Assalamualaikum.
Holla fellas!
Dont expect too much because i won't give you the next part today.
Topik kali ini cuma tentang curhatanku yg memang ga pernah jelas. So, dont waste your time to read this post. I warn you.
Dont expect too much because i won't give you the next part today.
Topik kali ini cuma tentang curhatanku yg memang ga pernah jelas. So, dont waste your time to read this post. I warn you.
Uhm. Berhubung uneg-uneg dihati telah bercokol cukup lama tanpa bisa disalurkan kemanapun, akhirnya aku mutusin untuk menyela chapter ff yg berkesinambungan dibawah dengan curhatan 'ga banget'ku. Dont blame me, ini sebenarnya blog pribadi yang lumayan tertutup sebelum aku terpaksa ngalihin blog ini sebagai media penyebaran ff ku.
Sebagai author yang masih jarang malang melintang(?) didunia ff, aku masih sedikit kesulitan untuk mengeksplor segala hal tentang fanfic. Aku sebenernya ga gitu ngerti dengan one shoot, drabble, atau apapun namanya itu. Alasannya karena aku jarang tertarik untuk 'melahap' ff yg berjibun jumlahnya di internet. I tried, sure. Tapi aku sadar kalo aku termasuk tipe orang perfeksionis, jadi begitu ngeliat ff yg bertebaran di dunia maya 'jauuuuuuh' banget dr standar novel-novel yang biasa aku baca, aku nyerah. That's why people said ga semua orang bisa nerbitin buku.
Wah, jangan ditanya gimana pendapatku tentang ff buatanku sendiri ya, aku jelas-jelas nganggep tulisanku masih ga jauh beda dari 'sampah'. Apalagi jam terbangku sebagai penulis bisa dibilang sangat minim. Well, i used to write when my friends asked me but now i feel different. Kalo dulu pas masih SD hobi nulisku cuma sebatas imajinasi anak umur 10 tahun, sekarang aku 'nyoba' untuk menulis diluar batasan umur dan lingkungan sekitarku. Ini serius, karena dari dulu aku udah mulai nulis beberapa cerita untuk tmen2 sekolahku dengan syarat: give me a book and ballpoint. Aku udah ga inget apa aja cerita yang aku buat n kemana buku itu sekarang, tapi yang jelas semua itu semakin berubah saat aku masuk SMA.
Aku mulai fokus dengan 'menulis' ketika dapat tugas dari guru bahasa Indonesia di sekolahku, Ibu Malasari. Kami diharuskan untuk membuat sebuah autobiografi diri kami sendiri dan disaat itulah aku menyadari kalo menulis bukan cuma sekedar 'tugas' untukku. Beliau mengatakan dengan gamblang kalau aku punya bakat menulis dan masih harus dikembangkan lagi. Terlepas dari kenyataan aku pernah ikut beberapa lomba mengarang dan sinopsis tingkat kota, aku baru menyadari keinginan dan kemampuanku untuk menulis lama kelamaan jadi lebih besar. Dengan deadline 3 bulan yg diberi beliau, aku mengeksplor semua kemampuanku habis-habisan. Dan hasilnya..? Itu bukan autobiografi, itu novel! *panik* bener-bner berbeda dari yang aku harapkan XD tapi Cuma Ibu Mala yg kuizinkan membaca autobiografiku dengan alasan-alasan pribadi, tentunya.
Tapi setelahnya, aku semakin berniat untuk meneruskan passion (yg beberapa org bilang sebagai bakat tp aku belum setuju sampai sekarang) dalam bidang menulis. Ditambah lagi hobi terbesarku itu adalah membaca. Dan mau gak mau sebagian besar penulisanku terpengaruh dari buku-buku yang ku baca. I warn you once again, aku perfeksionis dan idealis (keburukan yg semakin menjadi-jadi) jadi sekian banyak buku yang kubaca, aku cuma menobatkan beberapa orang sebagai the best writers dikepalaku hingga kini (cek profilku) dan lebih gawatnya lagi, aku jarang sekali 'suka' sama buku-buku made in Indonesia but Clio Freya (she is the best one). Bukannya aku ga menghargai karya-karya dalam negeri, aku cuma jemu sama cerita yg itu-itu aja. Alur dan temanya hampir sama semua dengan gaya penulisan yg juga mirip satu sama lain. No, aku ga menampik kenyataan kalo aku cuma bisa komentar doang. Namanya juga opini, itu hak kita kan?
untuk novel-novel saduran pun, ga semuanya aku pikir sudah bagus. Beberapa buku malah cuma bisa dinikmati dari sampul aja n sama sekali ga ngena dihati. Walaupun yang buat berbeda itu gaya penulisan. Those little thing yang jarang sekali di perhatiin pembaca umumnya, tapi itu yang aku cari. Sudut pandang penulis langsung terasa begitu gaya penulisannya punya ciri tersendiri. Well, novel saduran memang diterjemahkan tapi aku pikir terjemahan itu pula yang semakin memperkaya kosakataku. Coba bikin perbandingan sendiri, kalian pasti bisa dapat perbedaan penggunaan kata antara novel saduran dan novel dalam negeri. So figure it out!
