakin mengabur itu.
‘Jadi itu yang kau inginkan, Youra?’ desisnya emosi. Donghae meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja dan menghubungi sebuah nomor. Hanya butuh lima detik sebelum pemiliknya menjawab panggilan Donghae. “Ini aku,” ujarnya membuka percakapan, kendati kedua matanya masih menatap ke titik dimana mobil Park Jung Yoon menghilang dengan penuh amarah.
“Jam berapa kau selesai fitting busana, Chae Rin-ah?”

***


‘Celaka,’ desah Youra lirih.
Dia menatap tumpukan pakaiannya yang kelewat sederhana; beberapa potong jeans hitam dan biru gelap, serta atasan kemeja dan kaus lengan panjang yang biasanya dipadukan dengan cardigan berwarna monokrom. Tidak ada satupun dari semua pakaian ini yang masuk dalam kategori Fashionable, sementara dress code yang tertera di papan pengumuman di kantor mengharuskan seluruh karyawan—khususnya wanita—untuk berpakaian secara Fashionable.
Youra menelan ludah dengan panik. Pesta akan dimulai dalam setengah jam dan dia masih terjebak di depan lemari bajunya. Dia yakin dia akan kelihatan bodoh jika mengenakan pakaian kerja yang formal pada pesta malam ini. Tapi setelah nyaris menghancurkan kamarnya yang mungil, Youra akhirnya menyerah. Dia tidak punya pilihan lain selain sepotong skinny jeans yang belakangan menjadi lebih longgar dan kaus lengan pendek berwarna gading. Untuk hasil akhir, Youra menutupi tubuhnya dengan cardigan cokelat muda.
Tepat ketika Youra ingin menutup lemari, ponselnya berdering dan dia mendapat sebuah pesan singkat dari Ah Gyeong;

Kenapa kau lama sekali? Pestanya sudah dimulai! Cepat kemari Youra-ya atau kau akan ketinggalan melihat betapa seksinya Haenoki-ssi hari ini!

Tiba-tiba saja matanya berpaling ke sudut ruangan, tempat dimana Youra menyimpan kopernya dan sekejap tubuhnya mengejang kaku. Dia ingat didalam sana ada sebuah gaun merah lembayung yang sengaja disimpannya sejak kejadian malam itu—ketika Donghae menciumnya..
Youra menggeleng keras-keras, berusaha mengenyahkan pikiran sekecil apapun tentang pria yang sudah memiliki tunangan itu. Tapi bahkan jantungnya sendiri menghianatinya. Bayang-bayang Donghae kembali menguap ke permukaan, menguasai pikirannya, meskipun setiap hari dia berusaha menganggap pria itu tidak nyata. Lucu sekali mengetahui bahwa tubuhnya masih tetap tidak bisa bereaksi wajar jika kedua mata cokelat Donghae yang teduh meliriknya. Pori-porinya seakan membesar sepuluh kali, membuat partikel-partikel air berhasil lolos melewati seluruh lubang di tubuhnya, bergabung membentuk keringat dingin yang untungnya tak bisa dilihat siapapun.
Dengan gelisah Youra memikirkan kemungkinan untuk tidak hadir ke pesta itu dan mencoba mengarang alasan ketidakhadiran dirinya terhadap pesta yang paling ditunggu-tunggu seluruh karyawan K-Fashion. Tapi meskipun dia berpikir beberapa macam alasan tak masuk akal, jauh di lubuk hatinya Youra sebenarnya ingin pergi. Atau lebih tepatnya ingin bertemu pria itu.
‘Astaga, Youra. Bisakah kau tidak bersikap begitu menyedihkan?’ batinnya hampir menangis ketika merutuki dirinya sendiri. Kalau karena bukan baru mendapat kenaikan gaji, Youra pasti tidak berpikir dua kali untuk segera resign dari K-Fashion. Tidak peduli perusahaan itu adalah gambaran nyata dari mimpinya atau tidak. Mana mungkin dia sanggup berada disana sementara Lee Donghae terus menerus mondar-mandir di hadapannya.
Ponsel Youra kembali berdering dan kali ini ternyata Park Jung Yoon yang menelpon. Dengan bimbang Youra memutuskan untuk menjawab panggilan itu meski sebenarnya dia tidak tahan dengan kebaikan Jung Yoon yang sedikit berlebihan.
“Youra-ya, kau ada dimana?” tanyanya dengan suara keras. Youra bisa mendengar dentuman musik yang luar biasa kencang dibelakang Jung Yoon.
“Aku sedang di…” Youra menelan ludah dan menjawab hal yang terlintas di kepalanya. “—Jalan. Aku akan tiba sebentar lagi.”
“Kau yakin aku tidak perlu menjeputmu? Aku bisa tiba disana dalam waktu lima menit dengan mobilku, Youra-ya.” Kata Jung Yoon lagi.
Perut Youra mendadak mulas dan dia meringgis memikirkan Jung Yoon yang muncul di depan pintu rumahnya. “Tidak usah, terima kasih. Aku akan tiba disana dalam beberapa menit. Sungguh.” Youra menambahkan kalimat terakhirnya agar terlihat meyakinkan.
Tiga puluh menit juga masih dihitung “beberapa”, bukan?
Diujung sambungan, Jung Yoon tampaknya sedang menimbang-nimbang penolakan Youra. Dan akhirnya sunbaenya itu setuju lalu mengatakan Youra harus tiba dalam waktu sepuluh menit atau dia akan datang menjemputnya, dimanapun Youra berada.
‘Baiklah. Apa yang terjadi, terjadilah.’ Bisiknya menguatkan diri.
‘Aku tak peduli apakah Lee Donghae ada disana atau tidak, sebab Aku, Youra Leavanna, tidak akan pernah jatuh pada pesona Lee Donghae lagi. Tidak akan pernah.’ Dengan langkah percaya diri, Youra membuka pintu rumahnya dan berjalan menyongsong malam yang pekat, ditemani bulan yang mengintip di antara ribuan bintang-bintang.


Setengah jam kemudian Youra berhasil tiba di depan Club Answer dengan berkali-kali panggilan dari Jung Yoon serta entah berapa ratus pesan singkat Ah Gyeong yang memenuhi kotak masuknya. Dia berasumsi Ah Gyeong sudah mabuk, jika melihat pesan-pesan yang dikirim untuknya yang semakin lama semakin aneh.
Youra menyebrangi jalanan ketika melihat lampu hijau menyala diatas kepalanya. Tetapi dalam dua langkah, tubuhnya membeku. Sebuah mobil mewah baru saja berhenti didepan pintu masuk Club Answer yang dijaga dua pria bertampang horror. Dan matanya kini tidak bisa melarikan diri dari pemilik mobil itu.
Park Chae Rin turun dari sedan mewah begitu dua orang penjaga itu membukakan pintu untuknya. Gadis itu terlihat sangat—sangat anggun dan seksi. Knit Dress hitam yang membalut tubuhnya yang sempurna itu seakan memang diciptakan untuknya. Begitu serasi dengan kulitnya yang putih bersinar. Dari jauh Youra melihat kilauan perhiasan yang dikenakan gadis itu di sekujur tubuhnya dan mendadak dia ingin kabur ke Pluto. Park Chae Rin bukan tandingannya dalam hal apapun.
Salah satu penjaga kemudian mengemudikan mobil Chae Rin ke area parkir sementara gadis itu memasuki Club dengan wajah penuh senyum. Youra menunggu hingga Chae Rin telah lenyap dari pandangannya dan dia memperhatikan sekelilingnya dengan gelisah. Dia benar-benar ingin pulang sekarang. Tetapi penjaga itu menyadari kedatangan Youra lebih dulu. Kedua matanya yang menyipit galak menatap Youra dengan pandangan merendahkan. Dan entah mengapa, keberaniannya tiba-tiba saja timbul.
“Tidak boleh masuk.” Ujar salah satu penjaga itu memperingatkan.
“K-kenapa?” tanya Youra sengit, mencoba menyamarkan ketakutan yang mengguncang kedua kakinya.
Penjaga itu tidak menjawab, hanya memperhatikan Youra dari atas kepala hingga ke ujung kaki. Youra memberengutkan wajahnya dan berkata dengan sedikit kesal. “Aku salah satu pegawai K-Fashion!”
“Buktinya?” tanya penjaga yang tadi memarkirkan mobil Chae Rin.
Youra mengambil ID Card miliknya dari dalam tas dan membiarkan kedua penjaga itu membaca semua keterangan yang tertera di kartu itu. Mereka berpandangan selama beberapa detik dan akhirnya mengangguk. “Silahkan masuk.” Ujar mereka dengan wajah masam.
Dia sengaja mendesis kesal ketika melewati penjaga menyebalkan itu dan melangkah masuk ke balik pintu yang ternyata merupakan sebuah lorong atau koridor panjang dibelakangnya. Samar-samar dentuman musik yang mengguncang bangunan ini mulai terdengar. Ingar bingar yang semakin lama semakin besar menandakan bahwa diujung koridor ini sedang terjadi keributan yang dia yakin akan membuat kepalanya pusing. Tetapi Youra juga merasakan semangatnya sedikit meluap karena ini kali pertama dalam hidupnya dia memasuki sebuah Club.
Pencahayaan koridor yang sedikit gelap membuat tengkuknya meremang, dan Youra mempercepat langkahnya ketika dia bisa melihat beberapa orang yang di kenalnya di ujung koridor. Dia bisa mendengar lagu yang sedang dimainkan oleh DJ dan menangkap bayangan sinar laser yang menghujani ruangan.
Youra tiba di dance floor dan sedikit syok ketika aroma alcohol becampur tembakau memenuhi ruangan. Dia hampir tidak bisa melihat dengan jelas siapapun dari sini sebab ternyata tidak ada cahaya selain dari sinar laser yang ditembakkan ke seluruh ruangan. Youra mendongakkan kepalanya ke atas dan beberapa staff K-Fashion ada disana—sehingga dia menyimpulkan bahwa lantai dua adalah meja VIP. Dia sedikit terpana menyaksikan kerumunan orang yang berada di ruangan itu. Semuanya begitu berbeda. Ruangan itu rasanya penuh sesak oleh keringat dan alkohol serta musik yang memekakkan telinga, berdentum hingga membuatnya sedikit takut.
Beberapa orang menyapanya dengan sopan dan Youra harus menyembunyikan ekspresi syoknya ketika melihat mereka. Gaun yang mereka kenakan benar-benar sangat seksi dan memiliki potongan rendah, seakan berusaha memanjakan mata para lelaki yang tak henti-hentinya tersenyum genit. Orang-orang di area dance floor bahkan lebih mengerikan lagi. Youra yakin separuh dari mereka sudah benar-benar mabuk ketika mencoba mengikuti irama lagu yang semakin cepat, sebab gerakan mereka sangat liar dan tak terkendali. Ada juga pasangan yang sudah saling menempelkan bibir ditengah-tengah lautan manusia itu, tidak mempedulikan tatapan ataupun rasa sungkan. Dan mendadak Youra menjadi tidak nyaman. Dia ingin cepat-cepat menemukan seseorang yang di kenalnya dan tentu saja, tidak mabuk.

Lagi, mata Youra berusaha mencari-cari diantara hiruk pikuk didepannya. Youra tidak beranjak satu langkah pun. Dia masih berdiri di sudut ruangan, menerka dimana dia bisa menemukan Ah Gyeong, atau Jung Yoon, atau  Lee Donghae.
Setelah hampir beberapa menit berdiri, Youra akhirnya melihat ke arah mini bar yang berada di sudut kanan dan mendapati sebuah wajah yang begitu di rindukannya. Jantungnya seakan gegap gempita ketika melihat pria itu—Lee Donghae yang sedang duduk sambil memegang sebuah gelas kecil di tangan kirinya. Kemeja pria itu digulung hingga ke siku, seakan menyaingi tiga kancing teratas kemeja Donghae yang membuka—menampilkan lehernya yang mulus tanpa noda. Wajah itu tersenyum dan sesaat Youra merasa dunianya berhenti. Tapi segera disadarinya bahwa senyuman itu bukan untuknya, melainkan untuk seseorang yang duduk persis di hadapan Donghae.
Baru saja Youra menyimpulkan bahwa Park Chae Rin-lah yang berhak mendapatkan senyum pria itu ketika dia harus menyaksikan hal yang paling menghancurkan hatinya;
Lee Donghae sedang berciuman dengan Park Chae Rin.
Youra bisa merasakan seluruh pemandangan di hadapannya mengabur, berjalan dengan irama aneh yang tidak dimengertinya sama sekali. Dia hanya bisa menangkap kedua mata Donghae yang menatapnya dalam, seakan tidak hanya ingin menghancurkan hatinya, tetapi juga hidupnya.
Kedua kaki Youra bergetar hebat dan dia tidak bisa memalingkan wajahnya dari dua insan yang tengah berciuman itu. Pria itu membiarkan Chae Rin menciumnya dengan sesuka hati sementara sepasang mata cokelat indahnya menghujam Youra dingin, membuatnya menggigil.
Dia bisa merasakan butiran airmata yang turun begitu saja tanpa perintah. Sejenak Youra merasa dunianya benar-benar telah remuk, hancur berkeping-keping. Tak lagi membentuk satuan utuh yang memungkinkannya untuk berdiri. Tubuhnya limbung dan telinganya berdenging tidak menyenangkan. Apakah Donghae sengaja menunjukkan hal ini kepadanya?
Dengan satu langkah cepat, Youra meninggalkan Club itu tanpa sekalipun berbalik ke belakang, ke dunianya yang telah tersapu badai..

***


“Cium aku, Chae Rin-ah.” Ucap Donghae begitu melihat sosok Youra di ujung ruangan. Gadis itu celingukan mengamati sekelilingnya dengan sedikit resah.
Chae Rin menatapnya bingung. “Apa?”
“Cium aku. Sekarang juga.” Ujarnya penuh penekanan, mengabaikan keterkejutan Chae Rin yang semakin jelas. “Anggap saja aku sedang mabuk atau apapun. Tapi kumohon cium aku sekarang sebelum aku berubah pikiran.”
‘Dan mengejar gadis itu saat ini juga’ sambung Donghae dalam hati. Dia terus memperhatikan Youra yang masih belum mengenalinya. Apakah gadis itu masih berusaha tidak mengacuhkannya?
Chae Rin menatapnya lagi selama beberapa detik sebelum akhirnya meminum habis Midori di gelasnya dan meraih wajah Donghae. Bibirnya mendekat dengan intens, sementara nafasnya yang berhembus tak beraturan mulai menyusupi rongga penciuman Donghae. Bibir mereka bersatu dengan cepat dan tepat ketika itulah Youra menemukannya. Wajah itu membeku, menatapnya dengan kekagetan tak terkira.
‘Lihat aku, Youra.’ Bisiknya dalam hati, kendati kedua matanya hanya tertuju pada gadis itu, berusaha menyampaikan ucapannya lewat tatapan penuh arti.
Seharusnya Donghae merasa puas ketika menyaksikan wajah Youra yang terluka, namun entah kenapa hatinya malah hancur melihat kepedihan yang tak terperi pada ekspresi gadis itu. Tubuhnya mengejang, bersiap ingin mengejar langkah Youra yang berlari menjauhinya. Tapi dengan sisa-sisa kewarasan yang ada, Donghae mengalahkan egonya yang semakin membuncah, menggeser keinginannya untuk memeluk gadis itu detik ini juga.
“Oppa, kenapa kau ingin aku menciummu?” bisik Chae Rin di telinganya, membuat Donghae tersadar bahwa kedua tangan Chae Rin masih merengkuh wajahnya.
“Aku mabuk.” Jawabnya singkat.
Dia bisa mendengar Chae Rin mendengus tak percaya dan gadis itu berbicara dengan nada skeptis yang cukup nyata. “Segelas Martini bisa membuatmu mabuk? Sungguh hebat.”
Donghae menatap Chae Rin kesal. Bagaimana dia bisa mengatakan bahwa semua tingkah anehnya disebabkan oleh seorang gadis keras kepala yang nyentrik? “Aku akan mabuk.” Ulang Donghae penuh penekanan. Dia berbalik ke arahh bartender dan segera memesan sebotol Tequila.
“Oppa! Sebenarnya apa yang terjadi padamu?” desak Chae Rin, mencoba mengambil botol tequila yang sedang ditenggaknya dengan rakus. Donghae berbalik dan menemukan sepasang mata Chae Rin menatapnya galak. Dia memutuskan tidak menjawab sepatah katapun, tetapi Chae Rin malah menyuarakan pikirannya.
“Ini semua karena gadis itu, bukan?” tanyanya terluka. “Jawab aku, oppa.”
Lama sebelum akhirnya Donghae membuka mulut, menjawab ketakutan Chae Rin sekaligus menyakiti gadis kecilnya itu. “Benar.” Ucap Donghae menghela napas. “Sekarang berikan kembali minumanku sebelum aku benar-benar gila, Chae Rin-ah.”
“Jadi karena itu kau memintaku menciummu?” tanya Chae Rin lagi sementara Donghae mengangguk mengiyakan. “Tidakkah kau memikirkan perasaanku, Oppa? Apakah kau tidak berpikir bahwa ciuman itu menghancurkan hatiku?”
“Maafkan aku, Chae Rin-ah..” ujar Donghae menyesal. Hanya itu yang bisa dikatakannya, sebab dari awal Donghae sudah mengetahui semua resiko yang akan dia dapatkan jika dia ingin balas dendam pada gadis itu, Youra Leavanna. Dan sekarang dia merasa sangat marah pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin setelah menyakiti dua orang gadis, dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya? Entahlah, dua pasang mata yang menatapnya terluka malah membuatnya gelisah.
“Kau kejam sekali, oppa.” Desis Chae Rin kecewa. Donghae bisa melihat airmata yang menggenang di pelupuk mata gadis itu dan barulah dia menyadari bahwa perbuatannya tidak memberikan apapun selain penyesalan.
Donghae menatap kepergian Chae Rin dengan nelangsa, sementara beberapa orang pria mencoba mendekati gadis itu lalu kembali menjauh ketika Chae Rin meggertakkan giginya penuh emosi. Donghae meraih botol Tequila yang sudah hampir habis dan menuangkan seluruh isinya kedalam gelas. Dia tidak suka mabuk, tapi kalau satu-satunya pilihan adalah terjaga sepanjang malam dengan pikiran-pikiran sintingnya atau tak sadarkan diri karena alkohol, tentu saja Donghae lebih memilih opsi kedua. Setidaknya dia bisa membebaskan diri dari bayang-bayang gadis itu untuk sementara..






‘You’ve got new messages.’
Berulang kali ponselnya berdering tanpa jeda, diiringi sebuah suara wanita yang memberitahukan adanya pesan masuk baru. Samar-samar suara wanita itu menyusup ke mimpi Donghae, membuatnya terjaga dengan kepala berputar-putar.
Donghae meraba-raba sudut lemari kecil disamping tempat tidurnya tanpa sanggup membuka mata sedikitpun. Kepalanya berdenyut-denyut menyakitkan dan dia merasa seperti di neraka. Tenggorokannya bahkan terasa kering kerontang, nyaris terbakar, dan lidahnya terasa sangat pahit. Sekujur tubuhnya nyeri, dan Donghae yakin dia pasti terantuk sesuatu semalam, sebab dia bisa mendeteksi beberapa bagian tubuhnya yang memar.
Memerintahkan tangannya untuk tetap mencoba menjangkau ponselnya adalah satu hal yang sulit ketika dia sedang mengalami hangover. Terlebih jika ponsel itu terus menerus berdering, mengganggu konsentrasinya dan membuat Donghae harus menghabiskan lima menit penuh menggapai tanpa hasil sebelum akhirnya mendapatkan benda itu dengan satu umpatan kekesalan.

Sender: Gong Il Sun
Aku berhasil mendapatkan kabar mengenai LAD yang dipasok Mikio Ono. Semua obat-obatan itu berasal dari Benua Amerika dan kali ini El-Chapo sama sekali tidak terlibat. Sepertinya Mikio Ono telah bekerja sama dengan gembong narkoba dari Benua Amerika dan telah merencanakan invasi LAD dalam waktu dekat. Tetapi sejauh ini aku masih belum memperoleh kepastian mengenai mafia yang bertanggung jawab atas pembuatan LAD secara illegal itu. Mereka merahasiakan pemiliknya dengan sangat ketat. Akan kuhubungi jika aku mendapatkan informasi lain.

Nyaris saja Donghae menjatuhkan ponselnya ke lantai ketika akhirnya dia berhasil mengendalikan keterkejutannya. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa El-Chapo bukanlah dalang dari semua LAD yang kini beredar di kawasan Asia. Itu berarti ada seseorang yang bergerak dengan hati-hati, berusaha menguasai jalur perdagangan obat bius tanpa ingin diketahui oleh siapapun. Jelas sekali ada yang tidak beres..

Donghae melupakan hangover-nya sejenak dan buru-buru bangkit, namun baru saja dia mencoba duduk, tubuhnya kembali limbung. Sensasi yang selalu didapatkannya setelah puas mabuk-mabukan semalaman adalah salah satu hal yang paling dibenci Donghae. Dia berharap rasa sakit ini akan segera berlalu tanpa perlu bantuan obat atau apapun. Jadi dengan perasaan cemas bercampur kesal, Donghae kembali merebahkan dirinya dengan pasrah.
Pikiran akan LAD, Mikio Ono serta El-Chapo berkelebat di kepalanya, namun entah kenapa guratan wajah Youra yang menatapnya penuh airmata menyelinap begitu saja, membuat Donghae mendecak marah dan berusaha menyadarkan dirinya bahwa dia telah menghabiskan satu malam penuh dengan berbotol-botol Tequila—yang sepertinya tidak memberikan efek apapun selain pusing yang berlebih.
Tadinya dia ingin menunjukkan pada gadis itu bahwa Lee Donghae bukanlah seorang Ahjussi kesepian yang pernah ditunjukkannya pada Youra. Dia adalah eksekutif muda sukses, dengan wanita cantik sekelas Chae Rin yang tergila-gila padanya. Dan Youra seharusnya merasa menyesal karena telah menganggap apa yang terjadi diantara mereka adalah kesalahan. Benar, Donghae kini merasa marah atas sikap yeoja itu yang justru menolak menganggapnya ada. Terlebih disaat dia ingin membuka diri pada gadis itu, kenapa Youra malah menginjak-injak harga dirinya?
Kedua mata Donghae terpejam dan perlahan-lahan kesadarannya membaik, membuatnya sampai pada kesimpulan yang cukup krusial; apa pedulinya jika Youra menolak dirinya hanya demi seorang pria biasa seperti Park Jung Yoon? Itu adalah kesalahan gadis itu. Dan mulai saat ini, dia bertekad untuk tidak akan pernah lagi peduli pada Youra Leavanna—gadis biasa.


***


Sayangnya, lima puluh dua jam penuh ternyata tidak cukup bagi Lee Donghae untuk mengeraskan tekadnya. Dia masih saja mengejang kaku ketika melihat wajah gadis itu, yang tersenyum pada semua orang diruangan ini. Bibirnya mengatup erat ketika menyaksikan Youra Leavanna memasuki hall gedung Fashion—yang telah di sulap menjadi ruangan megah untuk acara Fashion Event kali ini—dengan menggandeng seorang pria.
Park Jung Yoon bahkan berani menggamit pinggang gadis itu seakan Youra adalah kekasihnya—membuat Donghae harus berusaha keras agar dia tidak memecahkan gelas di tangannya. Dia memperhatikan bagaimana Park Jung Yoon tidak peduli akan tatapan orang-orang atas kedatangan mereka yang mesra, pria itu hanya tersenyum dan terus berjalan tanpa melepaskan Youra—jelas sekali gadis itu tidak memprotes tindakan overprotektifnya.
 Ketika jarak mereka sudah semakin dekat, barulah Donghae menyadari bahwa Youra mengenakan gaun yang diberikannya di Hotel waktu itu. Gaun koktail merah lembayung dengan seutas tali dibagian leher itu terlihat sangat cocok untuk Youra. Gadis itu membiarkan rambutnya tertata rapi pada sisi kiri kepalanya—mengekspos jelas lehernya yang jenjang.
Donghae terus menerus menatap gadis itu dengan tajam, tetapi sepertinya baik Park Jung Yoon atau Youra tidak menyadari wajahnya yang mungkin sudah membiru akibat menahan emosi. Mereka berhenti di tengah kerumunan pegawai K-Fashion lalu menyapa dengan hormat, membiarkan Jung Yoon memperkenalkan Youra dengan mata penuh pemujaan, membuat orang-orang itu semakin menggoda Youra yang sudah merah padam.
Konbanwa, Haenoki-san. Watashi wa Bali kara no Cavida desu. Yoroshiku onegaishimasu.— Selamat malam, Haenoki. Saya Cavida dari Bali. Salam kenal.”  
Dengan enggan Donghae memalingkan wajahnya pada sebuah paras cantik yang ada dihadapannya saat ini. Tangan Cavida terulur, dan demi menunjukkan kesan baik, Donghae menjabat tangan wanita itu. “Yoroshiku — Salam kenal.” Jawabnya berdeham satu kali lalu cepat-cepat menoleh kearah Youra dan Park Jung Yoon yang tengah tertawa.
“Kono Fashion aibento wa hontouni sugoii desu ne. K-Fashion no saiko desu. Ah, tokorode K-Fashion fan no gurupu nai no ka naa..  Watashi — Fashion Event ini benar-benar keren sekali. K-Fashion memang hebat. Ah, ngomong-ngomong, aku penasaran apakah K-Fashion tidak punya grup penggemar, karena—” kata-kata Cavida langsung terhenti ketika dia mendapati wajah Donghae yang mengeras. “Sumimasen—maaf. Ujar wanita itu dan buru-buru kabur dari sisi Donghae.
Donghae menggeram marah dan melupakan kenyataan bahwa wanita yang bernama Cavida itu masih berada di sebelahnya ketika dia mengawasi jari-jari Park Jung Yoon yang menyapu bibir bawah Youra dengan perlahan, seakan ingin berlama-lama menyentuh bibir gadis itu. dia bersyukur Cavida akhirnya pergi meninggalkannya sebab Donghae cukup yakin dia bisa saja menerbangkan apapun yang berada dalam jangkauannya kearah pria tidak tahu diri itu.
“Para hadirin sekalian, acara Fashion Event akan dimulai dalam lima menit. Silahkan mengisi tempat duduk yang tersedia sebab lampu akan segera dipadamkan.”
Pemberitahuan itu memberikan Donghae sebuah ide gila—cukup gila hingga dia tidak lagi memperhitungkan konsekuensi atas tindakan yang akan dilakukannya. Tapi satu hal yang berhasil disadari Donghae; Youra Leavanna tidak hanya merebut perhatiannya, bahkan juga kewarasannya.

***


“Ayo masuk,” ujar Jung Yoon disebelahnya dan mendadak Youra merasa mulas. Dia tidak percaya diri. Sama sekali tidak. Bukan karena apa yang dikenakannya saat ini, melainkan karena dia sadar penampilannya ini benar-benar terlihat menyedihkan—bahwa dia mengharapkan perhatian dari seseorang yang telah menghancurkan hatinya tiga hari yang lalu.
“Kau cantik, Youra-ya.” Imbuh Jung Yoon dan Youra hanya meringis.
Akhirnya setelah berdiri didepan gedung Fashion selama hampir lima menit, Youra memutuskan untuk masuk. Sunbaenya itu langsung tersenyum semringah dan tanpa ragu melingkarkan sebelah tangannya ke pinggang Youra. Dia baru akan memprotes namun Youra mengurungkan niatnya ketika melihat sosok Donghae yang berdiri ditengah ruangan dengan penampilan yang meluluh-lantakkan hatinya.
Rambut pria itu di blow keatas, menampakkan dahinya yang memesona, menjadi pemandangan paling indah dengan mata cokelat sempurna dan hidung mancung serta bibir tipis yang menggoda. Untuk sesaat seluruh oksigen tampaknya lolos dari paru-parunya, sebab wajah Lee Donghae ternyata  menggantikan oksigennya.
Pakaian pria itu tampak formal dengan setelan tuksedo hitam mengilat dengan sebuah dasi kupu-kupu melingkari kerah kemejanya. Donghae memegang sebuah gelas sampanye dan Youra melihat bahwa kedua tangannya menggunakan sarung tangan putih dengan desain unik yang serasi dengan warna kemejanya.
Pria itu tersenyum ketika bersalaman dengan seseorang dan Youra benar-benar bersyukur Jung Yoon meletakkan tangannya di pinggang Youra, sebab dia yakin tubuhnya tidak punya tenaga lagi untuk sekedar berjalan. Namun tiba-tiba kepanikan melandanya. Bagaimana jika Donghae melihat gaun ini dan menyadari bahwa Youra sebenarnya masih tidak bisa melupakan pria itu? Bahkan setelah pria itu memporak-porandakan hidupnya?
Bayangan akan Park Chae Rin dan Donghae yang sedang berciuman kembali menghantui pikirannya dan Youra memandang sunbaenya setengah putuh asa. Dia sangat ingin pulang sekarang. “Jangan khawatir, Youra-ya. Aku akan selalu bersamamu.” Bisik Jung Yoon tersenyum, mengirimkan ketenangan ke sekujur tubuhnya. Youra menarik napas panjang dan memberanikan diri memasuki hall gedung K-Fashion.

 “Wah, kau cantik sekali, Youra-ssi!” seru salah seorang dan tiba-tiba saja mereka dikelilingi orang-orang yang sangat ingin tahu.
“Apakah kalian berdua berkencan?” tanya Ae Jung, resepsionis gedung Administrasi, sementara yang lain menunggu jawaban sambil menahan nafas.
Youra hendak mengatakan “tidak” ketika dia mendengar Jung Yoon menjawab santai, “benar,” dan sekeliling mereka menjadi riuh. Youra bisa mendengar beberapa pria mendengus jengkel dan bergumam “Sial!” dengan jelas. Namun pertanyaan-pertanyaan berikutnya semakin mendetail hingga Jung Yoon harus berkata dengan tegas bahwa Youra butuh minuman agar bisa meloloskan diri dari mereka.
Jung Yoon menariknya menuju meja penuh makanan dan memberikan sebuah piring kecil padanya. Dalam hitungan detik, piring itu sudah terisi dengan berbagai macam kue—membuat cacing kecil diperutnya berteriak bahagia—dan Jung Yoon memaksanya untuk menghabiskan kue-kue itu sebelum dia jatuh pingsan.
“Jujur saja, aku tidak punya keyakinan untuk bisa menggendongmu sampai kerumah.” Ujar Jung Yoon dengan cengirannya.
“Mwo?! Ya, Sunbaenim! Apa kau pikir aku seberat itu?” tanya Youra pura-pura tersinggung.
“Uhm, maafkan aku. Mungkin kau lebih ringan daripada Ah Gyeong,” jawab Jung Yoon sambil mengerling.
Youra tertawa mendengar jawaban Jung Yoon dan balik menggoda sunbaenya itu. “Tunggu sampai Ah Gyeong mendengar bahwa Jung Yoon sunbaenim mengatainya ‘berat’, aku yakin dia akan memberimu tatapan tak bersahabat selama berminggu-minggu.” Ujar Youra dalam tawa.
Park Jung Yoon memasang tampang memelas dan berkata membujuk, “Ku mohon, jangan katakan pada Ah Gyeong. Aku berjanji aku akan membopongmu kemanapun yang kau mau. Eoh?”
“Setuju.” Sambar Youra cepat dan mereka tertawa bersama.
Malam ini sepertinya tidak begitu buruk. Entah karena suasana hatinya yang sedang bagus atau memang sunbaenya yang sangat menyenangkan, Youra merasa dia bisa melewati malam ini dengan perasaan bahagia. Tanpa hal-hal buruk.

“Ayo kita cari posisi yang bagus.” Usul Jung Yoon setelah mendengar pemberitahuan. Dan tanpa menunggu jawaban dari Youra, pria itu menarik sebelah tangannya.
Fashion Event kali ini memang tidak dilaksanakan di aula pergelaran busana seperti biasanya. Bertepatan dengan hari jadi K-Fashion yang ke lima belas, tim Event Organizer membuat sedikit perubahan dengan menggelar acara di hall gedung utama. Tema Fashion Show-nya adalah Vintage on the street, yang memadukan atasan Vintage dan bawahan kontemporer yang saling bertabrakan—namun mengundang decakan kagum. Beberapa koleksi terbaru Alexander McQueen juga terlihat memberikan sentuhan eksentrik pada setiap rancangannya, membuat para pengamat mode merasa tertarik.
Youra hanya sempat melihat tiga orang model yang ‘menari’ di atas panggung peragaan sebelum seseorang berdeham dibelakang mereka—Youra dan Park Jung Yoon.
“Maaf Park Jung Yoon-ssi,” ujar seseorang itu dan mereka segera berbalik. “Anda ditunggu Sajangnim di hall gedung Administrasi.” Imbuhnya.
Park Jung Yoon menaikkan alisnya dan memandangi pria yang sepertinya berprofesi sebagai penjaga itu. “Sekarang?”  tanyanya. Sebagai jawaban, pria itu mengangguk.
Jung Yoon berpaling ke arah Youra dan meletakkan tangan kanannya di pipi Youra yang sedikit terkejut. “Maaf, aku harus pergi sebentar. Aku berjanji akan segera kembali.” Bisiknya enggan, membiarkan tangannya menggelincir turun hingga ke leher Youra—membelai perlahan dagu Youra dengan ibu jarinya.
“Tidak apa-apa.” Jawab Youra cepat, merasa risih dengan perlakuan sunbaenya itu. “Cepatlah. Sajangnim tidak akan suka jika menunggu lama.”
Dengan berat hati Park Jung Yoon melepaskan tangannya lalu berbalik, sebelum menatap murung pada Youra yang berusaha tersenyum membesarkan hati. Dia merasa sedikit ketakutan ditengah ruangan gelap yang hanya mengandalkan penerangan dari sorotan lampu-lampu panggung yang tak menjangkau seluruh ruangan. Youra memutuskan untuk mengambil segelas air di meja terujung, yang memiliki lilin-lilin romantis sebagai sumber cahaya tanpa menyadari sebuah siluet yang tengah mengikutinya dari belakang.
Belum lagi Youra tiba di meja itu, seseorang telah menarik paksa pergelangan tangannya. Dia terlalu terkejut untuk membuka mulut—darah di otaknya telah melesat turun dengan kecepatan penuh, tidak mengizinkannya untuk berpikir apalagi berteriak. Youra hanya pasrah ketika tangan itu menyeretnya dalam kegelapan, tanpa tahu siapa dan kemana dia akan dibawa.
Namun semuanya terjawab ketika Youra melihat sebuah cahaya di ujung koridor—tepat di depan lift yang membuka—dan jantungnya seakan melompat keluar ketika Lee Donghae membenturkan tubuh Youra dengan kasar, masuk ke dalam lift.
Hanya sekejap, tapi dia bisa melihat kilatan amarah di mata pria itu sebelum Donghae memunggunginya dan menekan tombol di dinding lift. Youra mendengar teriakan-teriakan penuh semangat yang disela dengan tepuk tangan meriah di kejauahan sebelum pintu lift menutup—dan kesadarannya kembali.
“Donghae-ssi! Apa yang—” Youra bahkan tidak sempat menyelesaikan kalimatnya sebab Donghae telah menutup mulutnya dengan sebuah ciuman.
Tepat di bibir.
Youra mengejang dan berusaha memberontak. Tangannya mendorong tubuh Donghae yang bahkan tidak terpengaruh sedikitpun atas usahanya yang sia-sia. Kedua tangan Donghae memerangkap wajah Youra pada wajahnya, tidak memberikan sedikitpun celah bagi Youra untuk bergerak—termasuk bernapas. Pria itu tidak memperhatikan kekuatan Youra yang semakin lama semakin lemah karena berkurangnya pasokan oksigen dalam darahnya. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa tangan-tangan Youra yang berusaha mendorongnya tadi kini telah berhenti mencoba dan terdiam lemah.
Youra memejamkan matanya, berusaha berkonsentrasi namun gagal. Bagaimana mungkin dia bisa tetap tersadar diantara ciuman-ciuman Lee Donghae yang mengagumkan? Jantungnya telah berdetak seratus kali lebih cepat, protes akan kealpaan udara sekaligus merasa gembira. Donghae menggigit bibir bawahnya dan Youra seakan kehilangan orientasi. Pria itu memiringkan kepala ke kanan, mencari akses untuk bisa menciumi Youra dengan lebih leluasa.
Jantungnya berdegup liar, tak terkendali. Namun disaat yang bersamaan Youra menyadari persediaan oksigennya sudah mendekati batas akhir. Sehingga dia mengerahkan tenaganya lebih kuat untuk mendorong pria itu menjauh.
Lee Donghae tersentak kaget ketika jari-jari Youra yang ramping berhasil membuatnya menjauh setengah meter—menginterupsi ciuman penuh kekesalannya—tetapi usaha Youra tidak cukup untuk membuatnya berhenti. Dia kembali menerjang Youra yang hanya sempat menarik napas tiga kali dan membungkamnya dengan ciuman memaksa.
Dengan cepat bibir Donghae berubah kasar. Dan sekali lagi, tangannya memerangkap wajah Youra yang tak berkutik, sementara bibirnya menggerakkan bibir Youra dengan gerakan mendesak dan jauh lebih kuat. Membuat pikiran Youra melayang kacau diantara hasrat yang mulai memenuhi dadanya.
Dan akhirnya tubuhnya memberontak. Youra tak lagi bisa mengendalikan dirinya—tubuhnya mengambil alih semua fungsi otot dan mengacuhkan otaknya yang berjuang keras untuk berpikir. Napas mereka menggema keras di tengah lift yang masih melaju ke atas; tangan Youra mulai menggapai kemeja Donghae dengan liar dan terengah-engah. Napas Donghae garang, nyaris menggeram, ketika dia merasakan kedua tangan Youra yang lepas kendali meraih wajahnya, naik ke rambutnya, dan membenamkan jemarinya disana.
Donghae menggeram senang atas undangan Youra dalam ciumannya yang membara. Kedua tangannya yang mengunci wajah Youra kini merosot turun ke pinggang, menjepit punggung bawah Youra, menahan tubuhnya  menjadi begitu dekat, sehingga mustahil mereka bisa memasukkan napas ke paru-paru mereka yang mulai mengerut.
Youra merasakan dinding lift yang dingin menyentuh punggung telanjangnya, ketika Donghae memanfaatkan dinding itu untuk semakin merapatkan diri padanya. Membuat mereka melebur menjadi satu. Begitu rapat hingga nyaris tak bisa disebut sebagai dua orang.
“Kau milikku. Cuma aku.” Bisik Donghae garang, membuat tengkuknya meremang ketika helaan napas Donghae menyapu telinga Youra.
Dia tidak bisa mengatakan apapun sebagai tanggapan atas bisikan yang lebih terdengar sebagai perintah itu. Donghae sepertinya juga tidak menginginkan jawaban, sebab pria itu kini menggigit telinga Youra dan menjamah lehernya saat Youra mendesah.
“Tangan kotor itu telah menyentuh bibirmu—” geram Donghae penuh amarah. Youra bahkan tidak sempat membuka matanya yang terpejam—ketika pria itu kembali menempelkan bibirnya dengan ganas, membuat hasrat Youra meledak, berhamburan memenuhi sendi-sendi di seluruh tubuhnya.  Tapi bibir Donghae yang melumatnya ganas kini berhenti—menarik diri secepat dia memulai ciumannya—dan pria itu menatapnya dengan seringaian penuh arti.
“Dimana lagi dia menyentuhmu?” tanyanya dengan napas tersengal. Youra memandangnya kebingungan, tidak mengerti apa dan siapa yang dibicarakan Donghae. Namun Donghae memberikan jawabannya.
“Leher.” Geram Donghae lalu segera membenamkan wajahnya ke leher Youra. Samar-samar dia mengetahui siapa yang dimaksud Donghae, namun jalur menuju otaknya seakan sudah terputus. Terkotak-kotak dalam kebutaan dan kesunyian.
Dia merasakan bibir Donghae menjelajahi lehernya dengan tidak sabar. Sebelah tangan Donghae menjepit tubuh Youra kedalam pelukannya, sementara yang satunya menahan kepala Youra agar tetap menengadah—membiarkan Donghae mengakses lehernya tanpa gangguan. Youra menggigit bibirnya, menahan suara apapun yang mencoba lolos dari kendalinya saat ini.
Keringat mulai menetes dari pelipis Youra meskipun dia berpakaian tipis. Youra mencoba berbisik, sebab dia yakin pita suaranya telah lenyap. “Donghae-ssi,” panggilnya lirih. Namun Donghae seakan tak mendengarnya. Pria itu terus menjamah lehernya hingga mencapai tengkuk.
Youra menyapukan jari-jarinya ke rambut Donghae dengan tidak sabar. Dia mendengar erangan dan dengan satu gerakan mudah, Donghae merobek tali gaun yang melingkari lehernya. Youra menatapnya terkejut, sementara ekspresi wajah Donghae tak terbaca.
Lima detik seakan melambat menjadi bertahun-tahun. Ketika kedua mata mereka berpandangan selama lima detik yang lama, semuanya terasa jelas.
Pintu lift membuka dibelakang mereka, dan tanpa mengatakan apapun, Donghae kembali menarik Youra dengan tergesa-gesa. Pikiran waras Youra yang menghilang ke negeri antah berantah sepertinya dipastikan tidak akan kembali lagi. Dia sama sekali menolak segala macam teori di otaknya, memasrahkan diri pada cengkraman Donghae yang semakin erat.
Dia mengenali koridor ini, sebab dia selalu melewatinya jika ingin menuju ruangan terujung—ke ruangan Kyung Dae. Ingatan Youra tiba-tiba tertuju pada Jung Yoon yang pasti sedang mencarinya sekarang, namun semuanya buyar ketika Donghae menutup pintu bertuliskan CEO dengan bunyi berdebum.
Youra masih bingung. Dia berjuang mengembalikan orientasinya tetapi kemudian dia melihat Donghae membuka tuksedonya lalu mencampakkan benda itu ke sembarang tempat—membuatnya mengerti mengapa kini bibir Donghae telah berada di bibirnya lagi.
Ciuman mereka di penuhi napas yang berlomba-lomba untuk keluar masuk. Menggema di seluruh ruangan yang hampir didominasi kegelapan. Youra merasakan telapak tangan Donghae menelusuri punggungnya, sementara kedua tangannya meraih leher Donghae lebih kuat.
Tetapi suara-suara langkah kaki yang semakin lama semakin dekat membuat mereka terkesiap, menghentikan ciuman mereka dengan sekejap. Donghae meletakkan telunjuknya di bibir, mengisyaratkan agar Youra tetap diam. Mereka melangkah mendekati pintu—memastikan apakah langkah kaki itu menuju ke ruangan ini atau tidak.
“Beritahu manajer Kim aku akan turun sepuluh menit lagi.” Suara Kyung Dae menggema ke seluruh koridor, membuat mereka berdua terlonjak. Sudah pasti Kyung Dae akan masuk kesini, sebab ini adalah ruangannya.
Donghae menarik tangan Youra secepat kilat. Menuntunnya pada sebuah lemari kecil—dengan celah-celah ventilasi yang memungkinkan mereka untuk bernapas sekaligus mengintip—di ujung ruang kerja itu. Mereka berhimpitan di antara beberapa pasang setelan jas dan kemeja Kyung Dae yang digantung rapi. Tepat ketika Donghae menutup pintu lemari itu, saat itu pula Kyung Dae masuk diikuti seseorang dibelakangnya.
“Siapkan perlengkapan perjalanan ke Brazil besok malam.” Ujar Kyung Dae setelah menyandarkan tubuhnya ke kursi berlengan yang nyaman. Pria yang berdiri di seberangnya mengangguk patuh.
“Berapa lama anda akan berada disana?” tanyanya sopan.
Kyung Dae memejamkan mata, mengurutkan pelipisnya yang kelihatan tegang lalu menjawab muram. “Aku tidak tahu. Bisa saja aku tidak akan pernah kembali lagi.”
Pria di hadapannya terlihat terkejut lalu terdiam, seolah berusaha menemukan perkataan yang tepat—yang tidak menyinggung hati bosnya. “Apakah… maksud anda, ada seseorang yang menginginkan nyawa anda?” tanyanya takut-takut.
Kedua mata elang Kyung Dae menatap pria itu tajam. “Tidak. Aku kesana bukan untuk dibunuh. Aku yang akan membunuh.” Tandasnya dingin. Menggemakan kegarangan diantara kalimat-kalimatnya.
Youra menghela napas terkejut lalu melirik Donghae yang telah berubah pucat. Pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun selain kedua alis yang bertaut, membuatnya terlihat seperti pahatan batu yang kurang sempurna—meski tetap tampan.
Dia menyadari kedua tangan Donghae yang terkepal marah dan batinnya mencelos. Mungkinkah mereka telah mendengar sesuatu yang tidak seharusnya mereka dengar? Namun semuanya telah terjadi. Youra bahkan tidak bisa mengenyahkan bayang-bayang Kyung Dae dari dalam pikirannya.
Tidak jika Kyung Dae ternyata adalah pembunuh.

***

Ini keliru.
Tak mungkin nyata.
Namun mengapa bisa kurasakan
Sentuhanmu yang terasa panas?
Membakarku egoku,
Menghanguskan sisa-sisa akal sehat,
Dan meninggalkan abu duka.
Aku bernapas.
Menghirup semua racunmu.
Tapi aku tetap tak ingin berhenti.
Selama kau menjadi udaraku,
Aku tak peduli,
Jika akhirnya aku akan mati disini.
Selama kau bersedia
Menjadi alasanku untuk bernapas,
Aku tak peduli..

Breathe – 12 April 2014

5 komentar:

  1. Aish, kenapa Donghae malah milih ruang kerja Kyung Dae, kenapa bukan ruangannya sendiri. Jadi nanggung kan kalo begini, mana udah buka-bukaan lagi :D *ketawa yadong*

    Aku agak risih sama perlakuan Joon Yung (bener gag sii itu namanya) yang terlalu berlebihan. Dan memperlakukan Youra seolah-olah dia itu kekasihnya.

    Aku gag bisa komen tentang keseluruhan ceritanya karena pas lagi baca ini, di asramaku penuh sama suara desahan masa o:) *lah, akunya malah curhat* jadi yang nyantol diotak cuma scane terakhir doang :D

    Yesungdahlah, nanti kalau otak warasku udah kembali sepertinya aku harus baca ulang part ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ehh... suara desahan..? =w=;;) *lirik kanan kiri*

      as what i have said, aku ga bakal bikin adegan Making Sex karena menurutku itu NC26 (~ *w*)~ hohoho~
      bytheway, maybe (once again, maybe) this is the last chapter for Donghae and Youra, both feel so yadong(?) karena mungkin next chapt bakal di dominasi sama action atau i'll reveal the truth :3

      Hapus
  2. Eonniiiiiiiieeeeeee kenapa epep ini ngga diapdet apdet sihh ??? Aku udah jamuran nunggunya..

    BalasHapus
  3. Ini sedikit.. Panas? Tidak ini panas sekali -3- hahaha xD et dahh.. Donghae kya uda orang kesetanan :v bhakkk
    Sya tdk tau mau comment apa lgi :v ini bagus nya ulalala banget~
    Lanjut dlu eaa~ fighting~

    BalasHapus