Apakah curhatku udah selesai? Belum. Masih ada kelanjutannya. Tenang, hehehe.
Now i try so hard to satisfied myself. Err not only myself deh, tapi aku bakal 'puas' kalo apa yang aku inginkan itu tercapai (yeah, idealis, kan?) Begitu susahnya membuat sebuah tulisan yg 'sesuai' dan 'layak'; Sesuai keinginan author n harapan pembaca. Serta layak untuk dipublikasikan dan dibaca banyak orang. Kedua hal itu jadi pertimbangan sendiri ketika aku mulai fokus untuk menulis. sebelumnya memang sudah banyak tulisan-tulisan yang ku buat semasa SMA dan kuliah, tapi menurutku ga ada satupun yg layak. Dan mengenai fanfic, aku membuat semacam perjanjian dengan teman-teman sehati sejiwa(?)ku. Mulanya ff cuma sebagai pelipur lara atas setiap harapan kami yang tak pernah kesampaian. Ditambah aku yang bersedia menjadikan imajinasi-imajinasi liar kami sesuatu yang bisa dibaca berulang-ulang. Alhasil, keingan untuk menulis kembali muncul. Ini bukan ff pertamaku meski pernah ku publish di media lain tapi sedikit mengejutkan, aku merasa adanya perubahan secara signifikan dengan kemampuanku. Seorang teman bahkan serius memaksaku untuk mengirimkan tulisan-tulisanku ke penerbit. Usulnya ku tolak mentah-mentah karena selain aku belum siap, aku juga ngerasa tulisanku masih berupa sampah. Untuk apa menghabiskan waktu seseorang membaca tumpukan sampah milikku?
Idealis, perfeksionis dan pesimis. Tiga hal yang memang menambah daftar keburukanku secara pribadi yang sialnya mempengaruhi hidupku. Karena cuma bisa (baca: berani) berbagi imajinasiku dengan orang-orang terdekat, akhirnya aku menerima dengan senang hati ketika teman-temanku memintaku menulis . Well, deja vu. Tapi setidaknya aku bertekad memperbaiki kemampuanku lebih banyak dan berusaha menjadikan apa yang kutulis 'layak'.
Tell you the truth, a genius living next to my hotel room itu sebenarnya ga ada kaitannya sama sekali dengan cho kyuhyun. Tokoh itu tadinya bernama 'Evans' dengan latar di London. Itu ide awalku yang kemudian ku ganti dengan kyuhyun dan mengambil setting di seoul karena permintaan temanku. Sifat kyuhyun sendiri sedikit mirip dengan tokoh evans tapi ada beberapa yg ku edit untuk mencocokkan dengan karakter asli kyuhyun yg evil. Selebih itu, plot yang ada masih sesuai dengan plot awal. (I wont tell you anything right now *chuckles*)
Oke aku ngaku, ketimbang fanfiction, aku lebih bersemangat ngebuat 'novel' dengan tidak adanya pembatasan karakter tokoh dan semuanya sesuai keinginanku. Soalnya kalo tokohnya sendiri nyata, aku malah kesulitan nentuin adegan-adegan yang mau aku tulis. Tapi itu juga tantangan buatku.
Oke aku ngaku, ketimbang fanfiction, aku lebih bersemangat ngebuat 'novel' dengan tidak adanya pembatasan karakter tokoh dan semuanya sesuai keinginanku. Soalnya kalo tokohnya sendiri nyata, aku malah kesulitan nentuin adegan-adegan yang mau aku tulis. Tapi itu juga tantangan buatku.
Oh, satu lagi, aku sebenernya sangat ekspresif dalam beberapa hal, jadi mungkin kalian akan menemukan kesan berlebihan di ffku. Ada yang bilang ffku terlalu panjang, uhm sorry to you all, aku tadinya cuma mau bikin bbrp chapter aja tapi kemudian passionku timbul lagi dan aku keterusan *halah* please forgive me karena aku udah memastikan ff ini sebagai novel. Ada juga yang berkomentar next chapter terlalu lama di post. Ugh, that's not what i meant guys.. selain sibuk ngurus kehidupan yg biasa aja(??) Aku juga berulang kali mengedit ff ini agar bisa dibaca walaupun jauh dari layak. Forgive me to make you waiting ><
The last, aku berencana fanfic (or novel) selanjutnya (bukan yang ini) jadi lebih bagus dan layak (trust me, i tried to!) Mungkin aku bakal menggunakan nama seperti evans atau tokoh lain yg tidak real dan bukan seorang yang masih hidup, who knows? But from now on, please give me you support. I wish i have a courage to send my story to a publisher and really wish i could make a very great story when the day comes.
Belum kapok juga baca curhatan ini? Dont be kapok, karena bisa dipastikan masih ada curhatan-curhatan ga mutu kayak gini :D
Hehehe.
Thank you for wasting your time to read my something-called-trash.
Hehehe.
Thank you for wasting your time to read my something-called-trash.
See you next time!
With love,
Aoirin_sora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar